Autisme

Pengertian Autisme
Autism spectrum disorder (ASD) atau yang lebih sering kebanyakan orang sebut autisme atau autis merupakan gangguan perkembangan saraf. Gangguan tersebut memengaruhi perkembangan bahasa dan kemampuan seorang anak untuk berkomunikasi, berinteraksi, serta berperilaku. Bukan hanya autisme, ASD juga mencakup sindrom Asperger, sindrom Heller, dan gangguan perkembangan pervasif (PPD-NOS).
Perlu kamu ingat bahwa kelainan ini bukanlah penyakit, melainkan kondisi saat otak bekerja dengan cara yang berbeda dari orang lain. Mereka yang menyandang kelainan ini dapat mengalami kesulitan memahami apa yang orang lain pikirkan dan rasakan. Hal ini membuat mereka sulit untuk mengekspresikan diri. Baik dengan kata-kata atau melalui gerak tubuh, ekspresi wajah, dan sentuhan.
Selain itu, penyandang autisme juga mungkin akan memiliki kendala saat belajar. Keterampilan mereka mungkin berkembang tidak merata. Misalnya ketika penyandang autisme memiliki kesulitan berkomunikasi, bisa saja pengidapnya sangat pandai dalam seni, musik, memori, hingga matematika.
Penyebab Autisme
Hingga saat ini penyebab kelainan ini masih belum para ahli ketahui dengan pasti. Namun, para ahli mengidentifikasi adanya beberapa gen yang mungkin memiliki kaitan dengan ASD. Kadang-kadang gen-gen ini muncul dan bermutasi secara spontan. Namun, dalam kasus lain, orang mungkin mewarisi gen tersebut dari orang tuanya.
Dalam kasus anak kembar, autis bisa terjadi akibat gen kembar. Misalnya, bila satu anak kembar mengidap kelainan ini, maka kembar yang lain memiliki risiko autisme sekitar 36-95 persen.
Mereka yang mengidap kelainan ini juga bisa mengalami perubahan di area-area utama otak mereka yang memengaruhi cara bicara dan perilaku pengidap. Faktor lingkungan mungkin juga berperan dalam pengembangan ASD, meskipun dokter bisa mengkonfirmasi kebenarannya.
Di samping itu, yang perlu kamu garis bawahi adalah, autisme tidak akan terjadi akibat hal-hal berikut ini:
- Pola asuh orang tua yang buruk.
- Penggunaan vaksin, seperti vaksin MMR.
- Konsumsi makanan dan minuman.
- Infeksi yang dapat menular.
Faktor Risiko Autisme
Faktor-faktor yang jadi pemicu autisme adalah:
- Jenis kelamin. Anak laki-laki memiliki risiko hingga 4 kali lebih tinggi mengalami kelainan ini daripada anak perempuan.
- Faktor keturunan. Orang tua yang mengidap kelainan ini berisiko memiliki anak dengan kelainan yang sama.
- Penularan selama dalam kandungan. Contohnya, efek samping terhadap minuman beralkohol atau obat-obatan (terutama obat epilepsi untuk ibu hamil) selama dalam kandungan.
- Pengaruh gangguan lainnya, seperti sindrom Down, distrofi otot, neurofibromatosis, sindrom Tourette, lumpuh otak (cerebral palsy) serta sindrom Rett.
- Kelahiran prematur, khususnya bayi yang lahir pada masa kehamilan 26 minggu atau kurang.
Gejala Autisme
Gejala autisme masuk ke dalam dua kategori yaitu:
- Kategori Pertama: Kategori ini merujuk pada penyandang autisme dengan gangguan dalam melakukan interaksi sosial dan berkomunikasi. Gejala ini dapat meliputi masalah kepekaan terhadap lingkungan sosial dan gangguan penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal.
- Kategori Kedua: Penyandang kelainan ini dengan gangguan yang meliputi pola pikir, minat, dan perilaku berulang yang kaku. Contoh gerakan berulang, misalnya mengetuk-ngetuk atau meremas tangan, serta merasa kesal saat rutinitas tersebut terganggu.
Umumnya, penyandang kelainan ini cenderung memiliki masalah dalam belajar dan kondisi kejiwaan lainnya, seperti gangguan hiperaktif atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), gangguan kecemasan, dan depresi.
Selain gejalanya, baca juga tentang 5 Tipe Autisme yang Perlu Diketahui.
Diagnosis Autisme
Sebenarnya sulit untuk mendapatkan diagnosis autisme yang pasti. Meski begitu, dokter biasanya akan mendiagnosis autisme berdasarkan laporan perilaku dan pengamatan.
Bagi anak-anak, diagnosis biasanya membutuhkan dua langkah, berikut adalah penjabarannya:
- Skrining perkembangan untuk memberi tahu dokter apakah anak dapat mengikuti keterampilan dasar seperti belajar, berbicara, perilaku, dan bergerak sesuai usianya. Para ahli menyarankan agar anak-anak menjalani skrining untuk keterlambatan perkembangan selama pemeriksaan rutin mereka pada usia 9 bulan, 18 bulan, dan 24 atau 30 bulan. Nantinya anak-anak secara rutin melakukan pemeriksaan khusus untuk autisme pada usia 18 dan 24 bulan.
- Jika anak menunjukkan tanda-tanda masalah pada pemeriksaan, mereka akan memerlukan evaluasi yang lebih lengkap. Evaluasi yang lebih lengkap tersebut mungkin termasuk tes pendengaran dan penglihatan atau tes genetik.
Dokter juga akan mengajak spesialis yang berpengalaman dalam menangani gangguan autisme. Misalnya seperti dokter spesialis anak atau psikolog anak. Beberapa psikolog juga dapat memberikan tes Autism Diagnostic Observation Schedule (ADOS).
Jika kamu tidak mendiagnosis autisme ketika masih menjadi anak-anak, tetapi merasakan bahwa dirimu menunjukkan tanda-tanda atau gejala autisme, segeralah berkonsultasi kepada dokter. Baca juga lebih lanjut mengenai Pentingnya Deteksi Dini Autisme pada Anak.
Konsultasi dokter ahli di Halodoc✔️

Pengobatan Autisme
Kondisi autisme tidak dapat kamu sembuhkan. Meski begitu, ada banyak jenis penanganan yang dapat kamu lakukan untuk membantu penyandang autisme. Tujuannya agar mereka dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan sehari-hari dan mengembangkan potensi dalam diri mereka secara optimal.
Sementara itu, tindakan penanganan yang kamu lakukan pada tiap penyandang autisme bisa berbeda-beda. Namun, penanganan yang dokter berikan pada pengidap autisme umumnya berupa terapi.
Berikut adalah beberapa pilihan metode terapi umum untuk pengidap autisme:
1. Terapi perilaku dan komunikasi
Terapi ini akan memberikan sejumlah pengajaran pada pengidap, termasuk kemampuan dasar sehari-hari, baik verbal maupun nonverbal. Berikut adalah beberapa jenis contoh dari terapi perilaku dan komunikasi:
- Analisis perilaku terapan (ABA), untuk meningkatkan perilaku positif dan mencegah perilaku negatif.
- Terapi okupasi, yang bertujuan untuk membantu keterampilan hidup seperti berpakaian, makan, dan berhubungan dengan orang lain.
- Terapi integrasi sensorik, untuk membantu seseorang yang memiliki masalah dengan sentuhan atau dengan pemandangan atau suara.
- Terapi wicara untuk meningkatkan keterampilan komunikasi penyandang kelainan ini.
2. Terapi keluarga
Terapi ini bertujuan untuk orang tua dan keluarga pengidap autisme. Tujuannya adalah agar keluarga bisa belajar bagaimana cara berinteraksi dengan pengidap dan juga mengajarkan pengidap berbicara dan berperilaku normal.
3. Pemberian obat-obatan
Pemberian obat-obatan tidak bisa menyembuhkan kelainan ini, melainkan dapat mengendalikan gejalanya. Contohnya obat untuk mengatasi kejang, obat untuk mengatasi masalah perilaku, obat untuk mengatasi depresi, dan obat untuk mengatasi gangguan tidur.
Pencegahan Autisme
Hingga saat ini belum ada cara yang dapat dokter lakukan untuk mencegah kelainan ini. Maka dari itu, langkah awal yang harus orang tua ambil apabila Si Kecil menunjukkan gejala kelainan ini adalah dengan menghubungi dokter.
Sebab, penanganan yang kamu lakukan sedini mungkin pada penyandang autisme tentu dapat membantu mereka memiliki kehidupan yang lebih layak.
Komplikasi Autisme
Autisme yang tidak tertangani dapat menimbulkan masalah dengan interaksi sosial, komunikasi dan perilaku. Jika membiarkannya, kondisi tersebut dapat memicu komplikasi pada aspek sosial di kehidupan penyandang autisme, seperti:
- Masalah di sekolah dan keberhasilan pembelajaran.
- Masalah ketenagakerjaan.
- Ketidakmampuan untuk hidup mandiri.
- Isolasi sosial.
- Stres dalam keluarga.
- Menjadi korban dan diintimidasi.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika Si Kecil mengalami tanda dan gejala autisme, segeralah hubungi dokter. Pemeriksaan dan penanganan yang kamu lakukan sesegera mungkin dan tepat, tentu dapat meminimalkan risiko komplikasi serius. Selain itu, perawatan penyandang autisme melalui serangkaian terapi tentunya dapat mengurangi risiko terhambatnya aktivitas dan produktivitasnya.
Referensi:
Medical News Today. Diakses pada 2023. What to know about autism.
WebMD. Diakses pada 2023. Understanding Autism – the Basics
WebMD. Diakses pada 2023. What Is Autism?
NHS. Diakses pada 2021. What is autism?
Topik Terkini
Artikel Terkait





