Limfoma

Pengertian Limfoma
Limfoma atau kanker kelenjar getah bening adalah kanker darah yang bisa menyebabkan pembengkakan pada kelenjar getah bening. Kanker ini bermula saat sel kanker menyerang limfosit (salah satu sel darah putih) yang berperan penting dalam kekebalan tubuh.
Limfosit memiliki tugas untuk melawan infeksi bakteri dan virus yang masuk ke tubuh. Tak hanya di aliran darah, limfosit juga ada di berbagai bagian dan jaringan tubuh. Termasuk di kelenjar getah bening, limpa, timus, sumsum tulang, dan saluran pencernaan.
Jenis-Jenis Limfoma
Secara umum, limfoma terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Limfoma Hodgkin
Limfoma Hodgkin adalah jenis yang terjadi ketika limfosit tipe B berkembang secara tidak normal. Kemudian, sel abnormal ini menyebar ke berbagai bagian tubuh melalui pembuluh sistem limfatik.
Kadar limfosit B yang berlebihan ini kemudian akan mengganggu daya tahan tubuh. Hal ini membuat pengidap kanker ini lebih rentan mengalami infeksi.
2. Limfoma non-Hodgkin
Limfoma non-Hodgkin adalah jenis yang berasal dari kelenjar dan saluran limfe. Keduanya adalah organ yang berfungsi sebagai bagian dari kekebalan tubuh.
Pada pengidap penyakit ini, jumlah limfosit terus membelah tetapi tidak bisa berkembang secara normal. Hal ini membuat limfosit menumpuk di kelenjar dan saluran limfe sehingga menimbulkan berbagai gangguan kesehatan di berbagai organ tubuh.
Penyebab Limfoma
Limfoma terjadi akibat perubahan atau mutasi pada DNA sel-sel limfosit, sehingga sel-sel abnormal ini tumbuh tak terkendali. Sayangnya, hingga kini penyebab mutasi dari DNA sel-sel tersebut belum jelas.
Faktor Risiko Limfoma
Terdapat beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya limfoma. Misalnya:
- Lansia di atas 60 tahun.
- Pengidap obesitas.
- Memiliki anggota keluarga yang mengidap jenis kanker ini sebelumnya.
- Berjenis kelamin laki-laki.
- Mengidap penyakit autoimun, yakni penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh seperti HIV atau AIDS, rheumatoid arthritis, atau lupus.
- Mengalami infeksi virus tertentu seperti virus hepatitis C, Epstein-Barr, atau herpes HHV8.
Orang yang Rentan Terkena Kanker Limfoma
Penyakit ini sebenarnya dapat terjadi pada siapa saja. Namun, ada beberapa kelompok orang yang lebih rentan terkena kanker ini, yaitu:
- Orang berusia 15-30 tahun (limfoma Hodgkin), dan orang berusia lanjut atau di atas 60 tahun (limfoma non-Hodgkin).
- Seseorang yang pernah terpapar virus Epstein-Barr atau EBV.
- Orang yang memiliki kekebalan tubuh yang lemah.
- Orang yang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.
Gejala Limfoma
Limfoma mungkin tidak selalu menimbulkan gejala pada tahap awal. Namun, dokter mungkin menemukan pembesaran kelenjar getah bening selama pemeriksaan fisik. Kondisi ini mungkin terasa seperti benjolan kecil dan lunak di bawah kulit.
Seseorang mungkin merasakan pembesaran kelenjar getah bening pada beberapa area tubuh, seperti:
- Leher.
- Dada atas.
- Ketiak.
- Perut.
- Pangkal paha.
Selain itu, pada tahap awal gejala penyakit ini seringkali tidak pengidapnya sadari oleh pengidapnya. Hal ini membuat gejala tersebut mudah terabaikan. Gejala awal yang umum tersebut meliputi:
- Panas dingin.
- Batuk.
- Kelelahan.
- Pembesaran limpa.
- Demam.
- Keringat malam.
- Gatal-gatal.
- Sesak napas.
- Kulit gatal.
- Sakit perut.
- Kehilangan selera makan.
- Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
Karena gejalanya sering diabaikan, sulit untuk mendeteksi dan mendiagnosisnya pada tahap awal. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui bagaimana gejala mulai berubah saat kanker memburuk.
Selain pada orang dewasa, kanker ini juga bisa terjadi pada anak. Simak faktanya di sini → Fakta Kanker Limfoma pada Anak yang Ibu Perlu Tahu
Diagnosis Limfoma
Untuk mendiagnosis limfoma, pada tahap awal dokter akan melakukan wawancara medis seputar gejala dan riwayat penyakit sebelumnya. Setelah itu, barulah dokter melakukan pemeriksaan fisik.
Setelah melakukan pemeriksaan fisik, dokter juga akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang, seperti:
1. Biopsi
Prosedur pemeriksaan ini adalah mengambil sampel jaringan kelenjar getah bening yang membengkak, untuk diperiksa di laboratorium. Hasil pemeriksaan ini bisa menunjukkan keberadaan kanker ini dan jenisnya.
2. Tes Darah
Pemeriksaan darah untuk menegakkan diagnosis limfoma adalah:
- Tes darah lengkap, untuk mendeteksi penurunan sel darah.
- Tes kimia darah, untuk memeriksa fungsi ginjal dan hati.
- Lactate dehydrogenese (LDH), untuk memeriksa kadar LDH yang biasanya meningkat pada pengidap kanker ini.
3. Aspirasi Sumsum Tulang
Prosedur pemeriksaan ini adalah dengan menggunakan jarum untuk mengambil darah dan sampel jaringan sumsum tulang. Kemudian, petugas akan mengecek sampel untuk memastikan keberadaan sel kanker.
4. Pemindaian
Prosedur pemeriksaan ini adalah dengan melakukan foto Rontgen, CT scan, MRI, USG, dan PET scan. Ini bertujuan untuk melihat posisi, ukuran, dan penyebaran kanker.
Pengobatan Limfoma
Pengobatan kanker ini biasanya akan tergantung pada berbagai faktor. Termasuk kondisi kesehatan, usia, serta jenis dan stadium. Beberapa jenis pengobatan yang dapat dokter lakukan adalah:
1. Obat-obatan
Pengobatan dengan obat-obatan dapat berupa obat kemoterapi, seperti vincristine atau epirubicin, dan obat imunoterapi, seperti rituximab. Tujuan obat-obatan ini adalah untuk membunuh sel limfoma.
2. Radioterapi
Prosedur radioterapi biasanya adalah dengan menggunakan radiasi sinar khusus untuk membunuh sel kanker.
3. Transplantasi Sumsum Tulang Belakang
Prosedur ini dokter lakukan jika kanker ini sudah menyebar di sumsum tulang. Dokter akan mengganti jaringan sumsum tulang yang rusak, dengan jaringan sumsum tulang yang sehat.
Komplikasi Limfoma
Penyakit ini bisa meningkatkan risiko terkena penyakit jantung atau penyakit paru-paru. Selain itu, pengidapnya juga lebih rentan mengalami infeksi akibat penurunan daya tahan tubuh.
Selain akibat penyakitnya sendiri, prosedur pengobatan juga dapat menyebabkan beberapa komplikasi, seperti:
- Kemandulan sementara atau permanen, akibat kemoterapi dan radioterapi.
- Kemunculan kanker yang baru, terutama kanker payudara dan paru-paru. Ini bisa terjadi akibat kemoterapi dan radioterapi.
Pencegahan Limfoma
Cara efektif untuk mencegah limfoma sebenarnya belum ada. Meski begitu, ada beberapa cara yang dapat kamu lakukan untuk mengurangi risikonya, yaitu:
- Menggunakan kondom ketika melakukan aktivitas seksual untuk menurunkan peluang tertular HIV.
- Menghindari penggunaan narkoba suntik atau menggunakan jarum suntik yang bersih saat menyuntikkan narkoba. Hal ini bertujuan untuk mengurangi risiko tertular HIV atau hepatitis C.
- Menjaga berat badan tetap ideal dan tetap aktif secara fisik, agar terhindar dari obesitas.
- Mengonsumsi makanan bergizi dengan banyak buah, sayuran, dan biji-bijian.
- Namun, beberapa faktor risiko, seperti usia dan riwayat keluarga, bersifat tetap dan tidak dapat diubah.
Kapan Harus ke Dokter?
Bila kamu atau orang terdekat mengalami gejala-gejala limfoma, segeralah memeriksakan kondisi kesehatan ke dokter. Tujuannya tentu saja agar gejala yang kamu alami segera terdiagnosis, sehingga segera dapat penanganan.
Referensi:
Healthline. Diakses pada 2022. Everything You Need to Know About Lymphoma
WebMD. Diakses pada 2022. What is Lymphoma?
Very Well Health. Diakses pada 2023. Lymphoma.
American Cancer Society. Diakses pada 2023. Can Non-Hodgkin Lymphoma Be Prevented?
American Cancer Society. Diakses pada 2023. Can Hodgkin Lymphoma Be Prevented?
Diperbarui pada 2 Juni 2023
Topik Terkini
Artikel Terkait





