Rangkaian Tes untuk Mendiagnosis Asma

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   20 April 2021
Rangkaian Tes untuk Mendiagnosis AsmaRangkaian Tes untuk Mendiagnosis Asma

Halodoc, Jakarta - Asma adalah salah satu penyakit kronis yang menyerang saluran pernapasan. Pengidap penyakit asma akan mengalami peradangan dan penyempitan saluran napas yang membuatnya sesak atau sulit bernapas. 

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia, pada anak penyakit respiratori kronik ini merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai dan sejak dua dekade terakhir.

Di samping itu, angka kejadiannya dilaporkan meningkat baik pada anak maupun dewasa. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, angka kejadian asma pada anak usia 0 – 14 tahun adalah 9,2%. 

Nah, untuk mendiagnosis penyakit asma pada pasien dokter akan melakukan berbagai cara. Berikut rangkaian tes untuk mendiagnosis asma.

Baca juga: Penanganan Pertama Sesak Napas saat Mengalami Asma

Tes Untuk Mendiagnosis Asma

Terdapat beragam tes atau pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dokter untuk mendiagnosis asma pada pasien. Salah satu tesnya bernama faal paru dengan alat spirometer.

Menurut Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, pengukuran faal paru digunakan untuk menilai: 

  • obstruksi jalan napas.
  • reversibility kelainan faal paru.
  • variability faal paru, sebagai penilaian tidak langsung hiperresponsif jalan napas.

Selain faal paru, ada pula beberapa tes lainnya untuk membantu dokter menegakkan diagnosisnya. Berikut ini pemeriksaan penunjang untuk penyakit asma lainnya:

  • Pemeriksaan arus puncak ekspirasi dengan alat peak flow rate meter.
  • Uji reversibilitas (dengan bronkodilator).
  • Uji provokasi bronkus, untuk menilai ada/tidaknya hiperaktivitas bronkus.
  • Uji alergi untuk menilai ada/tidaknya alergi.
  • Foto torak, untuk menyingkirkan penyakit selain asma.

Baca juga: Kenali 5 Penyebab Kambuhnya Asma

Bagi ibu atau terdapat anggota keluarga yang mengidap asma, bisa kok memeriksakan diri ke rumah sakit pilihan. Sebelumnya, buat janji dengan dokter di aplikasi Halodoc sehingga tidak perlu mengantre sesampainya di rumah sakit. Praktis, kan?

Dibantu Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

Sebelum melakukan tes atau pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis penyakit asma, dokter akan melakukan wawancara medis (anamnesis) dan pemeriksaan fisik.

Menurut Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, diagnosis asma didasari oleh gejala yang bersifat episodik, gejala berupa batuk, sesak napas, mengi, rasa berat di dada, dan variabilitas yang berkaitan dengan cuaca. 

Nah, anamnesis yang baik cukup untuk menegakkan diagnosis. Namun, bila ditambah dengan pemeriksaan fisik dan tes atau pemeriksaan penunjang, maka akan lebih meningkatkan nilai diagnostik.

Dalam wawancara medis ini, dokter akan memberikan pertanyaan seputar riwayat penyakit dan gejala. Anamnesis tersebut meliputi:

  • Bersifat episodik, sering kali reversibel dengan atau tanpa pengobatan.
  • Gejala berupa batuk, sesak napas, dan rasa berat di dada.
  • Gejala timbul/ memburuk terutama malam/dini hari.
  • Diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu.
  • Respons terhadap pemberian bronkodilator.

Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam riwayat penyakit, yaitu: 

  • Riwayat keluarga.
  • Riwayat alergi.
  • Penyakit lain yang memberatkan.
  • Perkembangan penyakit dan pengobatan.

Baca juga: Cara Tepat Atasi Asma pada Anak di Rumah

Sedangkan pemeriksaan fisik, dokter akan memperhatikan tanda-tanda asma dan penyakit alerg lainnya. Tanda asma yang paling sering ditemukan adalah mengi pada auskultasi. Pada sebagian penderita, auskultasi dapat terdengar normal walaupun pada pengukuran objektif (faal paru) telah terdapat penyempitan jalan napas. 

Pada serangan ringan, mengi hanya terdengar pada waktu ekspirasi paksa. Meski begitu, mengi juga dapat tidak terdengar (silent chest) pada serangan yang sangat berat. Namun, biasanya disertai gejala lain misalnya sianosis, gelisah, sukar bicara, takikardi, hiperinflasi dan penggunaan otot bantu napas 

Nah, bagi kamu atau terdapat anggota keluarga yang mengalami gejala-gejala di atas, segera temui dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. 

Kamu bisa bertanya langsung pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Tidak perlu keluar rumah, kamu bisa menghubungi dokter ahli kapan saja dan di mana saja. Praktis, kan? 



Referensi:
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Diakses pada 2021. Asma: pedoman diagnosis & penatalaksanaan di Indonesia
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1023/Menkes/SK/XI/2008 tentang Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. Diakses pada 2021. 
IDAI. Diakses pada 2021. Pedoman Nasional Asma Anak

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan