Ibu dengan Epilepsi Bisa Ganggu Kehamilan

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   05 Juni 2019
Ibu dengan Epilepsi Bisa Ganggu KehamilanIbu dengan Epilepsi Bisa Ganggu Kehamilan

Halodoc, Jakarta - Jika ibu memiliki riwayat epilepsi dan berencana untuk melakukan program hamil, ibu perlu mempertanyakan beberapa hal penting. Apakah aman untuk melakukan program hamil? Apakah epilepsi membuat ibu sulit hamil? Jika ibu memang hamil, bagaimana ibu bisa mengatur kejang yang terjadi ketika hamil? Lalu, bisakah obat kejang yang ibu konsumsi membahayakan kondisi janin?

Untungnya, sebagian besar perempuan dengan epilepsi melahirkan bayi yang normal dan sehat. Jika ibu mengambil tindakan pencegahan, peluang ibu untuk memiliki anak yang sehat lebih besar dari 90 persen. Risiko tetap ada, tetapi sebelum ibu memutuskan untuk hamil dan memiliki momongan, periksakan terlebih dulu kondisi kesehatan ibu.

Hamil dengan Epilepsi, Benarkah Berisiko?

Bukan tidak mungkin epilepsi membuat ibu lebih sulit untuk mendapatkan kehamilan. Inilah mengapa ibu epilepsi memiliki lebih sedikit anak dibandingkan dengan ibu sehat. Tingkat kesuburan ibu epilepsi setidaknya 25 hingga 35 persen lebih rendah. Mengapa demikian? Ini beberapa alasan yang mungkin:

  • Ibu dengan epilepsi memiliki kondisi yang lebih tinggi yang menyebabkan infertilitas. Salah satunya adalah sindrom ovarium polikistik (PCOS).

  • Ibu dengan epilepsi lebih cenderung memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur, yang dapat membuatnya lebih sulit hamil.

  • Ibu dengan epilepsi cenderung memiliki siklus menstruasi yang tidak menghasilkan sel telur atau disebut anovulasi.

  • Beberapa obat antikejang dapat memengaruhi hormon di rahim, yang juga memengaruhi fungsi reproduksi.

  • Ibu dengan epilepsi lebih cenderung memiliki kelainan pada hormon yang terlibat dalam kehamilan.

Baca juga: Bisakah Epilepsi Disembuhkan dengan Operasi?

Jika kejang ibu tidak terkendali, kesuburan juga berpengaruh. Apabila seorang wanita mengalami kejang di sekitar tubuh ketika siap berovulasi, mereka dapat mengganggu sinyal yang membuat proses tersebut terjadi. Setelah hamil, lebih penting bagi ibu untuk mengendalikan kejang.

Pasalnya, kejang atau epilepsi saat hamil dapat berpengaruh pada kesehatan bayi. Ibu bisa saja terjatuh, atau bisa juga bayi mengalami kekurangan oksigen selama ibu kejang, dan kondisi ini dapat melukai bayi dan meningkatkan risiko keguguran atau kelahiran mati.

Epilepsi dan Kelahiran

Tidak sedikit ibu yang memiliki epilepsi khawatir akan terjadi kejang selama proses persalinan nantinya. Tidak heran, karena ketika ibu hamil, metabolisme akan berubah yang mengarah pada tingkat obat antikejang yang lebih encer. Pastinya, dokter terus melakukan pemantauan.

Baca juga: Makanan untuk Pengidap Epilepsi

Jadi, ketika persalinan dimulai, ibu mungkin tidak akan mengalami kejang. Namun, banyak hal yang bisa memicu risiko terjadinya kejang. Ibu akan merasa sakit dan sulit bernapas, dan ini akan meningkatkan risiko kejang. Namun, ini bukan berarti bahwa kejang biasa terjadi pada saat persalinan, melainkan hanya berupa kemungkinan.

Lalu, bagaimana jika kejang terjadi kala sedang dalam proses bersalin? Dokter mungkin akan memberikan obat untuk menghentikannya. Namun, jika tidak berhasil, bayi dilahirkan secara caesar. Meski sebagian besar ibu hamil dengan epilepsi melahirkan secara normal, tingkat persalinan caesar justru lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain.

Baca juga: Turunkan Risiko Epilepsi dengan Hindari 6 Hal Berikut Ini

Jadi, epilepsi saat hamil bisa berisiko untuk kehamilan dan pertumbuhan serta perkembangan janin di dalam kandungan. Oleh karena itulah ibu harus selalu memeriksakan dan bertanya pada dokter seputar kesehatan atau kondisi kandungan ibu. Supaya lebih mudah, ibu bisa segera download aplikasi Halodoc, karena bertanya pada dokter jauh lebih mudah dan cepat dengan aplikasi Halodoc.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan