halodoc-banner
  • Kamus Kesehatan A-Z
  • Perawatan Khusus keyboard_arrow_down
  • Cek Kesehatan Mandiri keyboard_arrow_down
close
halodoc-logo
Download app banner

sign-in logo Masuk

home icon Beranda


Layanan Utama

keyboard_arrow_down
  • Chat dengan Dokter icon

    Chat dengan Dokter

  • Toko Kesehatan icon

    Toko Kesehatan

  • Homecare icon

    Homecare

  • Asuransiku icon

    Asuransiku

  • Haloskin icon

    Haloskin

  • Halofit icon

    Halofit

Layanan Khusus

keyboard_arrow_down
  • Kesehatan Kulit icon

    Kesehatan Kulit

  • Kesehatan Seksual icon

    Kesehatan Seksual

  • Kesehatan Mental icon

    Kesehatan Mental

  • Kesehatan Hewan icon

    Kesehatan Hewan

  • Perawatan Diabetes icon

    Perawatan Diabetes

  • Kesehatan Jantung icon

    Kesehatan Jantung

  • Parenting icon

    Parenting

  • Layanan Bidan icon

    Layanan Bidan

Cek Kesehatan Mandiri

keyboard_arrow_down
  • Cek Stres icon

    Cek Stres

  • Risiko Jantung icon

    Risiko Jantung

  • Risiko Diabetes icon

    Risiko Diabetes

  • Kalender Kehamilan icon

    Kalender Kehamilan

  • Kalender Menstruasi icon

    Kalender Menstruasi

  • Kalkulator BMI icon

    Kalkulator BMI

  • Pengingat Obat icon

    Pengingat Obat

  • Donasi icon

    Donasi

  • Tes Depresi icon

    Tes Depresi

  • Tes Gangguan Kecemasan icon

    Tes Gangguan Kecemasan


Kamus Kesehatan

Artikel

Promo Hari Ini

Pusat Bantuan

Chat dengan Dokter icon

Chat dengan Dokter

Toko Kesehatan icon

Toko Kesehatan

Homecare icon

Homecare

Asuransiku icon

Asuransiku

Haloskin icon

Haloskin

Halofit icon

Halofit

search
Home
Kesehatan
search
close
Advertisement

Penyakit Addison

REVIEWED_BY  dr. Fauzan Azhari SpPD  
undefinedundefined

DAFTAR ISI

  • Apa Itu Penyakit Addison?
  • Penyebab Penyakit Addison
  • Faktor Risiko Penyakit Addison
  • Gejala Penyakit Addison
  • Diagnosis Penyakit Addison
  • Pengobatan Penyakit Addison
  • Komplikasi Penyakit Addison
  • Pencegahan Penyakit Addison
  • Kapan Harus ke Dokter?

Apa Itu Penyakit Addison?

Penyakit Addison adalah gangguan endokrin yang jarang terjadi dengan angka kejadian sebanyak 1 dari 100.000 orang dan menyerang laki-laki dan perempuan dengan porsi seimbang.

Penyakit ini terjadi saat kelenjar adrenal tidak memproduksi hormon kortisol yang cukup banyak. Inilah mengapa penyakit Addison juga sering disebut insufisiensi adrenal atau hiperkortisolisme.

Hormon kortisol normalnya diproduksi oleh kelenjar adrenal yang terletak di atas ginjal. Tugas kortisol yang paling penting adalah membantu tubuh menanggapi stres berikut ini:

  • Membantu mempertahankan tekanan darah dan fungsi kardiovaskular lainnya.
  • Membantu meredakan respons radang dari sistem daya tahan tubuh.
  • Membantu menyeimbangkan efek insulin dalam memecah gula menjadi energi.
  • Membantu metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak.

Mengingat perannya yang sangat penting bagi tubuh, hormon kortisol yang diproduksi harusnya seimbang dan tepat.

Jika keseimbangan ini terganggu, stabilitas tubuh pun terganggu dan dapat mengancam jiwa.

Penyebab Penyakit Addison

Kegagalan untuk menghasilkan tingkat kortisol yang memadai atau insufisiensi adrenal dapat terjadi karena berbagai alasan.

Penyebab pun biasanya terjadi karena gangguan kelenjar adrenal itu sendiri (insufisiensi adrenal primer) atau kurangnya sekresi ACTH (adrenokortikotropik) oleh kelenjar pituitari (insufisiensi adrenal sekunder).

1. Insufisiensi adrenal primer

Sebagian besar kasus penyakit Addison disebabkan oleh penghancuran korteks adrenal, lapisan luar kelenjar adrenal oleh sistem kekebalan tubuh sendiri (autoimun). Kerusakan ini terjadi secara bertahap. 

Sekitar 70 persen kasus penyakit Addison yang dilaporkan disebabkan oleh gangguan autoimun, dengan ciri sistem kekebalan membuat antibodi yang menyerang jaringan atau organ tubuh sendiri dan secara perlahan menghancurkannya.

Insufisiensi adrenal terjadi ketika setidaknya 90 persen dari korteks adrenal telah dihancurkan. Akibatnya, baik produksi glukokortikoid maupun mineralokortikoid menjadi kurang.

Pada beberapa kasus, hanya kelenjar adrenal yang terpengaruh, seperti pada insufisiensi adrenal idiopatik. Walau begitu, kadang-kadang kelenjar lain juga terpengaruh seperti pada sindrom defisiensi polyendocrine.

Sindrom defisiensi poliendokrin diklasifikasikan menjadi dua bentuk terpisah yang disebut sebagai tipe I dan tipe II.

Tipe I terjadi pada anak-anak, insufisiensi adrenal dapat disertai oleh kelenjar paratiroid yang kurang aktif, perkembangan seksual yang lambat, anemia pernisiosa, infeksi candida kronis, hepatitis aktif kronis, dan dalam kasus yang sangat jarang, rambut rontok. 

Tipe II sering disebut Sindrom Schmidts, biasanya menimpa orang dewasa muda.

Fitur tipe II dapat termasuk kelenjar tiroid yang kurang aktif, perkembangan seksual yang lambat, dan diabetes mellitus. Sekitar 10 persen pasien dengan tipe II memiliki vitiligo, atau kehilangan pigmen pada area kulit.

Tuberkulosis (TB) menyumbang sekitar 20 persen kasus insufisiensi adrenal primer di negara maju.

Ketika insufisiensi adrenal pertama kali diidentifikasi oleh Dr. Thomas Addison pada tahun 1849, TB ini ia temukan pada otopsi pada 70 hingga 90 persen kasus.

Karena pengobatan untuk TB membaik, insufisiensi adrenal karena TB pada kelenjar adrenalin telah sangat menurun.

Penyebab kurang umum insufisiensi adrenal primer adalah infeksi kronis, terutama infeksi jamur, sel kanker menyebar dari bagian lain tubuh ke kelenjar adrena, amyloidosis, dan operasi pengangkatan kelenjar adrenal.

2. Insufisiensi adrenal sekunder

Bentuk penyakit Addison dapat berawal dari kurangnya ACTH, yang menyebabkan penurunan produksi kelenjar adrenal dan kortisol, tetapi tidak memengaruhi aldosteron.

Salah satu bentuk sementara ketidakcukupan adrenal sekunder bisa terjadi saat seseorang yang telah menerima hormon glukokortikoid seperti prednison untuk waktu dan lama tiba-tiba berhenti.

Hormon glukokortikoid, yang kerap digunakan dalam mengobati inflamasi, seperti rheumatoid arthritis, asma, atau kolitis ulserativa, memblokir pelepasan corticotropin-releasing hormone (CRH) dan ACTH.

Normalnya, CRH menginstruksikan kelenjar pituitari untuk melepaskan ACTH, maka jika kadar CRH menurun, hipofisis tidak mendapat rangsangan guna melepaskan ACTH, sehingga kelenjar adrenal kemudian gagal mengeluarkan tingkat kortisol yang cukup.

Penyebab lain dari insufisiensi adrenal sekunder adalah operasi pengangkatan tumor jinak atau kelenjar kanker hipofisis (penyakit Cushing).

Dalam hal ini, sumber ACTH tiba-tiba dihapus dan terapi penggantian hormon harus diberikan sampai ACTH dan produksi kortisol kembali ke tingkat normal. 

Meskipun jarang, insufisiensi adrenal dapat terjadi ketika kelenjar pituitari mengecil ukurannya atau berhenti memproduksi ACTH.

Ini bisa terjadi akibat tumor atau infeksi di daerah tersebut, hilangnya aliran darah ke hipofisis, radiasi untuk pengobatan tumor hipofisis, atau operasi pengangkatan bagian-bagian hipotalamus atau kelenjar pituitari selama bedah saraf di daerah-daerah ini.

Faktor Risiko Penyakit Addison

Terdapat beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang alami krisis Addison, antara lain:

  • Pernah mengidap penyakit Addison.
  • Pernah melakukan operasi kelenjar adrenal.
  • Adanya kerusakan pada kelenjar hipofisis.
  • Tidak mengonsumsi obat untuk penyakit Addison secara rutin.
  • Alami dehidrasi berat.
  • Alami trauma fisik atau stres yang berat.

Gejala Penyakit Addison

Gejala penyakit Addison biasanya akan muncul secara bertahap dan berkembang dalam kurun beberapa bulan.

Karakteristik dari penyakit ini adalah rasa lemas (fatigue) yang berkepanjangan dan memburuk, kelemahan otot, turunnya nafsu makan, dan turunnya berat badan. 

Tidak hanya itu, gejala-gejala lain yang dapat ditemukan pada pengidap penyakit Addison, antara lain:

  • Warna kulit menggelap (hiperpigmentasi).
  • Tekanan darah rendah, dapat menyebabkan pingsan.
  • Keinginan untuk makan garam.
  • Kadar gula darah rendah.
  • Mual, muntah, dan diare.
  • Nyeri perut.
  • Nyeri sendi dan otot.
  • Iritabilitas.
  • Depresi.
  • Rambut rontok.
  • Disfungsi seksual pada wanita.

Diagnosis Penyakit Addison

Dokter akan menanyakan terlebih dahulu tentang riwayat kesehatan serta tanda-tanda dan gejala pengidap.

Jika dokter curiga akan penyakit Addison, dokter mungkin akan meminta beberapa tes berikut:

1. Tes darah

Mengukur kadar natrium, kalium, kortisol, dan ACTH dalam darah. Hasil dari tes ini akan membantu dokter memutuskan apakah gejala yang ada disebabkan oleh insufisiensi.

Tes darah juga dapat dilakukan untuk mengukur antibodi yang terkait dengan penyakit Addison autoimun.

2. Tes stimulasi ACTH

Tes ini akan melibatkan pengukuran kadar kortisol dalam darah sebelum dan sesudah injeksi ACTH sintetis.

ACTH memberi sinyal ke kelenjar adrenal untuk menghasilkan kortisol. Jika kelenjar adrenal rusak, tes stimulasi ACTH menunjukkan bahwa keluaran kortisol sebagai respons terhadap ACTH sintetis terbatas atau tidak ada.

3. Tes hiperglikemia yang diinduksi insulin

Terkadang, dokter menyarankan tes ini jika penyakit pituitari adalah penyebab yang mungkin insufisiensi adrenal (insufisiensi adrenal sekunder).

Tes ini juga melibatkan pemeriksaan gula darah dan kortisol pada berbagai interval setelah suntikan insulin. Pada kondisi normal, kadar glukosa turun dan kadar kortisol meningkat.

4. Tes pencitraan

Dokter sering kali meminta pemeriksaan tomografi terkomputerisasi (CT) perut untuk memeriksa ukuran kelenjar adrenal pengidap atau kelainan lain yang dapat menyebabkan insufisiensi adrenal.

Dokter mungkin juga menyarankan pemindaian MRI kelenjar pituitari pada kecurigaan insufisiensi adrenal sekunder.

Pengobatan Penyakit Addison

Pengobatan penyakit Addison bertujuan untuk menggantikan hormon kortisol dan aldosteron yang tidak diproduksi oleh kelenjar adrenal.

Terapi penggantian hormon biasanya dilakukan dengan mengonsumsi obat-obatan berikut:

  • Kortikosteroid: Seperti hidrokortison atau prednison, untuk menggantikan kortisol. Obat ini diminum setiap hari, biasanya dalam dua atau tiga dosis.
  • Fludrokortison: Untuk menggantikan aldosteron. Obat ini membantu menjaga keseimbangan natrium dan kalium dalam darah, serta mengatur tekanan darah.

Dosis obat dapat disesuaikan tergantung pada kebutuhan individu dan respons terhadap pengobatan. Penting untuk minum obat secara teratur dan sesuai dengan petunjuk dokter.

Dokter juga akan memberikan instruksi tentang cara menyesuaikan dosis obat jika sedang sakit, stres, atau akan menjalani operasi.

Selain terapi penggantian hormon, orang dengan penyakit Addison juga perlu:

  • Mengenakan gelang atau kalung identifikasi medis yang menunjukkan bahwa mereka menderita penyakit Addison.
  • Membawa kit darurat yang berisi suntikan hidrokortison untuk digunakan jika terjadi krisis adrenal.
  • Mengetahui cara mengenali gejala krisis adrenal dan kapan harus mencari pertolongan medis darurat.

Dengan pengobatan yang tepat, sebagian besar orang dengan penyakit Addison dapat hidup sehat dan aktif.

Komplikasi Penyakit Addison

ika tidak diobati, penyakit Addison dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk:

  • Krisis adrenal: Ini adalah kondisi darurat yang mengancam jiwa yang terjadi ketika kadar kortisol dalam tubuh turun drastis. Gejala krisis adrenal meliputi:

    • Nyeri perut, punggung, dan kaki yang parahMuntah dan diare yang parah, menyebabkan dehidrasiTekanan darah rendahKehilangan kesadaranKebingungan
    • Krisis adrenal memerlukan perawatan medis segera. Suntikan hidrokortison dan cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kondisi ini.
  • Masalah kesehatan lainnya: Penyakit Addison yang tidak diobati dapat menyebabkan masalah kesehatan lainnya, seperti:
    • Osteoporosis (pengeroposan tulang)
    • Diabetes
    • Penyakit jantung
    • Masalah kesehatan mental, seperti depresi dan kecemasan

Penting untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat untuk penyakit Addison untuk mencegah komplikasi serius.

Pencegahan Penyakit Addison

Pencegahan penyakit Addison lebih terfokus pada meredakan gejala dan mencegah krisis Addisonian yang dipicu di lingkungan dengan tingkat stres tinggi.

Mencegah gangguan ini pada dasarnya dilakukan dengan cara mengobati kondisi yang mendasarinya dan membatasi faktor risiko, contohnya dengan cara:

  • Mengobati infeksi jamur.
  • Mengontrol diabetes.
  • Identifikasi gejala kanker untuk mencegah penyebaran sel ke kelenjar adrenal dan aliran darah.
  • Mengobati infeksi bakteri seperti tuberkulosis

Bagi yang sudah mengidap penyakit Addison, mengurangi stres dan terlibat dalam kegiatan santai dapat mencegah gejala berat dan komplikasi.

Kapan Harus ke Dokter?

Segera cari pertolongan medis jika mengalami gejala-gejala berikut:

  • Kelelahan kronis dan kelemahan otot yang tidak membaik dengan istirahat
  • Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
  • Penggelapan kulit yang baru atau memburuk
  • Pusing atau pingsan
  • Mual, muntah, atau diare yang parah
  • Nyeri perut yang parah

Jika sudah didiagnosis dengan penyakit Addison, penting untuk mencari pertolongan medis segera jika mengalami gejala krisis adrenal, seperti nyeri perut yang parah, muntah dan diare yang parah, tekanan darah rendah, kehilangan kesadaran, atau kebingungan.

Krisis adrenal adalah kondisi darurat yang mengancam jiwa dan memerlukan perawatan medis segera.

Sementara itu, jika kamu butuh informasi perawatan yang lebih lengkap, kamu bisa tanya dokter spesialis di Halodoc dengan cara klik banner di bawah ini!

Diperbarui pada 27 November 2025
Referensi:
NHS Choices UK. Diakses pada 2025. Addison’s Disease.
Mayo Clinic. Diakses pada 2025. Addison’s Disease.
Healthline. Diakses pada 2025. Addisonian Crisis (Acute Adrenal Crisis).
John Hopkins Medicine. Diakses pada 2025. Adrenal Insufficiency (Addison’s Disease).

FAQ

1. Apa perbedaan antara penyakit Addison dan insufisiensi adrenal sekunder?

Penyakit Addison adalah insufisiensi adrenal primer, yang berarti masalahnya terletak pada kelenjar adrenal itu sendiri.

Insufisiensi adrenal sekunder disebabkan oleh masalah pada kelenjar pituitari, yang mengatur produksi ACTH. ACTH adalah hormon yang merangsang kelenjar adrenal untuk memproduksi kortisol.

2. Apakah penyakit Addison dapat disembuhkan?

Tidak, penyakit Addison tidak dapat disembuhkan. Namun, dengan terapi penggantian hormon yang tepat, sebagian besar orang dengan penyakit Addison dapat hidup sehat dan aktif.

3. Apakah penyakit Addison dapat diturunkan?

Penyakit Addison jarang diturunkan. Namun, beberapa penyakit genetik yang dapat menyebabkan penyakit Addison dapat diturunkan.

4. Apakah penyakit Addison mempengaruhi kesuburan?

Penyakit Addison dapat mempengaruhi kesuburan pada wanita karena dapat mengganggu siklus menstruasi dan ovulasi. Dengan pengobatan yang tepat, sebagian besar wanita dengan penyakit Addison dapat hamil.

5. Apakah penyakit Addison dapat menyebabkan masalah kesehatan mental?

Ya, penyakit Addison dapat menyebabkan masalah kesehatan mental, seperti depresi dan kecemasan. Hal ini disebabkan oleh perubahan kadar hormon dalam tubuh dan stres kronis yang terkait dengan penyakit ini.

TRENDING_TOPICS

VIEW_ALL
share on facebook
share on twitter
share on whatsapp
share on facebook
share on twitter
share on whatsapp