Punya Sahabat Ternyata Baik untuk Kesehatan Mental

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   23 Januari 2021
Punya Sahabat Ternyata Baik untuk Kesehatan MentalPunya Sahabat Ternyata Baik untuk Kesehatan Mental

Halodoc, Jakarta - Seiring usia yang semakin bertambah, kamu mungkin menyadari bahwa keluarga tidak lagi menjadi satu-satunya tempat kamu berbagi cerita. Tanpa sadar, kamu menaruh kepercayaan pada orang lain yang mungkin memiliki kisah yang sama denganmu, orang terdekatmu, yang selanjutnya kamu sebut sahabat

Namun, tahukah kamu jika memiliki sahabat tidak hanya sebagai tempat berbagi, tetapi berdampak baik pula untuk kesehatan mental? Inilah yang dituliskan dalam sebuah studi yang diterbitkan dalam The Royal Society Publishing. Para peneliti dalam studi ini menyebutkan bahwa memiliki teman dekat atau sahabat membantu remaja terhindar dan sembuh dari depresi yang mereka alami. 

Bahkan, disebutkan pula bahwa memiliki teman yang sedang mengalami depresi tidak berpengaruh pada kesehatan mental orang lain, lho! Sudah bukan rahasia lagi bahwa depresi adalah masalah kesehatan yang sangat rentan terjadi pada usia remaja. Tidak hanya di Indonesia, kasus depresi pada remaja ini bahkan terjadi di seluruh dunia. 

Baca juga: Bagaimana Cara Cegah Bunuh Diri yang Terinspirasi dari '13 Reasons Why'?

Inilah mengapa, dikatakan bahwa memiliki hubungan pertemanan yang sehat akan berpengaruh terhadap suasana hati. Ini artinya, secara tidak langsung, persahabatan mampu meredakan atau bahkan menekan tingginya angka depresi pada usia remaja. 

Memiliki Sahabat Baik untuk Kesehatan Mental

Studi yang dilakukan ini berhasil membuktikan bahwa suasana hati yang dialami oleh seorang remaja ternyata bisa berpengaruh pada orang lain. Melalui hal inilah para peneliti mengamati apakah depresi yang dirasakan seseorang bisa menyebar pada teman-temannya. 

Melalui data yang berasal dari The National Longitudinal Study of Adolescent to Adult Health, para peneliti melihat lebih dari 2.000 remaja sekolah menengah Amerika Serikat (AS). Mereka melakukan pengamatan bagaimana suasana hati bisa saling memengaruhi dengan menggunakan metode yang mirip dengan cara yang digunakan guna melacak penyebaran dari penyakit menular.

Partisipan dikelompokkan memiliki gejala depresi atau tidak mengalami depresi menurut skor cut-off yang berhubungan dengan diagnosis klinis depresi. Melalui pengamatan ini, para peneliti menemukan bahwa meski depresi tidak “menyebar”, memiliki banyak teman dengan kondisi suasana hati yang sehat bisa membantu mengurangi kemungkinan terjadinya perkembangan menjadi dua kali lipat, atau memiliki kemungkinan pulih dari depresi lebih besar selama periode 6 hingga 12 bulan.

Melalui metode yang digunakan, menunjukkan bahwa remaja yang memiliki lebih banyak teman yang sehat secara mental memiliki kemungkinan mengalami depresi lebih kecil dibandingkan dengan remaja yang tidak memiliki teman atau memiliki teman yang tidak sehat.

Baca juga: Terlibat Drama Kantor, Resign atau Abaikan Saja?

Faktor sosial seperti hidup seorang diri atau pernah mengalami pelecehan di masa lalu juga sudah dihubungkan dengan depresi. Dukungan sosial, seperti memiliki teman dekat atau seseorang untuk diajak berbagi cerita juga diyakini sebagai langkah terbaik untuk pemulihan diri dari depresi.

Dr Thomas House, salah satu peneliti meyakini bahwa memiliki koneksi sosial yang lebih kuat menjadi cara yang efektif untuk mengatasi depresi. Melakukan pekerjaan atau hobi yang disuka juga bisa menjadi pilihan pengobatan. Cara ini bisa dibilang murah dan tidak berisiko tinggi. Selain itu, jika kamu memasuki lingkungan pertemanan, kamu cenderung akan memiliki teman dengan suasana hati yang lebih baik dan lebih sehat untuk mencegah depresi.

Baca juga: Usia Bertambah tapi Teman Berkurang, Apa yang Salah?

Itulah mengapa kamu membutuhkan seseorang teman untuk saling berbagi cerita. Jika kamu merasa hal tersebut tidak membantu meringankan masalahmu, kamu bisa berbagi cerita ke psikolog melalui aplikasi Halodoc. Jangan pernah takut bercerita, karena kesehatan mental juga penting untuk diperhatikan. 



Referensi:
Science Daily. Diakses pada 2021. Having Friends: Happiness Spreads but Depression Doesn't.
Hill, E.M., et al. 2015. Diakses pada 2021. Spreading of healthy mood in adolescent social networks. The Royal Society Publishing.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan