Rasa Percaya Diri Rendah Bisa Picu Munculnya Dispareunia Saat Berhubungan Intim

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   10 Oktober 2018
Rasa Percaya Diri Rendah Bisa Picu Munculnya Dispareunia Saat Berhubungan IntimRasa Percaya Diri Rendah Bisa Picu Munculnya Dispareunia Saat Berhubungan Intim

Halodoc, Jakarta - Dispareunia ialah sebutan untuk rasa sakit yang muncul secara terus-menerus atau sewaktu-waktu pada kemaluan sesaat sebelum, selama, atau sesudah berhubungan intim. Jika kamu mengalami ini, bukan berarti ada yang salah dengan organ atau bagian kemaluan kamu. Karena nyatanya rasa percaya diri yang rendah atau kondisi psikologis bisa jadi pemicunya. Berikut penjelasannya!

Interpretasi Otak yang Berbeda - beda

Secara psikologis, rasa sakit saat berhubungan intim, terutama pada wanita, bisa jadi gejala tidak sadar atas fobia, keresahan tinggi, rasa terancam, dan ketakutan atas hubungan intim akibat rasa tidak percaya diri.

Saat berhubungan intim, sensasi yang dirasakan akan dikirimkan ke otak. Interpretasi dari sensasi ini bisa beragam sesuai dengan ekspektasi dan pengalaman berbeda setiap orang. Interpretasi ini yang nantinya akan menentukan apakah sensasi tersebut adalah sensasi yang menyenangkan atau menyakitkan.

Karena interpretasi tersebut, maka kondisi psikologis berperan sangat penting. Semakin banyak masalah psikologis, seperti kurangnya rasa percaya diri apalagi yang sudah mengarah pada kondisi seperti depresi, akan menaikan risiko dispareunia.

Citra Tubuh Negatif Pemicu Kurang Percaya Diri

Khusus untuk masalah hubungan intim, hal yang bisa membuat seseorang sangat tidak percaya diri adalah adanya citra tubuh negatif yang menimbulkan rasa tidak puas diri. Proses internal ini justru bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal. Misalnya keluarga, kerabat, teman, dan media. Jika seseorang hidup dalam lingkungan yang sangat mementingkan penampilan, kritik tentang  tubuh serta penampilan akan sangat berat.

Media pada saat ini juga menciptakan standar tentang penampilan diri yang tidak realistis, Akhirnya, standar tersebut memaksa orang untuk membangun persepsi atas tubuh sesuai dengan gambaran populer, terutama bentuk tubuh. Jika seseorang terlalu sering terpapar dengan gambaran ala media dan merasa tidak mampu untuk memenuhi standar tersebut, depresi yang datang bukanlah sesuatu yang aneh.

Kurang Percaya Diri, Mengirim Sinyal Dispareunia pada Otak

Rasa percaya diri yang kurang akibat trauma maupun citra tubuh akan mengarah pada penghukuman terhadap diri sendiri, yang merampas keyakinan serta kemampuan seseorang  untuk berpikir rasional. Kurangnya rasa percaya diri, membuat seseorang mengabaikan hidup dan bersikap selalu negatif. Emosi yang menjadi tidak stabil punya potensi untuk memberi dampak yang serius.

Jika seseorang tidak cukup kuat untuk menghadapi kurangnya rasa percaya diri, ia bisa berbuat sesuatu yang dapat menghancurkan kehidupannya sendiri. Pada kondisi ekstrem, hal ini bisa mengarah pada depresi, percobaan bunuh diri, penyakit fisik dan mental, kehamilan di usia muda, atau bahkan kekerasan terhadap anak-anak.

Dominasi rasa trauma ini akan mengirim sinyal negatif pada otak saat menginterpretasi sensasi hubungan intim. Rasa takut tidak memuaskan pasangan, kekhawatiran yang berlebih, dan penghukuman diri atas tidak mampunya ia memenuhi standar media, akan generalisasi semua sensasi ke otak sebagai rasa sakit.

Hal ini juga bisa terjadi karena secara tidak sadar tubuh mencoba untuk “menjaga” dirinya atas ketakutan diserang secara mental jika tidak memuaskan. Dari situ, dyspareunia atau rasa sakit menjadi semacam pertahanan diri untuk memberi tahu tubuh agar berhenti melakukan hubungan intim.

Nah, jika kamu mengalami rasa sakit ketika melakukan hubungan intim, atau ingin tahu lebih banyak mengenai dispareunia, yuk, tanyakan pada dokter dan spesialis dengan menggunakan aplikasi Halodoc! Kamu bisa menghubungi dokter melalui Video/Voice Call dan Chat kapan dan di mana saja. Yuk, download aplikasi Halodoc di App Store dan Google Play sekarang juga!

Baca juga:

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan