
DAFTAR ISI
- Apa Itu Haloperidol?
- Manfaat Haloperidol
- Peringatan Sebelum Menggunakan Haloperidol
- Dosis dan Aturan Pakai Haloperidol
- Cara Menggunakan Haloperidol dengan Benar
- Efek Samping Haloperidol
- Interaksi Haloperidol
- Kontraindikasi Haloperidol
Peringatan Penting
1. Haloperidol menurut Kemenkes termasuk dalam obat-obatan jiwa (psikofarmaka) yang peredarannya diatur dalam UU Psikotropika, Permenkes, dan aturan BPOM.
2. Haloperidol memiliki efek ketergantungan, serta perubahan status mental dan perilaku, sehingga penggunaan obat-obatan psikofarmaka harus sesuai dengan kondisi tubuh seseorang.
3. Haloperidol hanya boleh digunakan dengan resep dokter.
4. Artikel ini dibuat untuk tujuan edukasi, bukan sebagai panduan penggunaan mandiri.
Apa Itu Haloperidol?
Haloperidol adalah obat antipsikotik generasi pertama yang bermanfaat untuk mengobati gangguan psikotik serta mengatasi gejala seperti kegelisahan, mudah marah, dan delirium.
- Golongan: Obat keras.
- Kategori: Antipsikotik.
- Digunakan oleh: Dewasa dan anak-anak.
- Haloperidol untuk ibu hamil: Obat ini hanya boleh digunakan jika benar-benar diperlukan selama hamil. Konsultasikan pada dokter jika kamu sedang atau berencana hamil.
- Haloperidol untuk ibu menyusui: Obat ini dapat masuk ke ASI dan menimbulkan efek pada bayi. Konsultasikan pada dokter jika sedang menyusui.
- Bentuk obat: Tablet dan cairan.
Manfaat Haloperidol
Konsumsi obat haloperidol dapat membantu mengatasi gejala beberapa penyakit berikut ini:
1. Skizofrenia
Haloperidol bermanfaat untuk mengobati berbagai kondisi kesehatan mental, terutama yang bersifat psikotik.
Obat ini efektif mengatasi gejala skizofrenia seperti delusi dan halusinasi, yang membuat seseorang melihat, mendengar, atau merasakan hal-hal yang tidak ada, mempercayai hal-hal yang tidak benar, merasa curiga secara tidak wajar, atau mengalami pemikiran yang membingungkan.
Ketahui terkait penyakit ini dengan membaca artikel berikut: Ini 6 Gejala Skizofrenia Paranoid yang Perlu Diwaspadai.
2. Gangguan tourette
Selain untuk skizofrenia, haloperidol juga bermanfaat untuk mengontrol gejala gangguan tourette, baik pada anak-anak maupun orang dewasa.
Obat ini membantu mengatasi gejala tics motorik (kebutuhan tak terkendali untuk mengulang gerakan tubuh tertentu), dan tics verbal (kebutuhan tak terkendali untuk mengulang suara atau kata) pada individu dengan gangguan tourette.
3. Anak-anak dengan gangguan perilaku
Haloperidol juga bermanfaat untuk menangani masalah perilaku berat pada anak-anak yang menunjukkan perilaku kombatif, ledakan emosi, atau hiperaktivitas.
Pada anak-anak hiperaktif dengan gangguan perilaku seperti impulsivitas, kesulitan mempertahankan perhatian, agresivitas, fluktuasi suasana hati, dan toleransi frustasi yang buruk, haloperidol dapat menjadi opsi pengobatan jangka pendek setelah terapi psikologis atau pengobatan lain selain antipsikotik tidak memberikan hasil.
Selain beberapa masalah di atas, obat ini juga mungkin dokter resepkan untuk penyakit lainnya.
Namun, satu hal yang perlu ditekankan yaitu, Haloperidol bukan pilihan utama dalam terapi.
Obat ini hanya dapat digunakan apabila metode non-obat atau obat lain yang lebih aman tidak memberikan hasil yang diharapkan.
Peringatan Sebelum Menggunakan Haloperidol
Sebelum menggunakan obat ini, kamu perlu memperhatikan beberapa hal berikut ini:
- Haloperidol hanya dapat digunakan dengan resep dokter.
- Obat ini dapat menyebabkan pusing atau kantuk. Hindari mengemudikan kendaraan, menggunakan mesin, atau melakukan aktivitas yang memerlukan kewaspadaan setelah mengonsumsi obat ini.
- Haloperidol dapat mengurangi produksi keringat, meningkatkan risiko terkena heat stroke. Hindari aktivitas yang dapat menyebabkan kepanasan, seperti kerja berat atau olahraga di cuaca panas, dan gunakan pakaian ringan.
- Beri tahu dokter dan apoteker jika kamu alergi terhadap haloperidol atau obat lain.
- Beri tahu dokter jika kamu memiliki atau pernah memiliki penyakit Parkinson. Dokter mungkin akan menyarankan untuk tidak menggunakan haloperidol.
- Informasikan jika kamu memiliki sindrom QT berkepanjangan, kanker payudara, gangguan bipolar, citrullinemia, EEG abnormal, kejang, irama jantung tidak teratur, kadar kalsium atau magnesium rendah, masalah keseimbangan, nyeri dada, atau penyakit jantung atau tiroid.
- Beritahu dokter jika kamu sedang hamil, berencana untuk hamil, atau menyusui.
- Jika menjalani operasi, termasuk operasi gigi, beri tahu dokter atau dokter gigi bahwa kamu mengonsumsi haloperidol.
Dosis dan Aturan Pakai Haloperidol
Penggunaan haloperidol tidak boleh sembarangan, karena dosisnya hanya bisa ditentukan oleh dokter.
Penentuan dosis akan disesuaikan dengan kondisi medis, tingkat keparahan gejala, serta respons tubuh masing-masing pasien.
Itulah sebabnya, penting untuk selalu mengikuti anjuran dokter dan tidak menambah, mengurangi, atau menghentikan penggunaan obat ini tanpa arahan medis.
Catatan Penting
- Haloperidol tidak boleh digunakan dalam jangka panjang. Sebab, obat ini dapat menimbulkan ketergantungan serta efek samping serius.
- Dosis harus diturunkan secara bertahap (tapering off) di bawah pengawasan dokter. Penghentian pemakaian tidak boleh dilakukan secara tiba-tiba, karena dapat memicu gejala putus obat.
- Haloperidol tidak tersedia melalui layanan telemedicine dan hanya bisa diperoleh dengan resep fisik dari dokter.
Efek Samping Haloperidol
Obat ini mungkin bisa menyebabkan beberapa efek samping seperti:
Efek samping umum
- Pusing atau tekanan darah rendah.
- Konstipasi.
- Mulut kering.
- Penglihatan kabur.
- Merasa mengantuk.
- Masalah tidur (insomnia).
Efek samping serius
- Konstipasi parah, kadang disertai nyeri perut berat.
- Kekakuan atau getaran otot.
- Masalah dengan gerakan, seperti merasa gelisah atau kesulitan mengendalikan gerakan tangan atau kaki.
- Gerakan tidak terkendali pada wajah atau lidah.
- Suhu tubuh tiba-tiba tinggi atau mengalami infeksi.
- Detak jantung cepat atau tidak teratur (jantung terasa berdebar).
Efek samping sosial
Relasi dengan keluarga bisa terganggu, produktivitas menurun, hingga memunculkan stigma negatif dari lingkungan sekitar.
Segera cari pertolongan darurat ke IGD atau hubungi 119 jika mengalami napas yang semakin lambat, bibir tampak kebiruan, atau kehilangan kesadaran.
Interaksi Haloperidol
Beberapa obat yang mungkin berinteraksi dengan haloperidol meliputi:
- Cabergoline.
- Ketoconazole.
- Lithium.
- Methyldopa.
- Paroxetine.
- Pergolide.
- Quinupristin/dalfopristin.
- Saquinavir.
- Obat yang mempengaruhi irama jantung (Amiodarone, Dofetilide, Pimozide, Quinidine, Sotalol, dan Procainamide).
- Antibiotik makrolida (misalnya eritromisin).
- Obat pereda nyeri atau batuk opioid (misalnya kodein, hidrokodon)
- Alkohol.
- Obat tidur atau kecemasan (misalnya alprazolam, lorazepam, zolpidem)
- Relaksan otot (misalnya carisoprodol, siklobenzaprin).
- Antihistamin (misalnya cetirizine, diphenhydramine).
Selain beberapa obat tersebut, masih ada berbagai obat lainnya yang mungkin berinteraksi dengan obat ini.
Kontraindikasi Haloperidol
Haloperidol tidak boleh diberikan pada individu dengan kondisi berikut:
- Memiliki riwayat reaksi alergi terhadap haloperidol atau obat lain.
- Orang dengan masalah dengan irama jantung (aritmia), kondisi jantung yang disebut sindrom QT berkepanjangan, gagal jantung berat.
- Orang yang baru mengalami serangan jantung dalam dua bulan terakhir, serta mengidap penyakit Parkinson.
Hubungi dokter spesialis kejiwaan atau psikiater di Halodoc jika kamu mencurigai adanya gejala terkait masalah kesehatan mental.
Yuk, download Halodoc sekarang juga!


