4 Fakta tentang Taeniasis, Gangguan karena Cacing Pita

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   05 November 2018
4 Fakta tentang Taeniasis, Gangguan karena Cacing Pita4 Fakta tentang Taeniasis, Gangguan karena Cacing Pita

Halodoc, Jakarta - Infeksi cacing pita atau yang dalam istilah medis disebut ‘taeniasis’ merupakan infeksi yang disebabkan oleh parasit taenia atau juga dikenal dengan nama cacing pita. Meski infeksi parasit ini dapat ditangani dengan mudah, jika infeksi menyebar ke berbagai organ tubuh, masalah kesehatan serius bisa saja terjadi. Oleh karena itu, mari simak beberapa fakta penting tentang taeniasis berikut ini.

1. Memiliki Gejala yang Bervariasi

Sebagian besar kasus taeniasis tidak memunculkan tanda atau gejala. Infeksi cacing pita biasanya baru akan disadari ketika melihat keberadaan cacing pita pada tinja. Cacing ini memiliki bentuk datar dan persegi panjang, berwarna kuning pucat atau putih, dengan ukuran sebesar butiran beras. Terkadang cacing ini dapat menyatu bersama dan membentuk rantai yang panjang.

Kembali ke pembahasan mengenai gejala, infeksi taeniasis pada tahap awal biasanya akan menimbulkan gejala-gejala seperti:

  • Diare.

  • Sakit perut.

  • Mual.

  • Nafsu makan menurun.

  • Penurunan berat badan akibat gangguan dalam penyerapan makanan.

  • Pusing.

  • Iritasi di area sekitar anus, atau tempat keluarnya telur dewasa.

Sementara itu, pada infeksi yang berat, atau di mana telur cacing sudah berpindah keluar dari usus dan membentuk kista larva pada jaringan tubuh dan organ lainnya, beberapa gejala berikut akan dialami:

  • Sakit kepala.

  • Reaksi alergi terhadap larva.

  • Muncul benjolan pada beberapa bagian tubuh.

  • Gejala pada sistem saraf, seperti kejang.

2. Lingkungan dan Gaya Hidup Kurang Bersih Dapat Mendukung Penularannya

Taeniasis terjadi ketika telur atau larva cacing pita masuk ke dalam usus manusia. Masuknya telur dan larva cacing pita itu dapat terjadi melalui beberapa cara:

  • Mengonsumsi daging atau ikan air tawar yang tidak dimasak sempurna, atau masih setengah matang.

  • Meminum air yang kotor atau mengandung larva cacing.

  • Melakukan kontak dengan orang yang terinfeksi cacing. Misalnya, melalui pakaian yang terkontaminasi kotoran yang mengandung telur cacing.

Perlu diketahui bahwa cacing pita dewasa dapat tumbuh hingga sepanjang 25 meter, dan bisa bertahan dalam usus hingga 30 tahun tanpa disadari. Setiap bagian dari tubuh cacing ini dapat menghasilkan telur yang dikeluarkan melalui tinja. Oleh sebab itu, penyebaran melalui kontak dengan kotoran yang mengandung cacing pita dapat terjadi jika kebersihan diri dan lingkungan tidak dijaga dengan baik.

Faktor lainnya yang dapat meningkatkan risiko seseorang terinfeksi cacing pita adalah memiliki sistem daya tahan tubuh yang lemah, sehingga tidak mampu melawan infeksi. Kondisi ini banyak terjadi pada pengidap HIV/AIDS, diabetes, pengidap kanker yang sedang menjalani kemoterapi, serta orang yang melakukan transplantasi organ.

3. Dapat Menyebabkan Berbagai Komplikasi Serius

Salah satu hal yang membuat taeniasis berbahaya adalah infeksinya yang dapat berlangsung selama bertahun-tahun. Seperti disebutkan sebelumnya juga bahwa cacing pita dapat tumbuh dalam tubuh manusia hingga puluhan meter. Pada beberapa kasus, pengidap taeniasis bahkan baru akan menyadari ada cacing pita di tubuhnya, ketika cacing tersebut telah menyebabkan berbagai komplikasi.

Beberapa komplikasi yang mungkin ditimbulkan oleh penyakit ini adalah:

Gangguan Pencernaan.Ketika sudah tumbuh besar, cacing pita berpotensi menghambat dan menginfeksi usus buntu, serta mengganggu saluran empedu dan pankreas.

- Gangguan Fungsi Organ.

Kondisi ini terjadi ketika larva berpindah ke berbagai organ seperti hati, paru-paru, atau organ lain sehingga membentuk kista. Seiring waktu, kista yang terbentuk akan membesar, dan menghambat aliran darah serta fungsi organ.

- Gangguan pada Otak atau Sistem Saraf Pusat.

Taeniasis yang berangsur parah akan berpotensi tinggi menimbulkan gangguan pada otak, seperti meningitis, hidrosefalus, dan demensia.

4. Diagnosis Dilakukan dengan Analisis Sampel Tinja

Untuk mendiagnosis taeniasis, dilakukan pemeriksaan sampel tinja. Sampel yang diambil kemudian diteliti di laboratorium menggunakan mikroskop, guna mengidentifikasi keberadaan telur atau bagian tubuh cacing pita pada tinja. Sampel telur cacing pita juga dapat diambil dari area anus. Sementara itu, untuk infeksi yang sudah tergolong berat, pemeriksaan lanjutan seperti CT scan, X-Ray, MRI, atau USG biasanya diperlukan.

Itulah beberapa fakta tentang taeniasis yang perlu diketahui. Jika kamu membutuhkan informasi lebih lanjut soal penyakit ini atau gangguan kesehatan lainnya, jangan ragu untuk mendiskusikannya dengan dokter pada aplikasi Halodoc, lewat fitur Contact Doctor, ya. Mudah kok, diskusi dengan dokter spesialis yang kamu inginkan pun dapat dilakukan melalui Chat atau Voice/Video Call. Dapatkan juga kemudahan membeli obat menggunakan aplikasi Halodoc, kapan dan di mana saja, obatmu akan langsung diantar ke rumah dalam waktu 1 jam. Yuk, download sekarang di Apps Store atau Google Play Store!

Baca juga:

 

 

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan