Waspada, Mononukleosis pada Bayi Bisa Tertular Karena Ciuman

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   28 Februari 2019
Waspada, Mononukleosis pada Bayi Bisa Tertular Karena CiumanWaspada, Mononukleosis pada Bayi Bisa Tertular Karena Ciuman

Halodoc, Jakarta – Mononukleosis adalah infeksi virus yang menyebar melalui air liur misalnya saat batuk, bersin, atau ciuman. Seseorang yang terinfeksi mononukleosis disebut pengidap mono. Gejala penyakit ini mirip dengan flu, yaitu demam, sakit tenggorokan, kelelahan, nyeri otot, hingga pembengkakan kelenjar getah bening.

Baca Juga: Bukan Demam Biasa, Mononukleosis Bisa Ditularkan Lewat Air Liur

Hindari mencium bayi saat sedang sakit dan cuci tangan terlebih dahulu sebelum menyentuhnya. Kebiasaan ini dapat meningkatkan risiko penularan penyakit pada bayi yang daya tahan tubuhnya belum optimal.

Apa Itu Penyakit Mononukleosis?

Mononukleosis dikenal sebagai penyakit demam kelenjar yang disebabkan oleh virus Epstein-Barr (EBV). Jenis virus lain yang menyebabkan mononukleosis adalah cytomegalovirus (CMV), toksoplasmosis, HIV, rubella, hepatitis, dan adenovirus. Komplikasi mononukleosis berpotensi menyebabkan kanker karena infeksi EBV berasosiasi dengan beberapa penyakit yang menyerang jaringan limfoid. Penyakit ini bisa terjadi pada siapa saja, termasuk bayi dan lansia.

Mononukleosis Hanya Bisa Ditularkan Lewat Ciuman?

Berciuman meningkatkan risiko penyebaran mononukleosis, tapi bukan penyebab tunggal. Selain melalui air liur, mononukleosis bisa menular melalui cairan tubuh lain seperti darah atau sperma pengidapnya. Beberapa aktivitas yang meningkatkan risiko mononukleosis selain ciuman adalah berbagi sikat gigi, batuk, bersin, berhubungan intim dengan pengidap, dan mendapatkan donor organ pengidap.

Saat EBV masuk ke dalam tubuh, virus mulai menginfeksi sel di permukaan dinding tenggorokan. Tubuh secara alami mengeluarkan sel darah putih (limfosit B) sebagai bentuk perlawanan dan pertahanan tubuh. Sel limfosit B yang berisi virus ditangkap oleh sistem kelenjar getah bening yang tersebar di berbagai bagian tubuh, sehingga virus tersebar luar di dalam tubuh.

Bagaimana Tanda dan Gejala Mononukleosis?

Gejala muncul setelah EBV masuk ke dalam tubuh dan menetap selama kurang lebih dua bulan. Jika Si Kecil sering mendapatkan ciuman, ibu perlu waspada saat timbul gejala demam, radang tenggorokan, serta pembengkakan kelenjar getah bening di bagian leher, bawah ketiak, dan selangkangan. Gejala lain yang perlu diwaspadai adalah Si Kecil tampak lemas, menggigil, nafsu makan menurun, mata bengkak, dan muncul bintik merah tua atau ungu di langit mulutnya. Diagnosis mononukleosis ditetapkan melalui tes hitung darah lengkap, tes antibodi heterofil, dan tes antibodi EBV.

Baca juga: Meski Menular, Demam Akibat Mononukleosis Bisa Dirawat di Rumah

Perlukah Mononukleosis Diobati?

Kebanyakan kasus mononukleosis bisa sembuh setelah beberapa minggu. Biasanya mononukleosis bisa diobati dengan perawatan di rumah seperti istirahat, perbanyak minum cairan, berkumur air garam, hindari aktivitas berat, kompres dingin atau panas, hindari konsumsi alkohol, serta konsumsi obat pereda nyeri dan kortikosteroid.

Pada bayi dan anak-anak, ibu bisa menanyakan dokter Halodoc terkait perawatan mandiri di rumah yang tepat. Namun sebagai pertolongan pertama, ibu bisa mengompres dingin atau panas demam yang diidap Si Kecil sambil mencari pertolongan medis. Pada kasus yang parah, bayi pengidap mononukleosis perlu mendapatkan penanganan medis di rumah sakit.

Baca Juga: Bukan Penyakit Serius, Mononukleosis Bisa Timbulkan Komplikasi

Itulah fakta mononukleosis pada bayi yang perlu diketahui. Kalau Si Kecil punya keluhan sakit, jangan ragu berdiskusi dengan dokter Halodoc. Ibu bisa menggunakan aplikasi Halodoc untuk bicara pada dokter kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, segera download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play!

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan