Self Harm
DAFTAR ISI
- Apa Itu Self Harm?
- Penyebab Self Harm
- Faktor Risiko Self Harm
- Gejala Self Harm
- Hubungi Psikiater Ini Jika Kamu/Orang Terdekat Kerap Melakukan Self Harm
- Diagnosis Self Harm
- Pengobatan Self Harm
- Komplikasi Self Harm
- Pencegahan Self Harm
Apa Itu Self Harm?
Self harm, atau yang juga dikenal sebagai self injury atau self-inflicted violence, adalah perilaku saat seseorang sengaja melukai diri sendiri tanpa maksud untuk bunuh diri.
Tindakan ini dapat meliputi memotong, membakar diri sendiri, memukul tubuh, atau melakukan tindakan merusak lainnya pada diri sendiri. Self harm seringkali merupakan cara untuk mengatasi tekanan emosional yang dirasakan seseorang.
Penyebab Self Harm
Penyebab tindakan ini bisa sangat kompleks dan bervariasi antar individu. Namun, kondisi ini umumnya dipicu oleh gangguan mental seperti depresi, kecemasan, atau gangguan kepribadian.
Pengidapnya melakukan tindakan ini sebagai cara untuk mengatasi stres atau tekanan emosional.
Nah, beberapa orang mungkin tidak memiliki keterampilan yang cukup untuk mengelola emosi dengan cara yang sehat.
Akibatnya, mereka beralih melakukan tindakan melukai diri sendiri ini sebagai cara untuk meredakan tekanan yang mereka rasakan.
Lingkungan yang penuh tekanan, termasuk masalah di rumah, sekolah, atau pekerjaan, dapat membuat seseorang merasa terjebak dan tidak mampu mengatasi masalahnya dengan cara lain, selain self harm.
Tak bisa dipungkiri, Pengaruh Media Sosial terhadap Self-Harm juga Cukup Besar, Berikut Fakta dan Cara Menghadapinya.
Faktor Risiko Self Harm
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang melakukan tindakan melukai diri sendiri meliputi:
- Individu dengan gangguan mental seperti depresi, kecemasan, atau gangguan kepribadian.
- Orang yang pernah mengalami trauma emosional atau fisik, seperti pelecehan seksual atau kekerasan.
- Individu yang merasa terisolasi atau tidak memiliki dukungan sosial yang cukup cenderung menggunakan self harm sebagai cara untuk mengatasi kesepian atau kecemasan sosial.
- Mengalami tekanan yang berlebihan dari berbagai aspek kehidupan.
- Lingkungan yang merangsang atau mendukung tindakan melukai diri sendiri ini, seperti teman sebaya yang juga melakukannya, dapat memengaruhi seseorang untuk melakukan hal serupa.
Gejala Self Harm
Gejala tindakan ini dapat bervariasi antara individu, tetapi beberapa tanda umum yang bisa diamati, antara lain:
- Terdapat luka-luka seperti goresan, sayatan, bekas cutting tangan, atau bakar yang tidak memiliki alasan yang jelas atau terjadi secara berulang.
- Upaya untuk menyembunyikan luka-luka tersebut dengan cara mengenakan pakaian yang lebih tertutup dari biasanya, bahkan dalam cuaca panas.
- Perubahan drastis dalam perilaku seperti menjadi lebih tertutup, menarik diri dari interaksi sosial, atau menjadi lebih impulsif.
- Menunjukkan minat yang tidak biasa terhadap benda tajam, pisau, atau obat-obatan yang dapat digunakan untuk melukai diri sendiri.
- Mengalami stres, tekanan, atau ketegangan emosional yang besar yang sulit untuk diungkapkan.
- Perubahan yang signifikan dalam pola makan atau tidur, seperti makan berlebihan atau kurang, atau kesulitan tidur.
- Menunjukkan gejala depresi seperti perasaan sedih yang mendalam, kehilangan minat pada kegiatan yang biasa dinikmati, atau perubahan berat badan yang signifikan. Juga mungkin menunjukkan kecemasan yang berlebihan atau ketakutan yang tidak beralasan.
- Mengucapkan kata-kata atau ungkapan seperti “ingin menghilangkan rasa sakit” atau “rasa sakit ini tidak ada habisnya” yang menunjukkan perasaan yang sangat negatif.
- Menarik diri dari teman, keluarga, atau aktivitas sosial tanpa alasan yang jelas.
- Menunjukkan penurunan tajam dalam kinerja akademis atau pekerjaan tanpa alasan yang jelas.
Tak hanya orang dewasa, remaja juga berpotensi untuk melakukan self harm. Nah, ini Tanda-Tanda dan Penyebab Self-Harm pada Remaja yang harus kamu ketahui.
Hubungi Psikiater Ini Jika Kamu/Orang Terdekat Kerap Melakukan Self Harm
Tidak semua orang menunjukkan gejala yang sama, bahkan mayoritas berusaha menyembunyikannya sehingga sulit terdeteksi.
Namun, jika orang terdekat atau seseorang yang kamu kenal memiliki tanda-tanda self harm seperti adanya bekas cutting tangan, jangan ragu untuk menghubungi psikiater di Halodoc.
Mereka bisa memberikan saran yang tepat terkait cara menangani seseorang yang kerap melakukan tindakan melukai diri sendiri. Jangan khawatir, konseling di Halodoc aman dan privasi pasti terjaga.
Para ahli ini juga mendapatkan rating yang baik dari para pasien yang sebelumnya mereka tangani:
Ini daftarnya:
- dr. Sarah Endang S. Siahaan Sp.KJ
- dr. Mariati Sp.KJ
- dr. Anastasia Kharisma Sp.KJ
- dr. Debrayat Osiana Sp.KJ
- dr. Hanny Soraya M.Ked, Sp.KJ
Tak perlu khawatir jika dokter sedang tidak tersedia atau offline.
Sebab, kamu tetap bisa membuat janji konsultasi di lain waktu melalui aplikasi Halodoc.
Diagnosis Self Harm
Diagnosis self0harm seringkali sulit karena mayoritas merahasiakan atau tidak mengakui tindakan tersebut. Meskipun demikian, ada beberapa tanda yang bisa menjadi petunjuk adanya self harm.
Mulai dari luka-luka yang tidak dapat dijelaskan secara logis pada tubuh, seperti goresan, luka bakar, atau bekas gigitan. Selain itu, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi self-harm, antara lain:
1. Perhatikan perubahan cara berpakaian
Jika seseorang mulai mengenakan pakaian yang lebih tertutup atau menghindari memperlihatkan bagian tubuh tertentu, hal ini bisa menjadi tanda bahwa ada luka-luka yang ingin disembunyikan.
2. Perhatikan perubahan perilaku
Jika seseorang tiba-tiba mulai menunjukkan perubahan drastis dalam perilaku, seperti menjadi lebih tertutup atau menarik diri, ini bisa menjadi pertanda adanya masalah.
3. Cobalah bicara dengan orang yang bersangkutan
Menanyakan langsung kepada orang yang dicurigai melakukan self-harm dengan cara yang empatik dan tidak menghakimi dapat membantu dalam mendeteksi masalah ini.
Catat, Ini Mitos dan Fakta Self-Harm yang Terabaikan.
4. Perhatikan tanda-tanda lain dari gangguan mental
Self harm seringkali terkait dengan gangguan mental seperti depresi atau kecemasan. Jika seseorang menunjukkan tanda-tanda gangguan mental, ini bisa menjadi indikasi bahwa mereka juga berisiko melakukan self-harm.
Adapun jenis-jenis Tes untuk Mendiagnosis Gangguan Jiwa yang perlu kamu ketahui.
Salah satu cara mencegah perilaku self-harm adalah dengan mengetahui dan memahami Tanda-Tanda dan Penyebab Self-Harm pada Remaja yang mulai menunjukkan perilaku tersebut.
Pengobatan Self Harm
Pengobatan self harm biasanya melibatkan kombinasi terapi psikologis, konseling, dan, pengobatan untuk mengatasi gangguan mental yang mendasarinya.
Beberapa pendekatan pengobatan yang umum meliputi:
1. Terapi perilaku kognitif
Terapi ini membantu individu mengidentifikasi dan mengubah pola pikir dan perilaku negatif yang mendorong mereka melakukan self harm.
Dengan bantuan terapis, individu belajar cara menghadapi situasi yang memicu dorongan untuk self harm dan menggantinya dengan strategi yang lebih sehat.
Nah, berikut Jenis-jenis Terapi Kognitif Berdasarkan Keluhannya yang perlu kamu ketahui.
2. Terapi diri
Self healing therapy atau terapi diri membantu individu untuk mengembangkan keterampilan untuk mengatasi stres dan emosi negatif tanpa harus melakukan self-harm.
Terapis dapat mengajarkan teknik-teknik relaksasi, pengelolaan stres, dan cara untuk meningkatkan rasa percaya diri dan harga diri.
3. Konsumsi obat
Jika self harm terkait dengan gangguan mental seperti depresi atau kecemasan, dokter dapat meresepkan obat-obatan tertentu seperti antidepresan atau anti kecemasan untuk mengatasinya.
Namun, penggunaan obat-obatan harus selalu diawasi oleh dokter untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan obat.
Selain terapi dan pengobatan, penting juga untuk mendukung individu yang melakukan self-harm.
Caranya bisa dengan memberikan dukungan emosional dan membantu mereka mengidentifikasi cara alternatif dalam mengatasi stres dan masalah yang dihadapi.
Menjalin hubungan sosial yang sehat dan memberikan lingkungan yang aman juga dapat membantu dalam proses penyembuhan.
Komplikasi Self Harm
Self harm dapat menyebabkan berbagai komplikasi fisik dan psikologis. Beberapa komplikasi fisik yang mungkin terjadi akibat self harm adalah infeksi, luka permanen, dan perubahan jangka panjang pada fungsi tubuh.
Selain itu, self-harm juga meningkatkan risiko untuk melakukan bunuh diri di masa mendatang.
Secara psikologis, self -harm dapat menyebabkan perasaan bersalah, rendah diri, dan masalah emosional lainnya yang mempengaruhi kesejahteraan mental individu.
Pencegahan Self Harm
Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mencegah self-harm meliputi:
1. Belajar mengelola emosi
Belajar mengenali dan mengelola emosi secara sehat dapat membantu individu untuk menghindari tindakan self-harm.
Teknik-teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau olahraga dapat membantu dalam mengatasi stres dan emosi negatif.
2. Dukungan sosial
Membangun hubungan sosial yang sehat dan mendapatkan dukungan dari keluarga, teman, atau kelompok dukungan dapat membantu individu merasa didukung dan terhubung dengan orang-orang yang peduli.
3. Terapi dan konseling
Terapi perilaku kognitif atau terapi interpersonal dapat membantu individu untuk mengatasi masalah yang memicu self-harm dan mengembangkan strategi untuk mengelola stres serta emosi negatif.
4. Menghindari pemicunya
Mengidentifikasi dan menghindari pemicu yang mendorong tindakan self-harm dapat membantu individu untuk tetap tenang dan terkendali dalam menghadapi situasi sulit.
Ketahui juga Langkah-Langkah yang Bisa Dilakukan untuk Membantu Pelaku Self-Harm.
5. Terlibat dalam kegiatan positif
Mengalihkan perhatian dari pikiran negatif dengan terlibat dalam kegiatan yang menyenangkan dan bermanfaat dapat membantu mengurangi dorongan untuk melakukan self-harm.
6. Meningkatkan kesadaran dengan mengedukasi diri
Meningkatkan pemahaman tentang self-harm dan dampaknya dapat membantu individu untuk lebih waspada terhadap tanda-tanda dan gejala self-harm, baik pada diri sendiri maupun orang lain.