Pelajari Lengkap tentang Retardasi Mental pada Anak

Halodoc, Jakarta – Pernahkah kamu mendengar mengenai kondisi retardasi mental? Kondisi yang dikenal juga dengan gangguan intelektual menjadi salah satu kondisi yang dapat dialami oleh siapa saja. Tidak hanya orang dewasa, tetapi anak-anak pun dapat mengalami retardasi mental akibat beberapa faktor.
Retardasi mental sendiri merupakan kondisi dimana seseorang mengalami gangguan perkembangan otak yang ditandai dengan nilai IQ berada di bawah rata-rata orang normal. Selain itu, pengidap retardasi mental juga memiliki kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari yang buruk.
Baca juga: Ini Fakta-Fakta Lengkap Mengenai Retardasi Mental
Pada orang dewasa, gangguan pada otak dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kondisi cedera hingga alami penyakit yang dapat memengaruhi fungsi otak. Lalu, apa yang menyebabkan kondisi ini pada anak-anak? Gangguan perkembangan otak yang memicu kondisi retardasi mental dapat disebabkan oleh gangguan asupan nutrisi saat ibu menjalani proses kehamilan. Untuk itu, tidak ada salahnya cari tahu lebih banyak mengenai kondisi retardasi mental pada anak, agar ibu dapat melakukan penanganan dengan tepat.
Kenali Gejala Retardasi Mental pada Anak
Tidak hanya menyebabkan nilai IQ yang berada di bawah rata-rata, retardasi mental menjadi salah satu gangguan pada otak yang menyebabkan anak akan mengalami kesulitan beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari. Kondisi ini nyatanya terbagi menjadi beberapa jenis, seperti tahap ringan, tahap sedang, hingga yang cukup parah.
Anak dengan kondisi retardasi mental yang terbilang ringan hingga sedang terkadang akan sulit untuk didiagnosis mengalami retardasi mental. Namun, anak-anak dengan retardasi mental yang cukup parah, bahkan bisa terdeteksi setelah bayi dilahirkan.
Biasanya, tahap ringan hingga sedang mulai terdeteksi saat anak memasuki usia remaja atau sekitar 18 tahun. Ada beberapa gejala yang menjadi tanda kondisi retardasi mental pada anak, misalnya kegagalan dalam kemampuan intelektual, mengalami kesulitan berbicara, kemampuan mengingat yang kurang baik, ketidakmampuan untuk memahami konsekuensi dari sebuah tindakan, hingga tidak mampu berpikir logis.
Selain itu, anak dengan kondisi retardasi mental akan memiliki sikap kekanak-kanakan yang tidak sesuai dengan usianya, tidak memiliki rasa ingin tahu, serta mengalami kesulitan belajar sehingga memiliki IQ di bawah 70. Kondisi ini akan disertai dengan kesulitan mengurus diri sendiri akibat sulitnya membangun hubungan sosial dengan orang lain.
Baca juga: 5 Faktor yang Dapat Meningkatkan Retardasi Mental
Inilah Penyebab Retardasi Mental pada Anak
Lalu, apa yang menyebabkan anak-anak mengalami kondisi retardasi mental? Melansir Web MD, ada beberapa faktor yang memicu anak-anak mengalami gangguan ini, seperti:
1.Kondisi Genetik
Adanya gangguan genetik pada anak meningkatkan risiko alami retardasi mental.
2.Gangguan Selama Kehamilan
Menjaga kesehatan janin selama masa kehamilan menjadi hal yang sangat penting. Penggunaan alkohol, narkoba, kekurangan nutrisi, serta alami infeksi tertentu dapat memicu gangguan otak yang dapat tingkatkan retardasi mental.
3.Gangguan saat Persalinan
Bayi yang kekurangan asupan oksigen saat proses persalinan dapat meningkatkan risiko gangguan pada otak. Hal ini dapat memicu kondisi retardasi mental.
4.Penyakit
Infeksi, seperti meningitis, cedera, kecelakaan, dan kekurangan gizi juga dapat tingkatkan risiko retardasi mental pada anak. Untuk itu, sangat penting memerhatikan kondisi kesehatan anak serta jumlah nutrisi yang dikonsumsi oleh anak. Jangan ragu gunakan aplikasi Halodoc dan tanyakan langsung pada dokter mengenai jumlah asupan nutrisi pada anak agar anak tidak mengalami kekurangan nutrisi serta gizi.
Baca juga: Inilah Cara Mencegah Terjadinya Retardasi Mental
Tentunya anak-anak dengan kondisi retardasi mental membutuhkan perawatan untuk mendapatkan kualitas hidup yang baik. Ibu dapat mengajak anak untuk melakukan berbagai terapi, seperti terapi perilaku dan juga konseling. Hal ini diperlukan untuk membangun rasa percaya diri anak, karena kondisi ini dapat menyebabkan anak mengalami depresi hingga kurangnya rasa percaya diri.