Pola Asuh yang Sesuai untuk Anak Remaja

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   17 Juni 2020
Pola Asuh yang Sesuai untuk Anak RemajaPola Asuh yang Sesuai untuk Anak Remaja

Halodoc, Jakarta – Mendidik anak remaja agar dapat bertumbuh menjadi orang dewasa yang mandiri, bertanggung jawab, dan peduli pada orang disekitarnya bukanlah tugas yang kecil. Ketahui pola asuh yang sesuai untuk membantu membimbing anak remaja di sini.

Masa remaja adalah masa di mana terjadi perubahan yang besar dalam diri seorang anak menuju kedewasaan. Itulah mengapa masa remaja seringkali menjadi masa yang sulit dan membingungkan bagi anak remaja dan orangtua. Meski demikian, ada banyak cara yang dapat dilakukan orangtua untuk mengasuh anak remaja dan mendorongnya memiliki perilaku yang bertanggung jawab.

Baca juga: 4 Cara Hadapi "Drama" Anak yang Beranjak Remaja

1. Berikan Cinta Kasih dan Perhatian

Perhatian yang positif dari orangtua adalah yang paling dibutuhkan seorang anak saat memasuki masa remaja. Karena itu, luangkan waktu untuk bersama anak remajamu untuk menunjukkan kepadanya bahwa kamu peduli. Dengarkan anak remajamu ketika ia sedang berbicara atau bercerita, dan hormati perasaannya. 

Bila anak remaja kamu tampaknya enggan atau malas untuk menjalin hubungan yang dekat dengan kamu, teruslah berusaha. Makan bersama setiap malam mungkin dapat menjadi cara yang baik untuk mempertahankan kedekatan dengannya. 

Lebih baik lagi bila ibu juga mengajak anak remaja ibu untuk menyiapkan makanan bersama-sama. Pada saat-saat dimana kamu merasa berbicara dengan anak remaja sangat sulit, cobalah untuk melakukan kegiatan kamu di ruangan yang sama dengan anak remajamu berada. Berada di dekatnya mungkin dapat menjadi awal yang baik untuk memulai percakapan.

Ingatlah bahwa cinta tanpa syarat bukan berarti kamu menyetujui semua perbuatannya. Kamu dapat tetap mendisiplinkan anak remaja sambil menunjukkan bahwa cintamu tidak berdasarkan perilakunya.

2. Tetapkan Ekspektasi yang Masuk Akal

Anak remaja cenderung ingin memenuhi ekspektasi orangtuanya. Karena itu, kamu boleh menetapkan ekspektasi yang tinggi. Namun, alih-alih fokus pada prestasinya, seperti mendapatkan nilai A, harapkanlah anak remaja kamu menjadi anak yang baik, hormat, jujur, dan murah hati.

Ketika berbicara mengenai pencapaian sehari-hari, ingatlah bahwa kepercayaan diri anak remaja kamu dapat meningkat bila ia berhasil melewati suatu rintangan, yang juga dapat mempersiapkan ia untuk tantangan berikutnya. Saat anak remaja kamu melakukan tugas yang lebih sulit, alih-alih mengaturnya, dukung ia untuk menentukan apa yang dapat ia tangani. 

Bila anak remaja kamu gagal, penting bagi orangtua untuk memberi dukungan dan menyemangatinya agar ia dapat bangkit kembali dan mencoba lagi. Lebih penting untuk memuji usaha anak daripada hasil akhirnya.

3. Tetapkan Aturan dan Konsekuensi

Mendisiplinkan anak adalah tentang bagaimana orangtua mengajarnya, bukan menghukum atau mengekangnya. Untuk mendorong anak remaja berperilaku baik, diskusikanlah dengannya tentang perilaku apa yang dapat diterima dan tidak dapat diterima di rumah, di sekolah dan di tempat lain. Kemudian, buat konsekuensi yang adil dan sesuai untuk perilaku anak remajamu. 

Dalam menentukan konsekuensi, ingatlah hal-hal berikut:

  • Hindari Memberi Ultimatum. Anak remaja mungkin menganggap ultimatum sebagai tantangan yang membuat ia cenderung ingin mencoba untuk melanggarnya.

  • Jelas dan Ringkas. Alih-alih memberi tahu anak remaja kamu untuk tidak keluar larut malam, tentukanlah jam malam tertentu. Buatlah aturan kamu singkat dan to the point. Buat juga konsekuensi segera terkait dengan pilihan atau tindakan anak remaja kamu.

  • Jelaskan Peraturan Kamu. Anak remaja mungkin lebih cenderung untuk mematuhi aturan ketika ia mengerti tujuannya. Ia mungkin tidak akan memberontak ketika anak remajamu tahu bawah peraturan tersebut dibuat untuk kebaikan dan keselamatannya.

Saat menegakkan konsekuensi, tegurlah perilaku yang dibuat anak remajamu, bukan pribadinya. Hindari juga menggunakan kata-kata yang kasar, nada yang merendahkan atau tidak sopan. Mempermalukan anak remajamu hanya membuatnya untuk bertindak defensif dan bukannya merefleksikan kesalahannya. Jadi, sebelum berbicara, cobalah bertanya pada diri sendiri apakah yang akan kamu katakan itu benar, perlu, dan tidak menghakimi.

Baca juga: Apa yang Harus Dilakukan saat Remaja Memberontak?

4. Berikan Contoh yang Positif

Anak remaja belajar bagaimana berperilaku dengan memperhatikan orangtua mereka. Tindakan kamu berdampak lebih besar daripada kata-kata kamu. Jadi, tunjukkanlah pada anak remaja kamu cara mengatasi stres dengan cara yang positif dan tangguh. Jadilah model yang baik dan anak remaja kamu mungkin akan mengikuti jejak kamu.

Baca juga: Perilaku Si Kecil Adalah Cerminan Orang Tua, Mitos atau Fakta?

Itulah pola asuh yang bisa kamu terapkan pada anak remaja kamu. Bila ibu punya pertanyaan seputar pola asuh anak, tanyakan saja pada ahlinya lewat aplikasi Halodoc. Melalui Video/Voice Call dan Chat, ibu bisa bertanya pada psikolog kapan dan di mana saja tanpa harus ke luar rumah. Yuk, download Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.

Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Tween and teen health.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan