Perlu Tahu, Gagap Enggak Pengaruhi Kecerdasan Anak

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   29 Oktober 2018
Perlu Tahu, Gagap Enggak Pengaruhi Kecerdasan AnakPerlu Tahu, Gagap Enggak Pengaruhi Kecerdasan Anak

Halodoc, Jakarta – Gagap pada masa perkembangan anak tidak hanya dapat memengaruhi interaksi sosialnya, tetapi juga membuat anak mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran. Belum lagi penerimaan orang di sekitar terkait kondisi gagapnya bisa berdampak ke psikologi anak itu sendiri.

Sebagian ada yang menghubungkan kegagapan dengan kecerdasan anak. Sebenarnya tidak ada kaitannya antara kegagapan dan intelegensia. Kalau hanya melakukan penilaian tingkat kecerdasan anak dari satu faktor saja, tentu ini akan sulit diukur.

Ketimbang mengaitkannya dengan kecerdasan, justru para ahli mengungkapkan bahwasanya gagap adalah keterlambatan perkembangan bahasa yang terjadi pada anak usia dua sampai empat tahun.

Banyak dari anak-anak yang mengalami kegagapan pulih sendiri secara alami tanpa bantuan terapis. Namun, alangkah lebih baik bila orangtua sudah melihat tanda-tanda kegagapan pada anak, maka segera memeriksakan anak ke dokter untuk mendapatkan rekomendasi terapi yang tepat.

Gejala Gagap

Setiap perkembangan anak jelas berbeda. Seorang anak mungkin memiliki gejala gagap yang merupakan bagian dari perkembangan bahasa dan bicaranya yang normal. Jika gejalanya berlangsung selama 3—6 bulan, maka sangat mungkin anak mengalami gangguan perkembangan.

Gagap adalah masalah bicara di mana terjadi gangguan alur bicara. Seorang anak yang gagap akan mengulangi atau memperpanjang bunyi, suku kata, ataupun kata-kata. Gagap berbeda dengan mengulang kata ketika belajar berbicara. Gagap dapat menyulitkan anak untuk berkomunikasi dengan orang lain.

Gejala gagap dapat bervariasi sepanjang hari dan dalam situasi yang berbeda, seperti:

  1. Mengulangi bunyi, suku kata, ataupun kata-kata, misalnya mengulang bunyi seperti dalam A-A-A-Apa

  2. Memperpanjang suara, misalnya I-I-Iya

  3. Menggunakan banyak jeda seperti "um" atau "aaa," misalnya saya akan - um um....

  4. Berbicara perlahan atau dengan banyak jeda

  5. Omongan terhenti atau terblokir. Mulut terbuka untuk berbicara, tetapi tidak ada yang dikatakan.

  6. Menjadi kehabisan napas atau gugup saat berbicara

  7. Mata cepat berkedip atau gemetar atau bibir gemetar saat berbicara

  8. Kegagapan meningkat saat lelah, gembira, ataupun  di bawah tekanan

  9. Menjadi takut untuk berbicara

Ada tiga jenis gangguan gagap, yaitu:

  1. Gagap Perkembangan

Ini adalah jenis gagap yang paling umum pada anak-anak dan biasanya terjadi ketika seorang anak berusia antara 2—5 tahun. Ini mungkin terjadi ketika anak mengalami ketertinggalan perkembangan bahasa.

  1. Gagap Neurogenik

Gagap neurogenik dapat terjadi setelah stroke atau cedera otak. Hal itu terjadi ketika ada masalah sinyal antara otak dan saraf dan otot yang terlibat dalam pembicaraan.

  1. Gagap Psikogenik

Gagap psikogenik adalah kondisi yang tidak umum terjadi. Besar kemungkinan ini dipicu oleh trauma emosional.

Ada beberapa risiko ataupun pemicu anak mengalami gagap, yaitu memiliki riwayat keluarga yang mengalami gagap, punya gangguan bicara, mengalami gagap selama enam bulan, serta mengalami trauma terhadap suatu hal.

Perawatan akan tergantung pada gejala, usia, dan kesehatan umum anak. Ini juga akan tergantung dari seberapa parah kondisinya. Tidak ada obat untuk gagap. Perawatan dini dapat mencegah gagap berlanjut hingga dewasa. Teknik berbeda digunakan untuk mengajarkan keterampilan anak dapat membantunya berbicara tanpa gagap.

Kalau ingin mengetahui lebih banyak gagap pada anak, bisa tanyakan langsung ke Halodoc. Dokter-dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untuk orangtua. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur, Hubungi Dokter, orangtua bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.

Baca juga:

 

 

 

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan