Sakit Hati karena Putus Cinta Bisa Berdampak pada Kesehatan

Halodoc, Jakarta - Sakit hati karena putus cinta sayangnya adalah hal yang umum dari pengalaman manusia, dan hal ini sangat menyebalkan. Setiap orang tentu pernah merasakan sakit hati karena putus cinta. Merupakan hal yang wajar jika setiap orang ingin menghindari patah hati lagi.
Sakit hati bisa menyebabkan stres yang besar, terutama jika putus cinta terjadi secara tiba-tiba. Stres ini memengaruhi perasaan secara emosional, fisik, dan kesehatan secara keseluruhan. Mungkin perlu waktu berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bertahun-tahun untuk pulih dari sakit hati.
Baca juga: Kenali Anuptaphobia, Rasa Takut Berlebihan Menjadi Lajang
Dampak Sakit Hati karena Putus Cinta Terhadap Kesehatan
Benarkah sakit hati emosional benar-benar bisa menghancurkan hati secara fisik? Takotsubo cardiomyopathy adalah nama medis untuk sindrom yang disebabkan oleh sakit hati atau patah hati, atau lebih tepatnya stres akibat situasi memilukan.
Stres emosional akut, positif atau negatif, bisa menyebabkan ventrikel kiri jantung tertegun atau lumpuh. Hal ini menyebabkan gejala seperti serangan jantung termasuk nyeri dada, lengan atau bahu yang tegang, sesak napas, pusing, kehilangan kesadaran, serta mual dan muntah.
Kabar baiknya, kondisi ini biasanya tidak menyebabkan kerusakan permanen seperti serangan jantung, dan sering kali sembuh dengan sendirinya. Namun, kabar buruknya, sakit hati bisa membuat stres dan menyakitkan, dengan seseorang yang sering mengira dirinya benar-benar mengalami serangan jantung.
Mengapa sakit hati karena putus cinta benar-benar menyakitkan? Penelitian menunjukkan, otak mencatat rasa sakit emosional akibat patah hati dengan cara yang sama seperti rasa sakit fisik. Itulah sebabnya kamu mungkin merasa sakit hati melukai fisik yang sebenarnya.
Saat terjadi sakit hati, maka hormon patah hati juga berperan. Perlu diketahui, tubuh menghasilkan banyak hormon setiap hari untuk tujuan berbeda, termasuk jatuh cinta.
Baca juga: Jangan Galau, Ini Alasan Pria Sulit Move On
Cinta bisa membuat seseorang ketagihan, seperti narkoba, karena hormon yang dilepaskan otak saat kamu benar-benar terikat pada seseorang atau sesuatu. Dopamin dan oksitosin khususnya adalah hormon yang membuat seseorang merasa baik dan ingin mengulangi perilaku tersebut, dan dilepaskan pada tingkat yang lebih tinggi saat seseorang sedang jatuh cintah.
Kemudian, saat sakit hati terjadi, kadar hormon ini turun dan diganti dengan hormon stres kortisol. Dirancang untuk mendukung respons melawan atau seakan ingin lari dari tubuh sendiri. Terlalu banyak kortisol selama periode waktu tertentu bisa menyebabkan kecemasan, mual, jerawat, dan penambahan berat badan. Semua gejala fisik dan mental yang tidak menyenangkan yang terkait dengan sakit hati akan muncul.
Cara Bangkit Dari Sakit Hati karena Putus Cinta
Meskipun keadaan sakit hati setiap orang bisa berbeda, ada beberapa metode penyembuhan sakit hati yang secara ilmiah bisa kamu coba. Kiat untuk mengatasi stres umum bisa membantu kamu saat patah hati, dan mengatur kebiasaan sehat untuk gaya hidup sehat yang berkelanjutan.
Saat sakit hati, kamu bisa mudah menarik diri dari kehidupan sosial dan berhenti melakukan hal-hal yang disukai. Namun, menghabiskan waktu dengan orang-orang yang positif dan suportif, menjalankan pola makan sehat, serta rutin berolahraga, membantu meningkatkan suasana hati dan mengalihkan perhatian dari kekesalan.
Baca juga: Baper Saat Dengar Lagu Sedih, Ketahui Bahaya Depresi
Ingatlah, bahwa kamu akan sembuh seiring berjalannya waktu. Seiring waktu, saat stres mereda dan kamu mulai tenang dan pulih, sistem tubuh akan berangsur-angsur kembali normal.
Jika perjalanan sakit hati terasa berat, jangan sungkan untuk meminta pertolongan profesional seperti psikolog. Kamu bisa menghubungi psikolog melalui aplikasi Halodoc saat merasa tidak mampu mengatasi patah hati dengan baik. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga!
Referensi: