Waspada Retensi Plasenta, Ari-Ari Tertinggal di Rahim Setelah Bayi Lahir
Halodoc, Jakarta – Persalinan terjadi dalam tiga tahap, tahap pertama adalah ketika ibu mulai mengalami kontraksi yang menyebabkan perubahan pada serviks saat persalinan. Tahap kedua adalah saat bayi dilahirkan dan tahap ketiga adalah ketika ibu melahirkan plasenta, yaitu organ yang bertanggung jawab untuk memberi makan bayi selama kehamilan.
Tubuh biasanya mengeluarkan plasenta dalam waktu 30 menit setelah melahirkan. Tapi, jika plasenta atau bagian-bagian plasenta tetap berada di dalam rahim selama lebih dari 30 menit setelah melahirkan, itu dianggap sebagai plasenta yang tertahan atau retensi plasenta.
Baca juga: 4 Cara Mencegah Retensi Plasenta
Ketika tidak diobati, plasenta yang tertahan dapat menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa ibu, termasuk infeksi dan kehilangan darah yang berlebihan. Apa saja jenis retensi plasenta?
Ada tiga jenis retensi plasenta:
-
Plasenta Adheren
Plasenta adheren adalah jenis retensi plasenta yang paling umum. Ini terjadi ketika rahim atau rahim gagal berkontraksi cukup untuk mengeluarkan plasenta. Sebagai gantinya, plasenta tetap melekat dengan longgar pada dinding rahim.
-
Plasenta yang Terperangkap
Plasenta yang terperangkap terjadi ketika plasenta terlepas dari rahim, namun tidak meninggalkan tubuh. Ini sering terjadi karena serviks mulai menutup sebelum plasenta dikeluarkan yang menyebabkan plasenta terperangkap di belakangnya.
-
Plasenta Akreta
Plasenta akreta menyebabkan plasenta menempel pada lapisan otot dinding rahim daripada lapisan uterus. Ini sering membuat persalinan lebih sulit dan menyebabkan perdarahan hebat. Jika perdarahan tidak dapat dihentikan, transfusi darah atau histerektomi mungkin diperlukan.
Tanda yang paling jelas dari retensi plasenta adalah kegagalan seluruh atau sebagian plasenta untuk meninggalkan tubuh dalam waktu satu jam setelah melahirkan.
Baca juga: Inilah 12 Faktor Pemicu Retensio Plasenta
Ketika plasenta tetap berada di dalam tubuh, ibu sering mengalami gejala sehari setelah melahirkan. Gejala retensi plasenta sehari setelah melahirkan dapat meliputi:
-
Demam
-
Keluarnya cairan yang berbau busuk dari vagina yang mengandung banyak jaringan
-
Pendarahan hebat yang berlanjut
-
Rasa sakit parah yang bertahan
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko ibu terkena plasenta termasuk:
-
Berusia di atas 30 tahun
-
Melahirkan sebelum minggu ke-34 kehamilan atau prematur
-
Memiliki persalinan tahap pertama atau kedua yang berkepanjangan
-
Memiliki bayi yang lahir mati
Dokter dapat mendiagnosis plasenta yang tertahan dengan memeriksa plasenta yang dikeluarkan dengan hati-hati untuk melihat apakah masih utuh setelah melahirkan. Plasenta memiliki penampilan yang sangat berbeda, dan bahkan sebagian kecil yang hilang dapat menjadi perhatian.
Tapi dalam beberapa kasus, dokter mungkin tidak memperhatikan bahwa ada bagian kecil yang hilang dari plasenta. Ketika ini terjadi, seorang perempuan akan sering mengalami gejala segera setelah melahirkan.
Baca juga: Retensio Plasenta Bahaya atau Tidak?
Jika dokter mencurigai ibu memiliki plasenta yang tertahan, dokter akan melakukan ultrasonografi untuk melihat rahim. Jika ada bagian dari plasenta yang hilang, ibu akan memerlukan perawatan segera untuk menghindari komplikasi.
Perawatan untuk plasenta yang tertahan meliputi pengangkatan seluruh plasenta atau bagian plasenta yang hilang. Itu dapat mencakup metode berikut:
-
Dokter mungkin melepaskan plasenta dengan tangan, namun ini membawa risiko infeksi yang meningkat.
-
Dokter menggunakan obat-obatan untuk mengendurkan rahim atau membuatnya berkontraksi. Ini dapat membantu tubuh secara alami menyingkirkan plasenta.
-
Dalam beberapa kasus, menyusui juga bisa efektif karena menyebabkan tubuh melepaskan hormon yang membuat rahim berkontraksi.
-
Dokter mungkin juga mendorong ibu untuk buang air kecil. Kandung kemih penuh terkadang dapat mencegah retensi plasenta.
Dokter mungkin perlu melakukan operasi darurat untuk menghilangkan plasenta atau bagian yang tersisa. Karena pembedahan dapat menyebabkan komplikasi, prosedur ini sering dilakukan sebagai upaya terakhir.
Kalau ingin mengetahui lebih banyak mengenai retensi plasenta serta informasi kesehatan lainnya, bisa tanyakan langsung ke Halodoc. Dokter-dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untukmu. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor, kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.