Sering Gatal Setelah Makan Telur, Mungkinkah Alergi?

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   12 November 2018
Sering Gatal Setelah Makan Telur, Mungkinkah Alergi?Sering Gatal Setelah Makan Telur, Mungkinkah Alergi?

Halodoc, Jakarta - Telur merupakan salah satu jenis makanan yang dapat menimbulkan reaksi yang tidak biasa dari sistem kekebalan tubuh. Kondisi ini biasanya disebut dengan alergi. Reaksi alergi yang dihasilkan bisa beragam, dari yang ringan hingga yang parah. Tubuh pengidap alergi biasanya akan merespon seolah-olah makanan tersebut merupakan zat yang berbahaya.

Alergi pada telur merupakan salah satu alergi yang banyak ditemui pada anak-anak, setelah alergi pada susu sapi. Kondisi ini biasanya muncul semenjak bayi dan umumnya menghilang pada saat remaja. Hal ini terjadi karena sistem kekebalan tubuh pada bayi belum sempurna dan tidak mampu menerima protein dalam telur.

Pada pengidap alergi ini, sistem imun yang bertugas sebagai pelindung tubuh dari kuman dan ancaman lainnya justru menggunakan antibodi untuk melawan protein pada telur yang dianggap sebagai suatu zat yang berbahaya. Alergi pada telur dapat ditandai dengan munculnya ruam dan badan terasa tidak enak beberapa jam setelah mengonsumsi telur atau makanan yang mengandung telur.

Gejala alergi telur lainnya adalah gatal-gatal, peradangan, hidung tersumbat atau bersin, mual, muntah, perut kram, atau gejala pada gangguan pencernaan lainnya. Reaksi alergi yang ringan tersebut dapat muncul menjadi lebih parah pada serangan alergi berikutnya. Anafilaktik merupakan jenjang alergi yang lebih parah dan dapat berujung pada kematian jika tidak segera ditangani. Gejalanya dapat berupa:

  1. Denyut nadi yang cepat.

  2. Sakit atau kram di area perut.

  3. Tekanan darah yang menurun dan menyebabkan pusing atau hilangnya kesadaran.

  4. Terjadi penyempitan saluran udara, terdapat benjolan di tenggorokan yang menyebabkan kesulitan dalam bernapas dan mengi.

  5. Hidung berair.

Alergi ini disebabkan karena respon antibodi tubuh menganggap protein pada telur adalah sebuah zat yang berbahaya, dan meresponnya dengan melepaskan histamin, dan senyawa kimia lain. Respon inilah yang menyebabkan munculnya gejala alergi, seperti gatal-gatal dan ruam.

Selain karena usia, risiko alergi juga lebih besar dialami oleh anak yang memiliki orangtua dengan riwayat alergi pada telur. Faktor lainnya lebih besar pada pengidap dermatitis atopik, yang merupakan eksim yang sering muncul pada lipatan kulit. Eksim merupakan kondisi ketika kulit menjadi kering, gatal, pecah-pecah, dan berwarna kemerahan.

Pencegahan alergi pada telur dapat dimulai dengan mengenali makanan apa saja yang mempunyai kandungan telur. Kamu juga dapat mengenali kandungan telur pada suatu makanan melalui istilah yang umum ditemui. Istilah pada makanan olahan yang diawali dengan kata “ovo” atau “ova” umumnya diproduksi bersama campuran telur, misalnya ovoglobulin atau ovalbumin. Nah, istilah tersebut diambil dari nama protein yang terkandung dalam putih telur yang juga diawali dengan kata “ovo”, yaitu ovalbumin, ovomucoid, dan ovotransferrin.

Sedangkan, istilah untuk makanan yang mengandung kuning telur di dalamnya mempunyai istilah umum globulin, lecithin, vitelin, dan albumin. Nah, zat-zat tersebut merupakan beberapa zat yang terkandung dalam kuning telur dan memiliki antigen yang dapat memicu reaksi serangan dari kekebalan tubuh dan menghasilkan  alergi.

Perhatikan gejalanya, jika muncul ruam setelah beberapa jam mengonsumsi telur atau makanan yang mengandung telur, bisa jadi kamu memiliki alergi pada semua makanan yang memiliki kandungan telur. Jika hal tersebut terjadi, disarankan untuk segera berdiskusi dengan dokter.

Nah, jika kamu tidak sempat untuk pergi ke dokter karena padatnya aktivitas, dengan aplikasi Halodoc kamu bisa ngobrol langsung melalui Chat atau Voice/Video Call. Kamu juga bisa membeli obat yang sedang kamu butuhkan, dan pesanan kamu akan diantar dalam waktu satu jam. Yuk, download aplikasinya di Google Play atau App Store!

Baca juga: