Hubungan Lingkungan Bersih dengan Pencegahan Schistosomiasis

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   11 Agustus 2019
Hubungan Lingkungan Bersih dengan Pencegahan SchistosomiasisHubungan Lingkungan Bersih dengan Pencegahan Schistosomiasis

Halodoc, Jakarta - Keong oncomelania menjadi pembawa larva dari cacing Schistosoma, parasit yang menyebabkan penyakit schistosomiasis. Inilah mengapa penyakit kronis ini disebut demam keong. Penularannya terjadi ketika larva cacing menembus kulit dan masuk ke dalam tubuh, lalu berdiam hingga dewasa untuk bertelur. Telur ini kemudian akan keluar dari tubuh bersama dengan feses. 

Apabila seorang pengidap schistosomiasis buang air besar tidak pada tempatnya, telur-telur cacing ini turut tersebar di lingkungan, menetas dan menjadi larva, kemudian masuk ke dalam tubuh keong oncomelania. Di dalam tubuh keong ini cacing bertumbuh menjadi dewasa dan kembali ke lingkungan untuk menginfeksi manusia. Sayangnya, penularan bisa terjadi pada hewan-hewan ternak yang turut terinfeksi. 

Benarkah Faktor Kebersihan Lingkungan Sangat Berpengaruh?

Tentu benar. Pasalnya, penularan schistosomiasis terjadi karena larva yang terbawa ke lingkungan dari feses pengidap, bisa melalui manusia atau hewan ternak. Larva yang tersebar di lingkungan ini mencemari tanah dan air yang jika dikonsumsi akan kembali meluaskan penularan dan penyebarannya. 

Baca juga: Masih Perlukah Orang Dewasa Minum Obat Cacing?

CDC menyarankan setiap orang untuk menghindari kontak langsung dengan air atau tanah di lokasi yang terkontaminasi. Berhati-hati jika berenang, kecuali di air laut atau kolam yang sudah diklorinasi, mengonsumsi air minum, mengonsumsi makanan yang melalui proses pencucian dengan air, dan mandi. Sayangnya, mengolah air dengan menggunakan yodium tidak mampu mematikan parasit. Oleh karena itu, konsumsi air hanya disarankan melalui air kemasan atau setidaknya telah mendidihkannya selama satu menit atau pastikan sampai bakteri dan telur cacing benar-benar mati. 

Setiap kontak dengan air atau benda yang terkontaminasi, sekecil apa pun bisa memicu terjadinya infeksi. Itulah sebabnya, CDC pun menyarankan untuk merebus dan mendinginkan air untuk mandi. Sementara untuk mencuci, lakukan hal yang sama dan simpan air maksimal dua hari. Cara lain untuk pencegahan schistosomiasis adalah kontrol siput sebagai hewan pembawa. 

Baca juga: Schistosomiasis Dapat Sebabkan Pembengkakan Hati, Ini Alasannya

Cara paling mudah untuk melakukannya menggunakan pestisida, mendesain ulang atau membersihkan irigasi agar siput sulit untuk kembali berkembang biak. Pilihan pencegahan schistosomiasis yang berkaitan dengan kontrol siput lainnya adalah mengembangkan ekosistem udang karang sebagai predator pemangsa. 

Mengenali Gejala Schistosomiasis

Penting untuk kamu mengetahui apa saja gejala dari schistosomiasis, sehingga bisa dilakukan deteksi dini dan pengobatan sesegera mungkin. Apabila kamu merasa ada keanehan pada tubuh yang tidak biasa, kamu bisa bertanya pada dokter melalui layanan Tanya Dokter di aplikasi Halodoc, atau membuat janji langsung di rumah sakit terdekat. 

Gejala infeksi schistosomiasis bergantung pada jenis cacing dan stadium infeksi itu sendiri. Gejala akan muncul ketika tubuh mulai merespons kontaminasi dari telur cacing. Pada tahapan akut, gejala yang muncul antara 14 hingga 84 hari berupa ruam, demam, sakit kepala, sakit pada tubuh atau mialgia, dan sulit bernapas. 

Sementara pada tahapan kronis, gejala sering sulit untuk dikenali pada awalnya. Namun, ketika penyakit telah berkembang, gejala akan mulai tampak, bergantung pada jenis parasit yang menyebabkan infeksi. Apabila menyerang usus dan organ hati, gejalanya berupa diare atau sembelit, adanya darah dalam feses, bisul pada usus, fibrosis hati, dan hipertensi portal. 

Jika menyerang sistem kemih, gejalanya adanya darah dalam urine, buang air kecil terasa menyakitkan, dan risiko kanker kemih yang tinggi. Seiring waktu, anemia mungkin terjadi, dan pada kasus yang sangat jarang, parasit bisa menyerang sistem saraf pusat. Sementara jika menyerang anak, terjadi perlambatan pertumbuhan dan berkurangnya kemampuan belajar. 

Baca juga: 6 Cara untuk Mencegah Schistosomiasis

Referensi: 
CDC. 2019. Parasites - Schistosomiasis
Medical News Today. 2019. What is Bilharzia, Snail Fever, or Schistosomiasis?
Departemen Kesehatan. 2019. Schistosomiasis Masih Ada, Butuh Peran Lintas Sektor Bebaskan Indonesia.

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan