Terjadi pada Pria, Kista Epididimis Tidak Pengaruhi Kesuburan

Ditinjau oleh  dr. Gabriella Florencia   30 Oktober 2019
Terjadi pada Pria, Kista Epididimis Tidak Pengaruhi Kesuburan Terjadi pada Pria, Kista Epididimis Tidak Pengaruhi Kesuburan

Halodoc, Jakarta - Teruntuk para pria, apakah pernah merasakan ada gumpalan lunak di bagian atas atau bawah testis? Meski terkadang kondisi ini tidak menyebabkan rasa nyeri, sebaiknya kamu tidak menyepelekan kondisi ini. Di dalam dunia medis, gejala seperti ini mengindikasikan seorang pria mengalami kista epididimis

Benjolan kista epididimis umumnya berjumlah banyak dan berada pada kedua testis. Kista epididimis mudah diraba karena terpisah dari testis. Ia seakan bergerak-gerak akibat berisi cairan, ia dapat tembus pandang jika terkena cahaya. Lantas, apakah mereka bisa sebabkan gangguan kesuburan? Simak faktanya berikut ini!

Baca juga: Ini Hal-Hal yang Memengaruhi Kesuburan Pria

Pengaruh Kista Epididimis Terhadap Kesuburan Pria

Kista ini terjadi di epididimis, yakni saluran yang terhubung dengan testis, yang menjadi tempat penyimpanan dan pematangan sperma. Berita baiknya, kebanyakan kasus kista epididimis jinak dan tidak berbahaya. Ia bahkan tidak mengganggu pengeluaran urine atau ejakulasi pada pria.

Mereka yang mengidap kondisi ini umumnya telah berusia sekitar 40 tahun. Kondisi jarang ditemui pada anak-anak sebelum masuk masa pubertas. Namun, belum dapat dipastikan seberapa banyak pengidapnya karena sebagian besar pria tidak sadar kalau terdapat kista pada saluran epididimisnya.

Jika suatu hari kamu merasakan ada benjolan abnormal pada testis, segera kunjungi rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan dengan dokter. Tidak perlu khawatir menunggu lama, sebab kini dengan aplikasi Halodoc kamu bisa buat janji dengan dokter di rumah sakit pilihanmu.

Apa Penyebab Kista Epididimis?

Kista epididimis muncul saat saluran epididimis terisi cairan yang tidak bisa dikeluarkan. Penyebab pasti kista ini belum bisa diketahui hingga kini, tetapi diduga terdapat beberapa hal yang memicu terjadinya kista epididimis. Kondisi tersebut antara lain: 

  • Cystic fibrosis;

  • Penyakit ginjal polikistik;

  • Penyakit Von Hippel-Lindau;

  • Paparan obat pengganti hormon diethylstilbestrol ketika masih berada dalam kandungan.

Baca juga: Ini 8 Jenis Kista yang Perlu Diketahui 

Apa Saja Langkah Diagnosis Kista Epididimis?

Cara untuk memastikan diagnosis kista epididimis, biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan fisik testis oleh dokter. Jika dokter belum sepenuhnya yakin dengan benjolan pada testis ini, maka ia bisa meminta pengidapnya untuk melakukan pemindaian dengan USG testis.

Apa Pengobatan Efektif untuk Atasi Kista Epididimis?

Jika dokter meyakini diagnosisnya, maka dokter melakukan pengobatan. Namun, saat epididimis yang terjadi masih kecil dan tidak menimbulkan gejala, tidak diperlukan pengobatan. Pengidapnya perlu mengamati kista tersebut dan memberi tahu dokter apabila kista bertambah besar atau menimbulkan rasa nyeri. Ini  juga berlaku untuk kasus yang terjadi pada anak-anak. Sebab pada banyak kasus kista ini bisa hilang dengan sendirinya.

Pengobatan dilakukan saat jika kista bertambah besar atau menyebabkan rasa nyeri. Pada kasus seperti ini, dokter mengangkat kista tersebut melalui tindakan pembedahan. Operasi juga disarankan bagi pengidap anak-anak yang merasa nyeri pada skrotum, atau ukuran kista tidak mengecil sehingga mengganggu aktivitasnya. Tindakan operasi ini dilakukan dengan bius total sehingga pasien akan tidur selama operasi dilakukan.

Selanjutnya, kista dipotong dengan terlebih dahulu membuat sayatan pada kulit. Setelah kista diangkat, luka sayatan operasi akan dijahit. Penting untuk diketahui bahwa pembedahan menimbulkan risiko berupa kerusakan yang menghambat jalannya sperma hingga mengganggu kesuburan. Kekambuhan juga mungkin terjadi meski sudah menjalani pembedahan.

Baca juga: 4 Kondisi Medis yang Memungkinkan Operasi Kelamin

Pengobatan lain yang bisa dilakukan adalah aspirasi dan skleroterapi. Pada prosedur aspirasi, jarum khusus dimasukkan ke dalam spermatokel dan cairan dibuang sementara jika spermatokel muncul kembali, dokter dapat merekomendasikan aspirasi cairan lagi dan kemudian menyuntikkan zat kimia yang ke dalam kantung (skleroterapi). Zat pengiritasi menyebabkan kantong spermatokel menjadi parut, mengambil ruang yang ditempati cairan dan menurunkan risiko spermatokel kembali. Komplikasi skleroterapi berupa kerusakan pada epididimis.

Referensi:
Patient. Diakses pada 2019. Epididymal Cyst.
WebMD. Diakses pada 2019. Epididymal Cyst.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan