Gangguan Makan

Pengertian Gangguan Makan
Gangguan makan adalah sikap yang berbeda terhadap makanan yang menyebabkan seseorang mengubah perilaku dan kebiasaan makannya. Hal ini dapat menjadi kondisi serius yang berdampak negatif bagi kesehatan, emosi, dan kemampuan seseorang dalam berbagai area kehidupan yang penting.
Meskipun namanya gangguan makan, tapi gangguan ini sebenarnya lebih dari sekadar makanan. Gangguan makan adalah kondisi kesehatan mental yang kompleks yang sering kali membutuhkan intervensi dari ahli medis dan psikologis untuk mengubah arah mereka. Gangguan ini tercatat dalam Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental American Psychiatric Association, edisi kelima (DSM-5).
Penyebab Gangguan Makan
Gangguan makan bisa terjadi karena banyak hal, antara lain:
- Tekanan masyarakat. Kesuksesan dan nilai seseorang sering disalahartikan dengan tubuh yang ramping. Tekanan kelompok dan pandangan orang di media tersebut dapat memicu keinginan untuk berusaha keras memiliki tubuh ramping.
- Beberapa orang memiliki gen yang dapat memicu perkembangan gangguan makan. Seseorang yang memiliki orang tua atau saudara kandung yang mengidap gangguan makan cenderung berisiko mengalaminya juga.
- Masalah emosi dan psikologi. Pengidap gangguan makan, biasanya memiliki masalah emosi dan psikologi yang memicu mereka mengalami kondisi ini. Pengidap mungkin memiliki kepercayaan diri yang rendah, perfeksionis, sikap impulsif, ataupun hubungan yang terganggu dengan anggota keluarga atau teman. Selain itu, gangguan makan juga bisa dipicu oleh keadaan yang sarat tekanan dan pengalaman buruk (misalnya, pelecehan seksual, intimidasi, ataupun kehilangan orang yang dekat).
Faktor Risiko Gangguan Makan
Faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami gangguan makan, antara lain:
- Usia. Remaja putri atau wanita muda mulai usia 20-an cenderung lebih banyak mengidap gangguan ini dibanding pria.
- Profesi. Atlet, aktor, dan model juga berisiko tinggi mengalami gangguan makan karena dituntut untuk menurunkan berat badan oleh pekerjaan.
- Gangguan psikologi. Seseorang dengan gangguan psikologi, seperti depresi, stres, dan perasaan cemas atau sikap kompulsif-obsesif cenderung mengidap gangguan makan.
- Diet yang tidak wajar. Seseorang yang melakukan diet secara berlebihan cenderung dapat mengalami gangguan makan.
Gejala Gangguan Makan
Gejala ini bervariasi tergantung dari jenis gangguan yang dialami, antara lain:
- Gangguan makan berlebihan
Saat mengidap gangguan ini, seseorang biasanya makan dalam jumlah banyak, lalu merasa kehilangan kendali dengan pola makannya. Pengidap tersebut makan lebih cepat dan banyak saat tidak lapar dan melanjutkannya, meskipun sudah kenyang.
Seperti hanya bulimia, pengidap akan merasa jijik pada dirinya sendiri dan malu atas perilakunya, tetapi pengidap tidak berusaha melakukan olahraga berlebihan atau memuntahkan makanannya. Pengidap biasanya cenderung makan sendirian agar gangguannya ini tidak diketahui oleh orang lain.
- Anoreksia nervosa
Gangguan ini ditunjukkan dengan berat badan rendah yang tidak normal, merasa sangat takut jika berat badan bertambah dan memiliki persepsi yang salah tentang berat badan atau bentuk tubuh dirinya. Pengidap anoreksia berupaya keras menjaga asupan makanan guna menjaga berat dan bentuk tubuhnya, sehingga terkadang dapat meninggal karena kelaparan.
Gejala anoreksia lainnya dapat berupa: tubuh kurus, insomnia, kelelahan yang berlebihan, pusing, kuku berwarna biru, kuku dan rambut rapuh, sembelit, kulit kering, dan detak jantung tidak teratur.
- Bulimia nervosa atau sering disebut bulimia
Saat mengidap gangguan bulimia, seseorang mengalami kehilangan kendali saat makan, sehingga berulang kali mengonsumsi makanan dalam jumlah banyak, lalu mengeluarkannya kembali (eating and purging).
Hal ini dilakukan untuk mengurangi kalori yang berlebih karena merasa bersalah, malu, dan takut mengalami kenaikan berat badan berlebih. Cara yang dilakukan biasanya dengan memaksa diri untuk muntah dan berolahraga terlalu keras.
Gejala bulimia lainnya adalah penggunaan suplemen penurunan berat badan secara ekstrem, penggunaan pencahar, dan mengonsumsi obat diuretik atau enema secara teratur. Pengidap bulimia cenderung menilai kekurangan dalam dirinya dengan terlalu keras, meskipun sebenarnya berat badannya normal atau sedikit berlebih.
Banyak pengidap bulimia juga membatasi makan dalam siang hari, sehingga meningkatkan jumlah makanan pada malam hari, kemudian dimuntahkan kembali.
- Gangguan Asupan Makan Avoidant/Restriktif (ARFID)
Gangguan asupan makan avoidant atau restriktif yang sebelumnya dikenal sebagai gangguan makan selektif. Kondisi ini terjadi ketika seseorang membatasi jumlah atau jenis makanan yang ia konsumsi. Berbeda dari anoreksia nervosa, orang dengan ARFID tidak memiliki citra tubuh yang terdistorsi atau ketakutan berlebihan terhadap kenaikan berat badan. Gangguan makan ini paling sering terjadi pada masa kanak-kanak pertengahan.
Banyak anak mengalami fase pilih-pilih makanan, tapi anak dengan gangguan makan ARFID tidak mengonsumsi cukup kalori untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Sementara orang dewasa yang mengidap gangguan ini tidak makan cukup kalori untuk mempertahankan fungsi dasar tubuh.
Gejala gangguan asupan makan avoidant atau restriktif bisa berupa:
- Pembatasan dramatis terhadap jenis atau jumlah makanan yang dimakan.
- Kurang minat pada makanan.
- Penurunan berat badan yang dramatis.
- Sakit perut atau masalah pencernaan lainnya.
Diagnosis
Diagnosis gangguan makan ini dibuat berdasarkan tanda, gejala, dan kebiasaan makan seseorang. Jika dicurigai mengalami gangguan makan, maka seseorang diminta menjalani beberapa pemeriksaan oleh dokter dan psikolog/psikiater untuk menentukan keberadaan gangguan tersebut. Diagnosis dilakukan dengan cara:
- Pemeriksaan fisik menyeluruh, seperti tinggi, berat badan, dan tanda-tanda vital yang lain, termasuk detak jantung, tekanan darah, denyut nadi dan kondisi perut.
- Dokter juga akan mengajukan pemeriksaan sinar-X dan elektrokardiogram untuk memeriksa tulang patah, detak jantung yang tidak teratur, ataupun tanda-tanda pembusukan pada gigi yang menjadi ciri anoreksia atau bulimia.
- Pemeriksaan psikologi yang akan dilakukan oleh psikolog atau psikiater untuk mengetahui sikap pasien terhadap makanan, cara makan, dan pandangannya terhadap tubuh. Sangat penting mendapatkan jawaban yang jujur untuk menentukan pengobatan yang tepat.
- Pemeriksaan darah dan urine diperlukan untuk memeriksa darah seluruhnya, fungsi hati, ginjal, dan tiroid.
Pengobatan dan Efek Samping
Pengobatan untuk gangguan ini yang utama adalah psikoterapi atau disebut juga terapi bicara, untuk menggantikan kebiasaan tidak sehat menjadi lebih sehat. Salah satunya adalah terapi perilaku kognitif (cognitive behavioral therapy).
Terapi ini terutama dilakukan untuk pengidap bulimia dan gangguan makan berlebihan. Terapi perilaku kognitif akan mengubah pandangan seseorang saat menghadapi sebuah situasi, termasuk mencari penyelesaian masalah dan cara sehat mengatasi tekanan, sehingga pada akhirnya dapat mengubah sikap seseorang menjadi lebih baik.
Jenis terapi bicara lain yang bisa dilakukan adalah terapi interpersonal. Terapi ini memfokuskan pada masalah yang berkaitan dengan hubungan terhadap orang lain, terapi keluarga yang melibatkan seluruh keluarga untuk membahas gangguan yang dialami pengidap, hubungan di antara mereka, dan pengaruh gangguan ini terhadap keluarga.
Selain kedua terapi tersebut, juga dilakukan terapi pola makan untuk membantu seseorang memperoleh kembali dan mempertahankan pola makan yang sehat. Terapi ini dilakukan oleh ahli gizi dan dokter, terutama untuk pasien dengan berat badan yang kurang akibat gangguan makan.
Pemberian obat-obatan mungkin akan dipertimbangkan. Meskipun obat tidak dapat menyembuhkan gangguan makan, tetapi dapat membantu mengendalikan keinginan untuk makan banyak, muntah, ataupun kecemasan berlebihan yang menyangkut pola makan dan makanan.
Contoh obat-obatan yang digunakan untuk gangguan makan, antara lain antidepresan, antipsikotik, atau penstabil suasana hati. Dukungan keluarga dan teman sangat penting untuk keberhasilan pengobatan pada pengidap gangguan makan.
Komplikasi
Gangguan makanan yang dibiarkan tanpa penanganan bisa memicu beberapa komplikasi, yaitu:
- Terhambatnya pertumbuhan tubuh.
- Gangguan psikologi, seperti depresi, kecemasan, dan bahkan niat untuk melakukan bunuh diri.
- Masalah kesehatan yang serius.
- Penurunan prestasi di sekolah atau penurunan kualitas kerja.
- Rusaknya hubungan sosial.
- Kematian.
Pencegahan Gangguan Makan
Untuk mencegah gangguan makan, lakukan beberapa cara di bawah ini:
- Selalu berpikir positif, termasuk soal image diri sendiri.
- Mau mengonsumsi makanan sehat dan olahraga cukup.
- Cari lingkungan menyenangkan untuk melepas stres.
Kalau merasa tidak bisa lagi mengendalikan diri atau ada perasaan salah dan malu, sebaiknya pergi ke psikolog atau psikiater.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika mengalami gejala atau keluhan seperti di atas, sebaiknya segera bicarakan dengan dokter. Kamu juga bisa cek kebutuhan obat dan vitamin untuk masalah kesehatan yang dialami melalui aplikasi Halodoc. Download Halodoc sekarang juga di Apps Store dan Google Play.
Referensi:
National Institute of Mental Health. Diakses pada 2022. Eating Disorders.
Healthline. Diakses pada 2022. 6 Common Types of Eating Disorders (and Their Symptoms)
Topik Terkini
Artikel Terkait





