Aneurisma Aorta

Pengertian Aneurisma Aorta
Aorta adalah pembuluh darah paling utama dan paling besar pada tubuh manusia. Fungsinya untuk mendistribusikan darah dengan kandungan oksigen dari jantung ke semua bagian tubuh. Aneurisma aorta adalah kondisi ketika adanya benjolan seperti balon yang biasanya terjadi akibat melemahnya otot-otot pada dinding aorta.
Aorta mempunyai dinding tebal sehingga dapat mempertahankan bentuknya meski tekanan darah pada bagian dalamnya terbilang tinggi. Dinding ini sebenarnya kuat dan tebal. Akan tetapi, pada kondisi aneurisma aorta, dinding menjadi lemah sehingga tidak mampu menahan tekanan darah.
Dampaknya, dinding akan mulai membesar. Jika dinding tersebut robek atau pecah, maka aneurisma aorta bisa mengakibatkan terjadi perdarahan, bahkan dapat berisiko kematian.
Penyebab Aneurisma Aorta
Aneurisma aorta terjadi karena adanya bagian dari pembuluh darah yang melemah, sehingga terjadi benjolan yang berisiko untuk pecah sewaktu-waktu. Penyebab pasti dari melemahnya pembuluh darah ini dapat berbeda-beda pada setiap pengidap, mulai dari penyakit pembuluh darah, cedera, hingga kondisi yang belum pasti.
Aneurisma aorta terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Aneurisma aorta abdominalis
Aneurisma aorta abdominalis terjadi pada sepanjang aorta bagian perut. Tipe aneurisma ini merupakan kasus yang paling umum, sekitar ¾ kasus. Penyebab dari aneurisma aorta abdominalis masih belum pasti, tetapi kemungkinan ada hubungannya dengan aterosklerosis, merokok, tekanan darah tinggi, dan genetik.
2. Aneurisma aorta torakalis
Aneurisma aorta torakalis terjadi pada sepanjang aorta bagian dada. Tipe aneurisma ini lebih jarang. Kondisi ini biasanya terkait gen atau dapat terjadi pada orang yang lahir dengan kondisi katup aorta bikuspid, sindrom marfan, dan sindrom Loeys-Dietz. Penyebab lain yang dapat menyebabkan timbulnya aneurisma aorta ini adalah tekanan darah tinggi, infeksi, aterosklerosis, kolesterol tinggi, dan trauma.
Faktor Risiko Aneurisma Aorta
Penting untuk mengetahui faktor risiko dari aneurisma aorta. Sebab, kondisi ini sering kali muncul saat pemeriksaan untuk kondisi lain. Oleh karena itu, dokter biasanya merekomendasikan seseorang dengan kriteria berikut untuk melakukan skrining:
- Berusia 65 atau lebih.
- Berjenis kelamin laki-laki.
- Memiliki kebiasaan buruk merokok.
- Mempunyai tekanan darah tinggi.
- Mengidap kolesterol tinggi.
- Adanya penyakit diabetes melitus.
- Memiliki riwayat keluarga dengan aneurisma.
- Mempunyai kelainan genetik, misalnya sindrom marfan. Kamu bisa membaca artikel Sindrom Marfan untuk informasi lengkap penyakit ini.
Gejala Aneurisma Aorta
Gejala aneurisma aorta bisa berbeda bergantung pada lokasinya. Misalnya, pada pembuluh aorta perut (abdominal), dada (torakal) atau keduanya (torako-abdominal). Meski begitu, aneurisma aorta pada perut lebih sering terjadi daripada bagian dada atau kedua lokasi tersebut.
Pada beberapa kondisi, aneurisma dengan pembengkakan atau penggelembungan dengan ukuran kecil biasanya tidak menunjukkan adanya gejala. Namun, apabila semakin besar, maka pengidap akan mulai merasakan banyak gejala bergantung pada lokasinya. Bagi pengidap aneurisma abdominal, gejala yang muncul yaitu:
- Nyeri berkepanjangan pada bagian dalam atau samping perut.
- Rasa nyeri pada punggung.
- Terasa seperti berdenyut pada sekitar pusar.
Sementara itu, gejala yang muncul jika mengalami aneurisma torakal atau bagian dada, antara lain:
- Napas menjadi pendek.
- Sering batuk.
- Suara menjadi serak.
- Terasa tertekan dan nyeri pada dada.
- Rasa sakit pada bagian punggung.
Selanjutnya, gejala yang mungkin muncul apabila aneurisma aorta robek atau pecah (diseksi), yaitu:
- Rasa nyeri yang hebat dan terjadi secara tiba-tiba pada bagian punggung, dada, dan perut.
- Kesulitan bernapas.
- Tubuh terasa sangat lemas.
- Kepala seperti berkunang-kunang.
- Jantung berdenyut sangat cepat.
Pastikan aneurisma aorta yang pecah segera mendapatkan penanganan. Apabila tidak, maka bisa terjadi perdarahan hebat yang fatal akibatnya. Segera hubungi dokter ahli di Halodoc✔️ untuk mendapatkan penanganan yang tepat dengan klik banner di bawah ini.

Diagnosis Aneurisma Aorta
Dokter akan melakukan diagnosis aneurisma aorta dengan melakukan pemeriksaan fisik, wawancara medis, dan pemeriksaan radiologi. Pada pemeriksaan fisik, dokter akan memeriksa jantung pengidap untuk mendeteksi masalah aliran darah. Kemudian, barulah dokter akan memeriksa tungkai dan kaki.
1. Wawancara medis
Pada tahap ini, dokter akan mengajukan pertanyaan meliputi gejala yang terjadi pada pengidap. Contohnya, kapan gejala bermula, apakah pengidap memiliki merokok atau tidak, riwayat penyakit pada pengidap dan keluarga, serta apakah pasien mengalami cedera dada baru-baru ini.
2. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan lokasi aneurisma, memperkirakan ukuran benjolan, seberapa cepat pertumbuhannya, mencari tahu apa ada pembuluh darah lain yang ikut terinfeksi, dan mencari gumpalan darah atau peradangan. Tes ini meliputi USG, CT SCAN atau MRA, ekokardiogram, dan angiogram.
3. USG
Tes USG bertujuan untuk membantu dokter memeriksa ukuran aneurisma. Selain itu, dokter melakukan tes ini untuk mengikuti setiap perubahan aneurisma dan membantu mengukur risiko pecahnya benjolan aneurisma.
4. CT scan dan MRA
Dokter akan melakukan pemeriksaan Computed tomography (CT) dan magnetic resonance angiogram (MRA) jika perlu adanya pemeriksaan lebih detail. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui hubungan aneurisma dengan pembuluh darah ginjal atau organ lain, serta melihat pertumbuhan aneurisma aorta torakalis.
5. Ekokardiogram
Ekokardiogram adalah ultrasound yang berfungsi untuk mempelajari jantung. Guna mendiagnosis aneurisma torakalis, pengidap mungkin mendapatkan salah satu dari prosedur ini, apakah itu transthoracic echocardiogram (TTE) atau transesophageal echocardiogram (TEE).
6. Angiogram
Angiogram merupakan prosedur yang dapat membantu dokter mengetahui ukuran aneurisma, memeriksa jika ada diseksi aorta atau pembekuan darah, dan mengetahui jika ada pembuluh darah lain yang terlibat.
Pengobatan Aneurisma Aorta
Tujuan utama dari terapi aneurisma aorta adalah mencegah pecahnya pembuluh darah. Dokter akan melihat ukuran dan faktor risiko lain yang mungkin terjadi pada pengidap untuk menentukan jenis terapi.
Khusus untuk aneurisma abdominalis, dokter biasanya menentukan pilihan terapi dari ukurannya.
- 3—4,4 sentimeter: ukuran masih kecil, maka dokter akan menyarankan untuk melakukan pemeriksaan ultrasound rutin setiap tahun untuk memantau pembesaran aneurisma.
- 4,5—5,4 sentimeter: ukuran menengah, maka perlu pemeriksaan dengan ultrasound setiap tiga bulan untuk memantau pembesaran aneurisma.
- 5,5 sentimeter atau lebih: ukuran dalam kategori besar, biasanya perlu tindakan pembedahan untuk mencegah pembesaran lebih lanjut atau pecahnya aneurisma.
Tidak hanya kontrol secara rutin, dokter juga meresepkan obat untuk mencegah maupun mengurangi risiko aorta pecah atau robek. Beberapa jenis obatnya termasuk:
- Obat statin guna menurunkan kadar kolesterol sekaligus mengurangi risiko penyumbatan aorta karena aterosklerosis.
- Kelompok beta blocker guna membantu menurunkan tekanan darah dengan memperlambat detak jantung.
- Obat kelompok penghambat reseptor angiotensin 2 (ARB) untuk menurunkan tekanan darah apabila obat beta blocker tidak memberikan hasil yang optimal.
Sementara itu, pada aneurisma aorta torakalis, dokter memberikan pengobatan berdasarkan ukuran aneurisma, beratnya gejala yang muncul, dan risiko pembedahan. Terapi aneurisma aorta torakalis meliputi:
Pemantauan rutin
Jenis terapi ini merupakan pilihan terapi bagi aneurisma kecil yang tidak berisiko untuk pecah. Biasanya, dokter akan merekomendasikan pemeriksaan dengan CT scan atau MRI rutin setiap 6 bulan sekali (tergantung ukuran aneurisma) untuk melihat pembesaran aneurisma.
Pembedahan konvensional
Dokter akan merekomendasikan prosedur ini pada kondisi aneurisma yang besar dan rentan pecah. Tindakan pembedahan konvensional berlangsung dengan metode bius umum dan pemasangan alat khusus (graft) untuk mencegah aliran darah menekan aneurisma lebih lanjut.
Pembedahan endovaskular
Adalah tindakan pembedahan yang lebih tidak invasif. Metode ini menggunakan alat khusus yang dimasukkan ke dalam aorta melalui sobekan kecil atau melalui kateter yang dimasukkan pada pembuluh darah kaki.
Setelah prosedur operasi, dokter biasanya akan meminta pengidap untuk disiplin menjalani pola hidup dan makan yang sehat. Tidak hanya membantu membuat proses penyembuhan berlangsung lebih cepat, kebiasaan ini juga membantu menurunkan risiko pecahnya aneurisma aorta. Beberapa upaya yang dokter sarankan termasuk:
- Tidak merokok.
- Hindari pikiran dan kecemasan berlebihan yang dapat memicu stres.
- Tidak melakukan aktivitas fisik yang berat, seperti olahraga angkat beban.
- Batasi asupan lemak sehingga kadar kolesterol dalam darah menurun.
Komplikasi Aneurisma Aorta
Komplikasi dari aneurisma aorta bisa sangat mengancam nyawa. Beberapa kondisi yang mungkin terjadi seperti:
- Diseksi aorta, yaitu robekan pada lapisan dalam dinding aorta. Kondisi ini menyebabkan darah terkumpul antara lapisan dalam dan tengah dinding aorta. Akibatnya, aorta bisa pecah atau organ-organ tidak mendapatkan cukup darah.
- Insufisiensi aorta dan regurgitasi aorta. Keduanya terjadi ketika katup aorta tidak menutup dengan benar karena bagian terdekat dari aorta membesar. Hal ini memungkinkan beberapa aliran balik darah kembali ke jantung. Akibatnya, jantung harus bekerja lebih keras, yang bisa menyebabkan gagal jantung.
- Pecahnya aorta, yang menyebabkan perdarahan berbahaya dalam tubuh dan menyebabkan syok.
- Tamponade jantung. Ini adalah kompresi jantung karena peningkatan jumlah cairan pada perikardium, kantong yang membungkus jantung.
- Gagal ginjal, karena kurangnya aliran darah ke ginjal.
- Kurangnya aliran darah ke usus, yang menyebabkan peradangan dan cedera pada usus besar.
Pencegahan Aneurisma Aorta
Beberapa upaya yang dapat kamu coba untuk mengurangi risiko terkena aneurisma aorta adalah:
- Tidak merokok.
- Makan-makanan yang sehat.
- Rutin berolahraga.
- Mempertahankan berat badan yang normal.
- Tidak mengonsumsi alkohol.
- Segera melakukan pengobatan apabila mengidap darah tinggi atau hipertensi.
Kapan Harus ke Dokter?
Segera lakukan pemeriksaan apabila kamu merasakan gejala seperti telah disebutkan sebelumnya. Tanyakan pula pada dokter apabila kamu mempunyai faktor risiko tinggi untuk penyakit ini, seperti tekanan darah tinggi, jantung, genetik, hingga kebiasaan buruk merokok. Sebab, adanya faktor risiko tadi membuat aneurisma aorta bisa terjadi tanpa kamu sadari.
Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2022. Aortic Aneurysm.
National Heart, Lung, and Blood Institute. Diakses pada 2022. Aortic Aneurysm.
Stanford Healthcare. Diakses pada 2023. How is an aortic aneurysm diagnosed?
Diperbarui pada 15 Mei 2023
Topik Terkini
Artikel Terkait





