Menguap Tanda Mengantuk atau Cerdas?

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   01 Oktober 2018
Menguap Tanda Mengantuk atau Cerdas?Menguap Tanda Mengantuk atau Cerdas?

Halodoc, Jakarta - Selama ini menguap dikenal sebagai tanda bahwa seseorang sedang mengantuk atau bosan. Jika kamu menguap di kantor ketika jam kerja misalnya, langkah selanjutnya yang mungkin kamu ambil adalah menyeduh kopi atau teh hangat. Menguap juga dikenal sebagai aktivitas yang kurang sopan jika dilakukan sembarangan atau tanpa menutup mulut. Itulah mengapa dari kecil kita selalu diajarkan untuk menutup mulut ketika menguap, bukan?

Secara ilmiah, menguap merupakan sebuah momen untuk memberikan otak udara segar dan mendinginkan otak saat bekerja terlalu keras. Teori ini pun telah diuji dalam sebuah penelitian, hasilnya menunjukkan bahwa saat musim dingin, orang akan lebih sering menguap. Hal itu terjadi karena saat musim dingin, tubuh menjadi lebih hangat dibandingkan udara di luar tubuh. Itulah yang membuat kamu mungkin lebih sering menguap ketika berada di ruangan ber-AC.

Namun, selain sebagai tanda bahwa seseorang sedang mengantuk, ada pendapat yang berkembang di masyarakat bahwa menguap adalah tanda bahwa orang itu cerdas. Benarkah demikian? Anggapan itu bermula dari sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Biology Letter mengungkapkan bahwa lama menguap ternyata memiliki kolerasi dengan ukuran otak. Semakin lama menguap, maka semakin besar ukuran otak seseorang.

Penelitian tersebut menemukan fakta bahwa mamalia dengan otak lebih besar biasanya akan menguap lebih lama. Dengan mengumpulkan data berat otak dari 29 jenis mamalia, tim peneliti kemudian memperhatikan bagaimana mereka menguap. Semua hasil dicatat dan akhirnya ditemukanlah rata-rata waktu menguap untuk setiap jenis mamalia.

Hasilnya, manusia menguap selama rata-rata 7 detik, sementara simpanse menguap selama 5 detik, dan tikus menguap rata-rata hanya selama setengah detik. Bedanya durasi waktu menguap itu diduga bergantung pada lama waktu yang dibutuhkan untuk mendinginkan otak. Volume otak yang lebih besar akan membutuhkan waktu pendinginan yang lebih lama dibanding volume otak yang kecil. Itulah mengapa semakin besar otak, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk pendinginan, karena memang salah satu fungsi menguap adalah untuk mendinginkan otak.

Benarkah Menguap Bisa Menular?

Jika menguap merupakan respon alami tubuh yang dilakukan ketika otak memerlukan asupan udara segar, mengapa terkadang kita bisa ikut menguap ketika orang di dekat kita menguap? Apakah benar menguap bisa menular layaknya penyakit?

Hal tersebut dijawab oleh penelitian yang dilakukan di Nottingham University, Inggris, yang meneliti bagaimana cara menguap bisa menular. Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa bagian pengendali fungsi motorik pada otak mengalami respon tertentu yang dapat membuat kita ingin menguap ketika melihat orang lain menguap. Dalam kondisi ini, korteks motor utama memiliki peran yang membuat tubuh berada dalam kondisi yang mirip seperti sedang terkena sindrom tourette, yaitu kelainan saraf langka yang membuat seseorang tidak bisa mengendalikan gerak-gerik tubuh serta apa yang terlontar dari mulutnya.

Para peneliti pun menyebut kondisi menguap yang menular ini sebagai kondisi yang setara dengan echophenomena, yaitu kondisi dimana seseorang secara otomatis meniru kata-kata atau perilaku orang lain. Dari 36 partisipan yang dilibatkan dalam penelitian ini, semuanya dimonitor kondisi otaknya saat harus melihat satu sama lain menguap. Para peneliti pun kemudian melihat perubahan pada otak para partisipan dan terbukti bahwa melihat orang menguap memang bisa memberikan dorongan untuk melakukan hal yang sama, melalui rangsangan pada respon korteks motor utama manusia.

Nah, setelah menyimak pentingnya menguap dalam proses mendinginkan dan menyuplai oksigen ke dalam otak, ada baiknya kamu jangan menahan-nahan jika ingin menguap ya. Jika kamu mengalami masalah kesehatan, jangan ragu untuk membicarakannya dengan dokter di Halodoc, melalui Chat atau Voice/Video Call. Dapatkan juga kemudahan membeli obat secara online, hanya dengan men-download aplikasi Halodoc di Apps Store Atau Google Play Store.

Baca juga:

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan