Mitos atau Fakta, Anak Perempuan Lebih Rentan Idap PTSD
Halodoc, Jakarta – Setelah mengalami atau menyaksikan kejadian yang sangat buruk atau tragis, sangat wajar bila seseorang mengalami trauma. Namun, tidak hanya trauma, peristiwa traumatis juga bisa memicu seseorang mengidap gangguan mental pascatrauma yang disebut post-traumatic stress disorder atau PTSD. Gangguan ini sebenarnya bisa dialami oleh semua orang dari segala usia, tapi anak perempuan dianggap lebih rentan mengidap PTSD. Benarkah?
PTSD merupakan gangguan kecemasan yang muncul akibat pengalaman traumatis di masa lalu. Beberapa contoh peristiwa yang dapat memicu terjadinya kondisi ini adalah bencana alam, kecelakaan lalu lintas, pemerkosaan, ataupun pengalaman di medan perang. Sebagian pengidap PTSD tidak bisa melupakan peristiwa buruk yang dialaminya. Namun, bisa juga yang terjadi sebaliknya, yaitu pengidap tidak mau mengingat pengalaman traumatis tersebut sama sekali, serta jadi berpikiran negatif terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitarnya. Namun, tidak semua orang yang mengalami trauma lantas pasti akan mengidap PTSD. Hanya 30 persen orang yang mengalami kejadian traumatis yang juga mengidap PTSD.
Baca juga: Ini 6 Cara Mengurangi Dampak Trauma Masa Kecil
PTSD merupakan penyakit yang bisa terjadi ke siapa saja, pada usia berapa saja, bahkan pada anak-anak. Meski demikian, dibanding pria, wanita lebih rentan mengidap gangguan mental ini. Apalagi anak perempuan. Hal ini karena wanita dewasa maupun anak perempuan lebih rawan mengalami pengalaman traumatis dibandingkan pria. Contohnya, kasus pelecehan seksual pada anak perempuan di sekolah yang sempat marak di Jakarta. Perasaan anak perempuan pun lebih sensitif daripada anak laki-laki, sehingga mereka cenderung mengurung atau menyalahkan diri setelah mengalami peristiwa buruk. Bahkan, anak-anak perempuan bisa mengingat pengalaman traumatis tersebut sampai dewasa yang juga akan memengaruhi perilakunya.
Baca juga: 6 Trauma Akibat Kekerasan Seksual
Jadi, bila anak perempuan ibu menunjukkan gejala-gejala PTSD, sebaiknya segera bicarakan kepada psikiater. Penanganan yang efektif yang dilakukan sedini mungkin itu penting untuk mengatasi gejala gangguan kecemasan pascatrauma ini.
Gejala PTSD
PTSD bisa menyebabkan pengidapnya sering mengalami mimpi buruk, sulit tidur atau insomnia, sulit berkonsentrasi, dan merasa bersalah atau mengurung diri. Bila PTSD terjadi pada anak perempuan, gejalanya kadang-kadang bisa sampai mengganggu kegiatan belajarnya dan hubungannya dengan teman-temannya. Berikut adalah gejala umum PTSD:
1. Gangguan Ingatan
Pengidap selalu mengingat detail mengerikan dari peristiwa tragis yang pernah dialaminya, bahkan sampai terbawa ke dalam mimpi.
2. Menolak untuk Mengingat Pengalaman Traumatisnya
Berbagai cara akan dilakukan pengidap agar bisa melupakan pengalamannya yang traumatis. Mulai dari mengelak membicarakan atau memikirkan kejadian, menghindari tempat, kegiatan, hingga orang-orang yang bisa membuatnya mengingat kembali kejadian traumatis tersebut.
3. Selalu Berpikiran Negatif
Pengidap PTSD selalu cenderung berpikiran negatif terhadap diri sendiri maupun orang lain.
4. Putus Asa
Gangguan mental pascatrauma ini juga bisa menyebabkan pengidapnya menjadi putus asa dalam menghadapi masa depan.
5. Perubahan Emosi
Orang yang mengidap PTSD biasanya juga akan menunjukkan perbedaan reaksi secara fisik maupun emosi, seperti sulit berkonsentrasi, mudah cemas atau takut, selalu waspada secara berlebihan, mudah kesal, dan sulit tidur. Hal ini mengakibatkan pengidap sulit membangun hubungan yang dekat dengan orang lain.
Gejala PTSD di atas bisa dialami, baik oleh orang dewasa maupun anak-anak. Namun, ibu sebaiknya waspada dan segera bawa anak ke psikiater bila ia mulai menunjukkan indikasi, seperti sering melakukan reka ulang kejadian tragis melalui permainan, mengompol, serta sangat ketakutan bila berpisah dengan orangtuanya.
Baca juga: Bagaimana Mendampingi Anak yang Mengalami Trauma atau Depresi
Jadi faktanya, anak perempuan memang lebih rentan mengidap PTSD. Bila ibu ingin berdiskusi seputar perilaku dan pola asuh anak, gunakan saja aplikasi Halodoc. Ibu bisa menghubungi dokter melalui Video/Voice Call dan Chat kapan saja dan di mana saja. Yuk, download Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.