Batuk Rejan

Pengertian Batuk Rejan
Batuk rejan atau pertusis disebabkan oleh bakteri yang menginfeksi paru-paru dan saluran pernapasan. Bordetella pertussis adalah jenis bakteri yang menjadi penyebab utama batuk rejan. Gejala khas dari batuk rejan adalah batuk keras yang tidak terkendali sampai pengidapnya kesulitan bernapas.
Setelah batuk sembuh, pengidap pertusis sering kali perlu menarik napas dalam-dalam yang menghasilkan suara “rejan”. Penyakit ini sangat menular dan lebih rentan menyerang anak-anak. Jika menyerang anak-anak dan lansia, batuk rejan dapat berakibat fatal, terutama pada bayi yang belum cukup umur untuk mendapatkan vaksin pertusis.
Faktor Risiko Batuk Rejan
Pemberian vaksin DPT adalah satu-satunya cara untuk menurunkan risiko batuk rejan. Seseorang yang tidak mendapatkannya lebih berisiko terinfeksi bakteri Bordetella pertussis. Kelompok individu berikut ini lebih rentan terserang batuk rejan karena belum cukup umur untuk mendapatkan vaksin atau mengidap kondisi tertentu:
- Ibu hamil saat trimester terakhir kehamilan.
- Bayi baru lahir.
- Bayi yang berusia di bawah 1 tahun dan belum mendapatkan vaksinasi DPT secara lengkap.
- Orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah.
- Orang yang mengidap penyakit kronis seperti asma atau gagal jantung.
- Anak-anak berusia di bawah 10 tahun yang belum divaksin DPT.
Penyebab Batuk Rejan
Penyebab batuk rejan adalah infeksi bakteri Bordetella pertussis yang bisa menyebar melalui udara. Mulanya, bakteri ini menyerang dinding trakea dan bronkus (percabangan trakea yang menuju ke paru-paru kanan dan kiri). Kemudian saluran udara membengkak sebagai hasil reaksi dari infeksi bakteri. Alhasil, pembengkakan saluran udara membuat pengidap harus menarik napas dengan kuat melalui mulut karena kesulitan bernapas. Hasil tarikan napas yang kuat inilah yang memunculkan bunyi dengkingan yang panjang.
Saat bakteri menginfeksi dinding saluran udara, maka tubuh akan memproduksi lendir kental. Inilah mengapa tubuh akan merangsang pengidap untuk mengeluarkan lendir kental tersebut dengan cara batuk.
Gejala Batuk Rejan
Umumnya, gejala batuk rejan dapat muncul antara 7 hingga 21 hari setelah bakteri bordetella pertussis masuk ke dalam saluran pernapasan. Gejala batuk rejan dapat terbagi menjadi tiga tahapan terutama pada bayi dan anak-anak, yaitu:
1. Tahap Pertama
Pada tahap awal ini, gejala yang muncul masih termasuk ringan, seperti bersin-bersin, hidung berair dan tersumbat, mata berair, radang tenggorokan, batuk ringan, hingga demam. Tahap ini bisa berlangsung hingga dua minggu, dan di tahap inilah, pengidap batuk rejan berisiko menularkannya ke orang-orang di sekelilingnya.
2. Tahap Kedua
Tahap ini ditandai dengan meredanya semua gejala-gejala flu, tetapi batuk justru bertambah parah dan tak terkontrol. Pengidap kemudian akan batuk keras terus-menerus yang diawali tarikan napas panjang lewat mulut. Setelah serangan batuk, bayi dan anak-anak yang mengalami batuk rejan bisa mengalami muntah serta tubuh mengalami kelelahan. Kondisi ini bisa berlangsung sekitar 2-4 minggu atau lebih.
3. Tahap Ketiga
Nah, di tahap inilah tubuh mulai membaik, tetapi gejala batuk rejan tetap ada bahkan bisa batuk lebih keras. Tahap pemulihan ini bisa bertahan hingga dua bulan atau lebih tergantung dari pengobatan. Berikut beberapa kondisi yang harus segera ditangani oleh dokter:
- Bayi berusia 0-6 bulan yang terlihat sangat tidak sehat.
- Pengidap mulai mengalami kesulitan untuk bernapas.
- Pengidap mengalami komplikasi serius, seperti kejang atau pneumonia.
- Pengidap mengeluarkan bunyi saat menarik napas.
- Pengidap muntah akibat batuk rejan yang parah.
- Tubuh menjadi memerah atau membiru.
Diagnosis Batuk Rejan
Pertama-tama dokter perlu bertanya soal riwayat kesehatan pengidap dan gejala yang dirasakannya saat ini. Dokter bisa saja salah mendiagnosis batuk rejan sebagai flu biasa atau infeksi pernapasan lainnya karena batuk rejan pada orang dewasa biasanya tidak menyebabkan gejala yang parah.
Namun, jika batuk terjadi terus-menerus, dokter bisa merekomendasikan tes medis lebih lanjut untuk mendiagnosis masalah. Pemeriksaan yang bisa dilakukan bisa mencakup swab nasofaring, yang dilakukan dengan mengambil sampel lendir melalui hidung untuk menganalisis adanya bakteri B. pertussis.
Komplikasi Batuk Rejan
Batuk rejan yang tidak segera ditangani dapat menimbulkan komplikasi. Namun, komplikasi yang dialami pengidap batuk rejan bisa berbeda-beda tergantung usia. Pada bayi, terutama yang masih berusia di bawah 6 bulan bisa mengalami komplikasi yang mengancam nyawa, seperti:
- Radang paru-paru.
- Henti napas.
- Dehidrasi.
- Kejang.
- Kerusakan otak.
Sementara pada orang remaja dan orang dewasa, batuk rejan dapat menimbulkan komplikasi berupa:
- Tulang rusuk memar atau retak.
- Hernia perut.
- Pecahnya pembuluh darah kulit atau bagian putih mata.
Pengobatan Batuk Rejan
Batuk rejan tidak bisa diobati menggunakan obat batuk biasa yang dijual di pasaran. Pengobatannya pun bisa berbeda-beda tergantung usia dan keparahan gejala. Berikut jenis-jenis pengobatan batuk rejan sesuai usia:
- Bayi dan Anak-Anak
Pada bayi dan anak-anak, mereka perlu ditempatkan di ruang isolasi untuk menghindari penyebaran infeksi. Pengobatan utama yang diberikan adalah antibiotik untuk melawan bakteri penyebab infeksi. Obat tersebut dapat diberikan melalui infus atau langsung. Sungkup oksigen juga dapat diberikan untuk membantu pengidapnya bernapas.
Bayi dan anak-anak dengan batuk rejan yang cukup parah biasanya berisiko mengalami kerusakan paru-paru. Oleh karena itu, penanganan khusus di rumah sakit akan berkonsentrasi pada pemakaian alat bantu pernapasan (ventilasi) dan pemberian obat-obatan untuk mengendalikan tekanan darah mereka dengan obat-obatan.
Pada keadaan yang lebih parah, dokter dapat melakukan Oksigenasi Membran Ekstrakorporeal (ECMO yaitu extracorporeal membrane oxygenation). Prosedur ini dilakukan dengan mengalirkan oksigen langsung ke tubuh tanpa melewati paru-paru. Prosedur ini akan diberikan jika teknik yang lain tidak berhasil dan paru-paru sudah mengalami kerusakan cukup parah.
2. Remaja dan Dewasa
Pada pengidap remaja dan dewasa, batuk rejan biasanya dapat ditangani di rumah. Dokter akan memberikan obat yang mampu mencegah perkembangan bakteri. Beberapa langkah perawatan yang bisa dilakukan sendiri di rumah adalah:
- Konsumsi obat penurun gejala demam dan radang tenggorokan.
- Untuk mencegah dehidrasi, pengidap disarankan untuk minum banyak air.
- Keluarkan semua lendir atau muntah saat batuk agar tidak tersedak atau terhirup kembali.
- Banyak beristirahat.
Pencegahan Batuk Rejan
Cara terbaik untuk mencegah batuk rejan adalah dengan mendapatkan vaksinasi pertusis. Biasanya vaksin ini diberikan bersamaan dengan vaksin difteri, tetanus, polio (vaksin DPT) dan Hib. Ibu hamil juga perlu mendapatkan vaksinasi pertusis untuk mencegah infeksi pertusis pada bayi di minggu-minggu awal usai kelahiran. Vaksinasi pertusis akan ditawarkan pada semua wanita hamil saat usia kehamilan mencapai 28-38 minggu.
Selain pada ibu hamil dan bayi, vaksinasi pertusis tambahan (booster) perlu diberikan karena fungsi perlindungannya cenderung melemah seiring waktu. Vaksinasi tambahan ini bisa diberikan ketika:
- Kekebalan vaksin pertusis mulai melemah, yakni saat seseorang berusia 11 tahun. Maka dari itu, anak berusia 11 tahun perlu mendapatkan booster vaksinasi pertusis.
- Beberapa jenis vaksin tetanus dan difteri yang diberikan secara berkala setiap 10 tahun sekali juga memiliki fungsi untuk melindungi dari batuk rejan. Vaksin jenis ini juga mengurangi risiko untuk menularkan batuk rejan kepada bayi.
Kapan Harus ke Dokter?
Batuk rejan tidak boleh disepelekan dan perlu ditangani dokter sesegera mungkin sebelum bertambah parah atau menular ke orang lain. Jika mengalami tanda-tanda di atas, jangan tunda untuk memeriksakan diri ke dokter.
Referensi:
WebMD. Diakses pada 2022. Whooping Cough: Causes, Symptoms, and Treatment.
Medical News Today. Diakses pada 2022. What to know about whooping cough in adults.
Mayo Clinic. Diakses pada 2022. Whooping cough.
Centers for Disease Control and Prevention. Diakses pada 2022. Pertussis (Whooping Cough)
National Health Services. Diakses pada 2022. Whooping cough.
Diperbarui pada 18 Januari 2022.
Topik Terkini
Artikel Terkait





