Jangan Coba-Coba Ini Risiko Alergi Telur

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   26 Desember 2018
Jangan Coba-Coba Ini Risiko Alergi TelurJangan Coba-Coba Ini Risiko Alergi Telur

Halodoc, Jakarta - Terlepas dari rasanya yang enak dan fleksibilitasnya untuk dikreasikan menjadi beragam menu, telur merupakan makanan yang kaya akan protein dan nutrisi penting bagi tubuh. Namun, ada beberapa orang yang justru tidak bisa mengonsumsi telur karena kondisi tertentu. Salah satunya adalah mereka yang mengalami alergi telur.

Seperti kebanyakan jenis alergi lainnya, alergi telur merupakan reaksi tidak biasa dari sistem imunitas tubuh, ketika mengonsumsi telur atau makanan lainnya yang mengandung telur. Telur yang mengandung banyak nutrisi baik untuk tubuh, malah disalahartikan oleh sistem imunitas tubuh sebagai zat yang berbahaya. Akibatnya, tubuh pun melepaskan zat histamin, sebagai upaya perlindungan tubuh dalam mengatasi serangan tersebut. Reaksi ini disebut sebagai reaksi alergi.

Reaksi alergi telur biasanya muncul beberapa menit atau jam setelah mengonsumsi telur atau makanan yang mengandung telur. Gejala yang dialami setiap pengidap pun dapat bervariasi, mulai dari yang ringan hingga berat. Beberapa gejala yang umum muncul antara lain:

  • Biduran (hives).

  • Bibir atau kelopak mata bengkak.

  • Mata terasa gatal atau berair.

  • Telinga atau tenggorokan terasa gatal.

  • Hidung tersumbat, hidung mengeluarkan lendir, atau bersin-bersin.

  • Batuk, sesak napas, atau napas berbunyi (mengi).

  • Gangguan pencernaan, seperti kram perut, mual, serta muntah.

Meski jarang menyebabkan reaksi yang dapat membahayakan nyawa (anafilaksis), beberapa pengidap alergi telur juga bisa mengalami gejala atau reaksi alergi yang cukup parah dan memerlukan penanganan medis sesegera mungkin. Beberapa gejala tersebut antara lain:

  • Nadi berdenyut cepat.

  • Sulit bernapas, karena ada benjolan atau pembengkakan di tenggorokan sehingga saluran udara terhambat.

  • Perut terasa nyeri dan kram.

  • Syok, yang ditandai dengan penurunan tekanan darah secara signifikan, pening atau pusing, serta kehilangan kesadaran.

Rentan Terjadi pada Anak-anak

Alergi telur umumnya terjadi pada anak-anak. Bahkan, pada anak berusia 6 - 15 bulan, reaksi alergi yang muncul dapat sangat mengkhawatirkan. Bayi yang masih menyusu pada ibunya pun bisa mengalami alergi terhadap protein telur yang dikonsumsi ibunya. Namun, seiring bertambahnya usia anak, sistem pencernaan akan menjadi lebih matang, sehingga reaksi alergi terhadap telur akan menjadi lebih jarang terjadi.

Selain usia, risiko alergi telur juga lebih besar dialami oleh orang yang memiliki faktor-faktor berikut:

  • Memiliki orangtua dengan riwayat alergi makanan atau penyakit asma.

  • Mengalami eksim atopik. Saat mengalami reaksi kulit seperti ini, maka seseorang lebih berisiko mengalami alergi makanan, termasuk alergi telur.

Perlu diketahui bahwa reaksi alergi yang timbul dapat ditangani dengan pemberian obat-obatan, seperti antihistamin. Namun, hal penting lainnya yang perlu dilakukan adalah menghindari konsumsi serta paparan telur dan bahan yang mengandung telur. Bagi kamu yang mengidap alergi telur, penting untuk membiasakan diri membaca label keterangan bahan yang terkandung dalam makanan yang kamu beli.

Contoh makanan yang mengandung telur yang perlu dihindari adalah roti, permen, krim, saus salad, berbagai makanan yang digoreng dengan lapisan tepung, dan mayones. Sementara itu, bahan non makanan yang mengandung telur adalah sampo, vaksin, serta bahan riasan wajah. Alergen atau zat yang menimbulkan alergi pada telur bisa berasal dari protein dalam kuning atau putih telur. Namun, sebagian besar pengidap lebih sering mengalami reaksi alergi terhadap putih telur.

Itulah sedikit penjelasan tentang alergi telur, penyebab dan faktor risikonya. Jika kamu membutuhkan informasi lebih lanjut soal hal ini atau gangguan kesehatan lainnya, jangan ragu untuk mendiskusikannya dengan dokter pada aplikasi Halodoc, lewat fitur Contact Doctor, ya. Mudah kok, diskusi dengan dokter spesialis yang kamu inginkan pun dapat dilakukan melalui Chat atau Voice/Video Call. Dapatkan juga kemudahan membeli obat menggunakan aplikasi Halodoc, kapan dan di mana saja, obatmu akan langsung diantar ke rumah dalam waktu satu jam. Yuk, download sekarang di Apps Store atau Google Play Store!

Baca juga:

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan