halodoc-banner
  • Kamus Kesehatan A-Z
  • Perawatan Khusus keyboard_arrow_down
  • Cek Kesehatan Mandiri keyboard_arrow_down
close
halodoc-logo
Download app banner

sign-in logo Masuk

home icon Beranda


Layanan Utama

keyboard_arrow_down
  • Chat dengan Dokter icon

    Chat dengan Dokter

  • Toko Kesehatan icon

    Toko Kesehatan

  • Homecare icon

    Homecare

  • Asuransiku icon

    Asuransiku

  • Haloskin icon

    Haloskin

  • Halofit icon

    Halofit

Layanan Khusus

keyboard_arrow_down
  • Kesehatan Kulit icon

    Kesehatan Kulit

  • Kesehatan Seksual icon

    Kesehatan Seksual

  • Kesehatan Mental icon

    Kesehatan Mental

  • Kesehatan Hewan icon

    Kesehatan Hewan

  • Perawatan Diabetes icon

    Perawatan Diabetes

  • Kesehatan Jantung icon

    Kesehatan Jantung

  • Parenting icon

    Parenting

  • Layanan Bidan icon

    Layanan Bidan

Cek Kesehatan Mandiri

keyboard_arrow_down
  • Cek Stres icon

    Cek Stres

  • Risiko Jantung icon

    Risiko Jantung

  • Risiko Diabetes icon

    Risiko Diabetes

  • Kalender Kehamilan icon

    Kalender Kehamilan

  • Kalender Menstruasi icon

    Kalender Menstruasi

  • Kalkulator BMI icon

    Kalkulator BMI

  • Pengingat Obat icon

    Pengingat Obat

  • Donasi icon

    Donasi

  • Tes Depresi icon

    Tes Depresi

  • Tes Gangguan Kecemasan icon

    Tes Gangguan Kecemasan


Kamus Kesehatan

Artikel

Promo Hari Ini

Pusat Bantuan

Chat dengan Dokter icon

Chat dengan Dokter

Toko Kesehatan icon

Toko Kesehatan

Homecare icon

Homecare

Asuransiku icon

Asuransiku

Haloskin icon

Haloskin

Halofit icon

Halofit

search
Home
Kesehatan
search
close
Advertisement

Afasia

REVIEWED_BY  dr. Budiyanto, MARS  
undefinedundefined

DAFTAR ISI

  • Apa Itu Afasia? 
  • Penyebab Afasia
  • Faktor Risiko Afasia
  • Gejala Afasia
  • Apa Kata Studi Terkait Afasia?
  • Diagnosa Afasia
  • Pengobatan Afasia
  • Perawatan Tambahan untuk Mendukung Pemulihan Afasia
  • Pencegahan Afasia
  • Komplikasi Afasia
  • Kapan Harus ke Dokter?
  • FAQ

Apa Itu Afasia?

Afasia adalah gangguan yang disebabkan oleh kerusakan pada area otak yang memproduksi dan memproses bahasa. Akibatnya, orang dengan gangguan ini mengalami kesulitan berbicara, membaca, menulis dan memahami bahasa, sehingga tidak bisa berkomunikasi dengan baik.

Penurunan kemampuan berkomunikasi ini bisa berkisar dari ringan hingga sangat parah (tidak bisa berkomunikasi sama sekali). Namun, pengidap biasanya kesulitan untuk menemukan kata yang tepat dan menyusunnya menjadi kalimat yang bermakna. 

Kondisi ini bisa terjadi secara tiba-tiba setelah stroke atau cedera kepala. Namun, gangguan ini juga bisa terjadi secara bertahap akibat tumor otak.

Penyebab Afasia

penyebab umum meliputi:

  • Stroke: Penyebab paling umum afasia. Stroke terjadi ketika aliran darah ke otak terganggu.
  • Cedera Kepala Traumatis: Cedera kepala akibat kecelakaan atau benturan keras dapat menyebabkan kerusakan otak dan afasia.
  • Tumor Otak: Tumor yang tumbuh di area otak yang mengendalikan bahasa dapat menyebabkan afasia.
  • Infeksi Otak: Infeksi seperti meningitis atau ensefalitis dapat menyebabkan kerusakan otak dan afasia.
  • Penyakit Degeneratif: Penyakit seperti Alzheimer atau demensia frontotemporal dapat menyebabkan afasia progresif.

Faktor risiko afasia meliputi usia lanjut, riwayat stroke, hipertensi, diabetes, dan penyakit jantung.

Faktor Risiko Afasia

Afasia dapat terjadi pada siapa saja, tanpa memandang usia. Namun, gangguan ini lebih sering terjadi pada mereka yang berusia paruh baya dan lebih tua. Berikut beberapa faktor risiko yang dapat memengaruhi perkembangan afasia: 

  • Stroke. 
  • Cedera otak traumatis. 
  • Tumor otak. 
  • Penyakit neurodegeneratif. 
  • Usia lanjut. 
  • Faktor genetik. 
  • Riwayat keluarga. 
Fakta Penting Seputar Afasia

1. Afasia tidak mempengaruhi kecerdasan. 
2. Afasia sangat mungkin memengaruhi kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain. 
3. Afasia dapat terjadi pada siapa saja tanpa memandang usia. 
4. Dukungan emosional dari keluarga sangat penting dalam proses pemulihan penderita afasia. 

Gejala Afasia

Afasia adalah tanda dari beberapa kondisi kesehatan lainnya, seperti stroke atau tumor otak. Berikut ini  gejala yang mungkin terjadi:

  • Berbicara dalam kalimat pendek atau tidak lengkap.
  • Berbicara dengan kalimat yang tidak bisa dimengerti atau tidak masuk akal.
  • Mengganti satu kata dengan yang lain atau satu suara dengan yang lain.
  • Mengucapkan kata-kata yang tidak bisa dikenali.
  • Tidak mengerti ucapan orang lain.
  • Menulis kalimat yang tidak bisa dimengerti atau tidak masuk akal.

Orang dengan afasia juga memiliki pola kekuatan dan kelemahan yang berbeda-beda. Berikut ini gejala afasia berdasarkan jenisnya:

1. Afasia ekspresif

Ini disebut juga afasia broca atau afasia tidak lancar. Orang dengan jenis ini lebih bisa memahami apa yang orang lain katakan daripada mengucapkan kalimat sendiri.

Pengidap kesulitan untuk mengeluarkan kata-kata, seringkali berbicara dalam kalimat yang sangat pendek dan menghilangkan kata-kata. Contohnya, “Mau makan” atau “Berjalan di taman hari ini”.

2. Afasia komprehensif

Orang dengan afasia komprehensif juga bisa berbicara dengan mudah dan lancar dalam kalimat yang panjang dan rumit. Selain itu, pengidap sering menambahkan kata-kata yang tidak bisa dikenali, salah atau tidak perlu.

3. Afasia global

Jenis ini punya gejala seperti kemampuan yang buruk dalam memahami pembicaraan orang lain dan kesulitan membentuk kata dan kalimat.

4. Afasia anomik

Pengidap kesulitan menemukan kata-kata. Karena kesulitannya, kamu mungkin sulit menemukan kata yang tepat untuk berbicara dan menulis.

5. Afasia konduksi

Dikenal juga sebagai afasia asosiatif. Jenis afasia ini memiliki gejala seperti kesulitan menemukan kata atau frasa berulang.

6. Afasia sensorik transkortikal

Pada jenis ini, pengidap mungkin cukup pandai mengulang kata dan frasa. Tapi kamu lebih cenderung mengulangi pertanyaan yang mungkin ditanyakan seseorang kepada kamu daripada menjawabnya. Fenomena ini juga dikenal sebagai ekolalia.

7. Afasia motorik transkortikal

Pengidap memiliki keterampilan pengulangan yang kuat, tapi kesulitan menjawab pertanyaan tanpa harus banyak berpikir.

Apa Kata Studi Terkait Afasia? 

Sebuah studi terkait afasia berjudul Update in Aphasia Research (2015) menyebutkan bahwa banyak faktor yang bisa memengaruhi pemulihan afasia. Seperti usia pasien, jenis kelamin, kondisi kesehatan sebelum stroke, masalah kognitif dan demensia, hingga metode pengobatan. 

Oleh sebab itu, proses pengobatan dan pemulihan dari setiap pasien akan terjadi dalam berbagai tahap, dan berbeda-beda pada tiap individu. Pengobatan yang berfokus pada terapi wicara dan bahasa tetap menjadi dasar rehabilitasi afasia dan menjadi metode terapi perawatan yang tepat bagi pengidapnya. 

Terapi wicara dan bahasa dapat disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pasien, tergantung pada jenis dan tingkat keparahan afasia yang dialami. Terapi ini akan membantu memulihkan dan mengembangkan kembali kemampuan berbahasa yang sebelumnya terdampak. 

Diagnosis Afasia

Untuk mendiagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan neurologis, termasuk menguji kekuatan, perasaan dan refleks kamu, mendengarkan detak jantung kamu, dan pembuluh darah di leher.

Untuk memastikan diagnosis, dokter juga akan melakukan beberapa pemeriksaan berikut:

  • Tes pencitraan, seperti MRI dan CT scan. Tes ini bisa membantu dokter mengidentifikasi penyebab dan area otak yang rusak.
  • Pemeriksaan keterampilan berkomunikasi. Pada pemeriksaan ini, pengidap akan melakukan percakapan, menyebutkan nama objek, menjawab pertanyaan, dan mengikuti instruksi.
  • Pemeriksaan fungsi sensorik dan saraf. Tes ini akan memastikan bahwa masalah pendengaran atau kerusakan saraf bukanlah penyebab dari masalah yang tampak seperti afasia.
  • Tes kognitif dan memori. Pemeriksaan ini memastikan masalah bukan berasal dari gangguan kemampuan berpikir atau ingatan pengidap.

Pengobatan Afasia

Pengobatan untuk kondisi ini bertujuan untuk memperbaiki kemampuan berkomunikasi dan berbahasa, serta mengembangkan metode komunikasi lain yang diperlukan.

Bila kerusakan otak yang terjadi ringan, afasia biasanya bisa sembuh dengan sendirinya. Namun, pada kasus yang parah, berikut ini pengobatan afasia yang bisa dilakukan:

1. Terapi wicara dan bahasa

Bagi pengidap afasia, terapi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mereka untuk berkomunikasi dengan memulihkan sebanyak mungkin bahasa, mengajarkan cara mengembalikan keterampilan bahasa yang hilang, dan menemukan metode komunikasi lain.

2. Obat-obatan

Beberapa jenis obat tertentu juga bisa diberikan dokter untuk mengobati afasia. Obat-obatan yang biasanya diberikan adalah obat yang bekerja untuk meningkatkan aliran darah ke otak, meningkatkan kemampuan pemulihan otak, atau membantu menggantikan bahan kimia yang habis di otak (neurotransmitter).

3. Terapi komunikasi nonverbal

Jika afasia membatasi seberapa baik kemampuan berkomunikasi dengan benar menggunakan kata dan frasa, kamu dapat menjalani terapi komunikasi nonverbal. Perawatannya mungkin berupa:

  • Sebuah sistem komunikasi berbasis gambar.
  • Menggunakan buku komunikasi untuk menggambar.
  • Sebuah program menggambar.
  • Berbicara menggunakan gerakan.
  • Berbicara secara langsung untuk meningkatkan fungsi di area yang mempengaruhi komunikasi verbal.

Perawatan Tambahan untuk Mendukung Pemulihan Afasia

Selain pengobatan medis, ada beberapa perawatan tambahan yang dapat membantu mendukung pemulihan afasia, antara lain:

  • Dukungan Keluarga: Dukungan dari keluarga dan teman sangat penting untuk membantu pasien afasia merasa termotivasi dan percaya diri.
  • Teknologi Bantu: Alat bantu komunikasi seperti aplikasi di tablet atau komputer dapat membantu pasien afasia berkomunikasi dengan lebih mudah.
  • Modifikasi Lingkungan: Membuat lingkungan yang tenang dan bebas gangguan dapat membantu pasien afasia fokus pada komunikasi.

Perawatan tambahan ini dapat membantu meningkatkan kualitas hidup pasien afasia dan mempercepat proses pemulihan.

Pencegahan Afasia

Meskipun tidak semua kasus afasia dapat dicegah, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko terkena afasia, yaitu:

  • Mengontrol Tekanan Darah: Hipertensi adalah faktor risiko utama stroke, yang merupakan penyebab umum afasia.
  • Menjaga Kadar Kolesterol Tetap Sehat: Kadar kolesterol tinggi dapat meningkatkan risiko stroke.
  • Berhenti Merokok: Merokok meningkatkan risiko stroke dan penyakit jantung.
  • Mengelola Diabetes: Diabetes dapat merusak pembuluh darah dan meningkatkan risiko stroke.
  • Pola Makan Sehat: Konsumsi makanan sehat dan seimbang untuk menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah.

Dengan menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah, kita dapat mengurangi risiko stroke dan afasia.

Komplikasi Afasia

Afasia dapat menimbulkan banyak masalah kualitas hidup, mengingat komunikasi sudah menjadi bagian dari hidup setiap orang. Maka dari itu, kesulitan komunikasi dapat mempengaruhi:

  • Pekerjaan.
  • Hubungan.
  • Fungsi sehari-hari.

Selain itu, kemungkinan komplikasi tergantung pada penyebab afasia, yaitu:

  • Depresi.
  • Kehilangan mobilitas.
  • Kehilangan kontrol kandung kemih atau usus.
  • Risiko infeksi lebih tinggi.
  • Sakit yang tidak diobati.

Kesulitan mengungkapkan keinginan, kebutuhan, dan masalah dapat mengakibatkan rasa malu, frustasi, isolasi, dan depresi. Masalah lain dapat terjadi bersamaan, seperti kesulitan bergerak dan masalah dengan ingatan dan pemikiran.

Kapan Harus ke Dokter?

Oleh karena afasia seringkali merupakan tanda masalah serius, seperti stroke, segera temui dokter bila kamu tiba-tiba mengalami:

  • Kesulitan berbicara.
  • Kurang bisa memahami ucapan.
  • Kesulitan dengan mengingat kata.
  • Masalah dengan membaca atau menulis.

Kamu juga bisa bertanya pada dokter di Halodoc mengenai gejala yang kamu alami. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga!

Kamu bisa beli obat online atau produk kesehatan lainnya dengan praktis dan mudah di Apotek Online Halodoc. 

Toko Kesehatan Halodoc Produknya 100% asli dan tepercaya. Tanpa perlu antre, obat bisa diantar hanya dalam 1 jam langsung dari apotek terdekat dari lokasi kamu berada. 

Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga dan dapatkan obat dari apotek 24 jam terdekat! 

Diperbaharui pada 28 Oktober 2025.
Referensi:
Cleveland Clinic. Diakses pada 2025. Aphasia
Clinical Neurosciences. Diakses pada 2025. Stroke and Aphasia: Pathophysiology and Therapy. 
Journal of Neurology. Diakses pada 2025. Genetic Factors in the Development of Neurodegenerative Disease. 
Mayo Clinic. Diakses pada 2025. Aphasia
WebMD. Diakses pada 2025. What Is Aphasia?

FAQ

1. Apa yang dimaksud dengan afasia? 

Afasia adalah gangguan yang disebabkan oleh kerusakan pada area otak yang memproduksi dan memproses bahasa. Akibatnya, orang yang mengalami afasia bisa sulit berbicara, membaca, menulis dan memahami bahasa, sehingga tidak bisa berkomunikasi dengan baik. 

2. Apa perbedaan disartria dan afasia? 

Disartria dan afasia adalah dua gangguan yang memengaruhi kemampuan berkomunikasi, tetapi keduanya berbeda dalam hal penyebab, gejala, dan area otak yang terlibat. 

3. Apakah afasia bisa sembuh? 

Afasia bisa membaik, tetapi ini tergantung sejauh mana pemulihan terjadi. Pemulihan ini juga bergantung pada beberapa faktor seperti penyebab afasia, tingkat keparahan, usia pasien, serta jenis afasia yang dialami. 

TRENDING_TOPICS

VIEW_ALL
share on facebook
share on twitter
share on whatsapp
share on facebook
share on twitter
share on whatsapp