3 Faktor Risiko yang Dapat Memicu Sindrom Polikistik Ovarium

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   12 Februari 2019
3 Faktor Risiko yang Dapat Memicu Sindrom Polikistik Ovarium3 Faktor Risiko yang Dapat Memicu Sindrom Polikistik Ovarium

Halodoc, Jakarta - Sindrom polikistik ovarium adalah kondisi ketika ovum atau sel telur tidak berkembang secara normal, karena ketidakseimbangan hormon. Wanita yang mengalami sindrom ini akan menghasilkan hormon androgen (hormon pria) dalam jumlah yang lebih tinggi dari normal. Hal ini kemudian menyebabkan periode menstruasi yang tidak teratur disertai pembentukan kista multipel pada ovarium. Kondisi ini juga dapat menyebabkan kemandulan.

Perlu diketahui bahwa ovarium adalah organ reproduksi wanita yang menghasilkan hormon estrogen dan progesteron, yaitu hormon yang mengatur siklus menstruasi. Namun, di sisi lain, ovarium juga memproduksi sejumlah kecil hormon pria yang disebut hormon androgen. Kondisi tingginya hormon pria ini kemudian membuat siklus menstruasi terganggu, sehingga wanita dengan sindrom polikistik ovarium umumnya mendapatkan menstruasi lebih sedikit dari biasanya.

Baca juga: Telat Datang Bulan, Bisa Jadi Tanda 6 Penyakit Ini

Selain siklus menstruasi yang tidak teratur, gejala lain yang biasanya dialami oleh pengidap sindrom ini antara lain:

  • Pertumbuhan rambut berlebih pada wajah, dagu, bawah hidung (kumis), yang disebut dengan hirsutisme. Kondisi ini ditemukan pada 70 persen wanita dengan sindrom polikistik ovarium.

  • Jerawat pada wajah, dada, dan punggung bagian atas.

  • Kenaikan berat badan atau kesulitan menurunkan berat badan.

  • Penipisan rambut atau kebotakan dengan pola kebotakan laki-laki.

  • Kulit menjadi gelap, terutama pada daerah lipatan leher, selangkangan dan lipatan payudara.

  • Tonjolan daging bersifat jinak yang disebut skin tag, biasanya di daerah ketiak atau leher.

Faktor yang Diduga Memicu Sindrom Polikistik Ovarium

Seperti telah disebutkan sebelumnya, sindrom polikistik ovarium terjadi akibat tingginya kadar hormon pria, yang memengaruhi kinerja ovarium. Lantas, apa yang memicu meningkatnya produksi hormon pria ini? Ada beberapa hal yang diduga memicu terjadinya kondisi ini, yaitu:

1. Gen

Tidak dapat dimungkiri bahwa gen merupakan faktor terbesar yang memengaruhi kondisi tubuh seseorang. Gen pula menjadi salah satu faktor yang diduga memicu peningkatan hormon androgen pada wanita. Artinya, wanita yang terlahir dari seorang ibu yang mengidap sindrom polikistik ovarium, memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kondisi serupa.

Baca juga: Kaum Hawa Perlu Tahu 2 Gangguan Ovarium

2. Resistensi Insulin

Sebagian besar kasus sindrom polikistik ovarium terjadi pada wanita yang mengalami resistensi insulin, yaitu kondisi ketika sel-sel tubuh tidak dapat menggunakan insulin dengan baik. Perlu diketahui bahwa insulin adalah hormon yang diproduksi pankreas untuk membantu tubuh menggunakan gula dari makanan untuk energi.

Ketika sel-sel tidak dapat menggunakan insulin dengan baik, permintaan tubuh akan insulin akan meningkat. Pankreas pun akan menghasilkan lebih banyak insulin sebagai kompensasi. Insulin tambahan itu kemudian memicu ovarium untuk menghasilkan lebih banyak hormon pria.

3. Inflamasi atau Peradangan

Wanita dengan sindrom polikistik ovarium sering mengalami peningkatan tingkat peradangan di tubuh mereka. Kelebihan berat badan juga dapat berkontribusi terhadap peradangan. Kondisi ini kemudian memicu kadar hormon androgen menjadi lebih tinggi dari normalnya.

Baca juga: Kenali Gejala Kista Ovarium

Itulah sedikit penjelasan tentang sindrom polikistik ovarium. Jika kamu membutuhkan informasi lebih lanjut soal hal ini atau gangguan kesehatan lainnya, jangan ragu untuk mendiskusikannya dengan dokter di aplikasi Halodoc, lewat fitur Talk to a Doctor, ya. Mudah kok, diskusi dengan dokter spesialis yang kamu inginkan pun dapat dilakukan melalui Chat atau Voice/Video Call. Dapatkan juga kemudahan membeli obat menggunakan aplikasi Halodoc, kapan dan di mana saja, obatmu akan langsung diantar ke rumah dalam waktu satu jam. Yuk, download sekarang di Apps Store atau Google Play Store!

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan