Ini Tipe Penelantaran yang Bisa Terjadi pada Anak

Halodoc, Jakarta - Penelantaran anak adalah salah satu bentuk kekerasan pada anak yang cukup umum terjadi. Namun, mungkin beberapa orang dewasa masih belum memahami bahwa penelantaran juga masuk dalam tindakan kekerasan yang nyatanya bisa memengaruhi kesehatan fisik dan mental anak. Padahal, penelantaran anak sangat mungkin menyebabkan konsekuensi jangka panjang bagi hidup sang anak.
Di Amerika Serikat, The Federal Child Abuse Prevention Treatment Act (CAPTA) secara hukum mendefinisikan penelantaran sebagai "setiap tindakan baru-baru ini atau kegagalan untuk bertindak di pihak orangtua atau pengasuh yang menimbulkan risiko bahaya serius bagi anak." Lantas, apa saja tipe dari penelantaran tersebut, simak ulasannya berikut ini!
Baca juga: Orangtua yang Stres dapat Memengaruhi Kesehatan Anak
Tipe Penelantaran Anak
Bagian sebagian orang, gagasan 'penelantaran' anak mungkin tentang seorang anak yang tak diberi makanan atau ditinggalkan di rumah sendirian untuk jangka waktu yang lama. Namun, penelantaran anak memiliki berbagai bentuk. Menurut Children’s Bureau of the U.S. Department of Health and Human Services, berikut adalah tipe penelantaran anak
- Penelantaran Pendidikan: Tidak mendaftarkan anak ke sekolah yang seharusnya, mengizinkan anak berulang kali bolos sekolah, atau mengabaikan kebutuhan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus.
- Penelantaran Emosional: Membiarkan anak terpapar kekerasan dalam rumah tangga atau penyalahgunaan zat, atau tidak memberikan kasih sayang atau dukungan emosional pada anak.
- Pengawasan yang Tidak Memadai: Meninggalkan anak yang tidak bisa merawat dirinya sendiri di rumah, tidak melindungi anak dari bahaya, atau meninggalkan anak dengan pengasuh yang tidak kompeten.
- Penelantaran Medis: Menyangkal atau menunda perawatan medis yang diperlukan atau direkomendasikan.
- Penelantaran Fisik: Gagal memenuhi kebutuhan dasar anak seperti kebersihan, pakaian, nutrisi, atau tempat tinggal, atau menelantarkan anak.
Baca juga: Trauma pada Anak Bisa Ganggu Karakternya saat Dewasa
Faktor Risiko Penyebab Penelantaran Anak
Banyak orangtua tidak mau mengabaikan anak-anak mereka. Namun, beberapa orangtua tetap saja tidak mampu memenuhi kebutuhan anak secara memadai. Terkadang pengabaian sama sekali tidak disengaja, seperti kasus orangtua muda yang tidak memahami perkembangan anak secara mendasar karena kurangnya pengetahuan. Mereka mungkin tidak menyadari seberapa sering bayi mereka perlu diberi makan atau diganti popoknya.
Sementara itu, penyakit mental orangtua atau masalah penyalahgunaan zat dapat menghalangi orangtua untuk memberikan perawatan yang memadai kepada anak-anak mereka. Orangtua yang berada di bawah pengaruh obat-obatan mungkin tidak dapat mencegah balita mereka berkeliaran di luar sendirian.
Selain itu, faktor-faktor berikut juga telah terbukti meningkatkan risiko anak-anak ditelantarkan:
- Faktor dari anak: Keterlambatan perkembangan.
- Faktor lingkungan: Kemiskinan, kurangnya dukungan sosial, atau kesulitan lingkungan.
- Faktor keluarga: Rumah tangga dengan orang tua tunggal, kekerasan dalam rumah tangga, atau tekanan keluarga.
- Faktor orangtua: Pengangguran, status sosial ekonomi rendah, usia ibu muda, stres pengasuhan, masalah kesehatan, penyakit mental, atau masalah penyalahgunaan zat.
Hal yang Bisa Terjadi Jika Anak Ditelantarkan
Ketika anak-anak ditelantarkan, maka ada beberapa konsekuensi yang akan terjadi. Jika seorang anak telah dikeluarkan dari situasi yang buruk, konsekuensi penelantaran dapat berlangsung lama dan bahkan dapat menyebabkan perilaku berisiko tinggi seperti penyalahgunaan zat.
Berikut ini adalah beberapa hal yang bisa terjadi jika anak ditelantarkan:
- Masalah Kesehatan dan Perkembangan
Kekurangan gizi dapat mengganggu perkembangan otak. Kekurangan imunisasi dan masalah medis juga dapat menyebabkan berbagai kondisi kesehatan, sehingga membuat kesehatan anak terganggu.
- Gangguan Kognitif
Kurangnya stimulasi yang tepat dapat menyebabkan masalah intelektual berkelanjutan. Anak-anak dengan riwayat penelantaran mungkin memiliki masalah akademis atau perkembangan bahasa yang tertunda atau terganggu.
- Masalah Emosional
Pengabaian dapat menyebabkan masalah keterikatan, masalah harga diri, dan kesulitan memercayai orang lain.
- Masalah Sosial dan Perilaku
Anak-anak yang diabaikan mungkin berjuang untuk mengembangkan hubungan yang sehat, dan mereka mungkin mengalami gangguan perilaku atau gangguan keterlibatan sosial yang tidak terhalang. Seiring bertambahnya usia, mereka sangat rentan mengalami penyalahgunaan zat, kenakalan, bahkan kehamilan di luar pernikahan.
Baca juga: Tips Mengasuh Anak Tanpa Babysitter
Selama masa kanak-kanak, orangtua tidak boleh mengabaikan kebutuhan nutrisi anak. Tak hanya dari ASI dan makanan sehat, orangtua juga bisa memberikan suplemen sesuai kebutuhan anak. Kini kamu pun bisa beli vitamin dan suplemen anak di Halodoc. Dengan layanan antar, kamu tak perlu lagi repot keluar rumah, dan pesanan kamu pun bisa tiba kurang dari satu jam.