Mengenal Hiperventilasi, Penyebab dan Cara Mengatasinya

3 menit
Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   31 Januari 2024

“Hiperventilasi bisa memicu sesak napas dan berbahaya jika tidak tertangani dengan baik. Belajar teknik pernapasan bisa membantu mengatasi kondisi ini.”

Mengenal Hiperventilasi, Penyebab dan Cara MengatasinyaMengenal Hiperventilasi, Penyebab dan Cara Mengatasinya

Halodoc, Jakarta – Hiperventilasi ditandai dengan mengambil napas terlalu cepat atau terlalu dalam. Meskipun napas yang dalam dan cepat adalah respons alami terhadap situasi stres atau kecemasan, hiperventilasi yang berlebihan dapat menyebabkan ketidakseimbangan kadar oksigen dan karbon dioksida dalam tubuh. 

Apabila tidak ditangani dengan tepat, kondisi ini bisa berbahaya dan seseorang bisa kehilangan napas. Supaya lebih waspada, ketahui penyebab dan cara menanganinya berikut ini!

Penyebab Hiperventilasi

Berikut sejumlah kondisi yang bisa membuat kamu mengalami hiperventilasi:

1. Kecemasan dan stres

Penyebab yang paling umum adalah kecemasan dan stres. Ketika seseorang mengalami situasi yang menimbulkan kekhawatiran atau stres, sistem saraf otonom merespons dengan meningkatkan laju pernafasan. 

Hal ini terjadi sebagai upaya tubuh untuk memastikan oksigen tetap tersedia untuk otak dan otot, mempersiapkan diri untuk mengatasi potensi ancaman atau stresor.

2. Serangan panik

Hiperventilasi juga sering muncul saat serangan panik. Serangan panik adalah ketakutan yang muncul secara intens dan seringkali tidak terkendali. 

Selama serangan panik, kebutuhan oksigen tubuh meningkat secara signifikan karena mengalami tingkat stres yang tinggi.

Akibatnya, kondisi ini memicu pernapasan yang cepat dan dalam sebagai respons tubuh terhadap ketakutan yang dialami.

3. Gangguan pernapasan

Penyakit atau gangguan pada saluran pernapasan, seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dapat memicu kondisi ini.

Dalam kasus ini, tubuh berusaha untuk meningkatkan pasokan oksigen karena adanya hambatan atau pembatasan aliran udara melalui saluran pernapasan.

4. Gangguan metabolik

Beberapa gangguan metabolik, seperti ketoasidosis pada pengidap diabetes dapat menjadi penyebab hiperventilasi.

Ketika terjadi ketidakseimbangan dalam keseimbangan asam-basa dalam tubuh, tubuh dapat merespons dengan pernapasan yang lebih cepat untuk menghilangkan kelebihan asam atau menggantikan kekurangan basa.

Jika kamu sering mengalami hiperventilasi, sebaiknya hubungi rekomendasi Dokter Spesialis Paru di Halodoc untuk mendapatkan solusi terbaik. 

5. Kondisi medis

Berbagai kondisi medis lainnya juga dapat menyebabkan hiperventilasi. Demam tinggi contohnya, kondisi ini dapat memicu pernapasan yang lebih cepat sebagai respons terhadap meningkatnya suhu tubuh. 

Anemia yang mengurangi jumlah darah untuk mengangkut oksigen juga dapat mendorong tubuh untuk mengambil napas lebih cepat. 

Selain itu, paparan karbon monoksida yang mengganggu kemampuan darah untuk membawa oksigen juga bisa memicunya.

Cara Mengatasi Hiperventilasi

Walaupun banyak pemicunya, ada strategi yang bisa kamu lakukan untuk menangani kondisi ini. 

Caranya melibatkan kontrol pernafasan, manajemen stres, dan pemahaman terhadap gejala awal. 

Berikut adalah beberapa cara yang efektif untuk mengatasi hiperventilasi:

1. Lakukan teknik pernapasan

Penting untuk belajar teknik pernapasan yang tenang dan terkendali. Salah satu teknik yang efektif adalah pernapasan diafragma. 

Pada pernapasan ini, kamu akan memanfaatkan otot diafragma, yang terletak di antara rongga dada dan perut.

Dengan memperluas dan menyusutkan diafragma, pernapasan menjadi lebih dalam dan terkendali. 

Hal ini membantu mengurangi frekuensi dan kedalaman napas, mengembalikan keseimbangan antara oksigen dan karbon dioksida dalam tubuh.

2. Latihan relaksasi

Meditasi, yoga, atau tai chi merupakan latihan relaksasi yang sangat efektif dalam mengatasi hiperventilasi. Kegiatan ini membantu menurunkan tingkat stres dan kecemasan secara keseluruhan. 

Praktik meditasi yang terfokus pada pernapasan dapat membimbing pikiran untuk tetap tenang, sehingga bisa mencegah atau meredakan episode hiperventilasi.

3. Sadari gejala awalnya

Penting untuk mengenali gejala awal hiperventilasi, seperti kesulitan bernapas, detak jantung yang cepat, atau rasa pusing.

Dengan menyadari gejala ini, kamu dapat lebih cepat mengambil langkah-langkah pencegahan. 

Gunakan teknik pernapasan yang benar atau melakukan latihan relaksasi saat gejala muncul dapat membantu mencegah hiperventilasi menjadi lebih parah.

Kamu juga perlu mengetahui Kondisi Sesak Napas yang Perlu Segera Ditangani di UGD agar lebih waspada. 

4. Kelola kecemasan

Identifikasi penyebab kecemasan dan kembangkan strategi untuk mengelolanya secara efektif dapat membantu mencegah terjadinya hiperventilasi. 

Bimbingan konseling atau terapi adalah sumber dukungan yang sangat berguna.

Dengan berbicara dengan profesional kesehatan mental, kamu dapat mengetahui akar penyebab kecemasan dan belajar cara mengatasi stres secara menyeluruh.

Itulah informasi seputar hiperventilasi yang perlu kamu tahu.

Jika kamu memiliki pertanyaan lain tentang kondisi ini, jangan ragu menghubungi dokter di Halodoc! Pakai Halodoc sekarang juga!

Referensi:
John Hopkins Medicine. Diakses pada 2024. Hyperventilation.
Mount Sinai. Diakses pada 2024. Hyperventilation.
Healthline. Diakses pada 2024. Hyperventilation.