Begini Penanganan pada Akalasia atau Gangguan Sulit Menelan

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   08 November 2018
Begini Penanganan pada Akalasia atau Gangguan Sulit MenelanBegini Penanganan pada Akalasia atau Gangguan Sulit Menelan

Halodoc, Jakarta - Masalah yang mengganggu pencernaan tidak hanya seputar maag, gangguan usus atau diare saja. Gangguan pencernaan bisa terjadi dari tahap awal makanan masuk ke dalam pencernaan. Akalasia adalah gangguan yang menyebabkan makanan yang dimakan sulit masuk ke lambung dan tertahan di kerongkongan atau dimuntahkan kembali. Akalasia terjadi karena kerongkongan mengalami kehilangan fungsi sehingga tidak mampu mendorong makanan atau minuman yang masuk menuju lambung. Penyakit ini jarang terjadi, tetapi orang yang lebih tua baik itu pria atau wanita dapat mengalaminya.

Penyebab Akalasia

Secara lebih detail, akalasia menyebabkan otot bawah kerongkongan (lower esophageal sphincter/LES) tidak mampu membuka dan menutup secara normal dan menyebabkan makanan menumpuk di bawah kerongkongan atau karena aktivitas tertentu menyebabkan mereka kembali ke pangkal kerongkongan.

Peneliti masih belum mengetahui penyebab pasti kerusakan yang terjadi pada otot tersebut, namun beberapa kondisi dapat menjadi penyebabnya, yaitu antara lain:

  • Infeksi virus, virus herpes dapat mengganggu kinerja otot kerongkongan.

  • Tumor yang tumbuh pada kerongkongan.

  • Gangguan sistem imun. Akalasia diduga karena kesalahan sistem imun yang menyerang sel saraf kerongkongan, sehingga saraf kerongkongan mengalami penurunan fungsi.

  • Faktor keturunan. Akalasia diduga diturunkan dari orang tua yang mengalami akalasia.

Gejala Akalasia

Akalasia adalah penyakit yang menyebabkan seseorang sulit menelan, beberapa gejala yang dapat terjadi, yaitu:

  • Sakit dada.

  • Batuk.

  • Ada suara ketika bernapas.

  • Rasa panas dalam perut.

  • Sendawa.

  • Muntah.

Diagnosis Akalasia

Gejala akalasia dapat terjadi pada gangguan pencernaan lainnya, maka dari itu pengidap harus menjalani beberapa pemeriksaan untuk memastikannya. Pertama, dokter akan mengecek riwayat kesehatan dan gejala yang pasien rasakan. Kemudian, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik terutama untuk melihat fungsi menelan penderita.

Diagnosis yang akan dilakukan antara lain:

  • Esofagografi. Tes pencitraan ini dilakukan untuk mendapatkan gambar detail kondisi kerongkongan. Pengidap diminta menelan cairan zat pewarna (kontras) yang mengandung barium, sehingga kerongkongan dapat terlihat jelas saat foto rontgen. Normalnya, diameter kerongkongan terlihat cukup lebar dan barium terlihat lancar memasuki lambung. Namun, tidak demikian pada pengidap akalasia.

  • Manometri. Tabung plastik kecil dan fleksibel dimasukkan ke kerongkongan melalui hidung. Alat ini merekam aktivitas dan kekuatan kontraksi otot, serta memeriksa tekanan yang muncul di LES.

  • Endoskopi. Sebuah instrumen fleksibel disertai kamera di bagian ujungnya dimasukkan ke bagian bawah kerongkongan agar dokter dapat memeriksa kondisi dinding kerongkongan dan lambung.

Pengobatan Akalasia

Ada beberapa pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi akalasia, di antaranya:

  • Pelebaran kerongkongan, cara ini ditempuh dengan memasukkan balon ke kerongkongan dengan bantuan endoskopi. Metode ini perlu dilakukan berulang untuk hasil terbaik.

  • Suntik botox, metode ini dilakukan dengan menyuntikan botox ke otot kerongkongan agar fungsinya kembali normal. Pengaruh suntik botox bersifat sementara dan hanya bertahan selama beberapa bulan atau beberapa tahun.

  • Operasi, jika akalasia yang terjadi sudah cukup parah, maka operasi bedah wajib dilakukan.

Pencegahan Akalasia

Akalasia sulit untuk dicegah, namun pengidap dapat mencegah timbulnya komplikasi, yaitu dengan:

  • Mengunyah makanan dengan baik sebelum ditelan.

  • Menjalani pola makan dengan porsi kecil namun lebih sering.

  • Memperbanyak minum ketika sedang makan.

  • Menghindari makan sebelum tidur, berikan waktu minimal 3 jam sebelum tidur.

  • Menghindari tidur dengan posisi datar. Gunakan bantal untuk menyanggah kepala, hal ini untuk mencegah asam lambung naik ke kerongkongan.

  • Berhenti merokok.

Kini kamu bisa berdiskusi mengenai masalah kerongkongan atau masalah kesehatan lainnya dengan dokter yang ada di aplikasi kesehatan Halodoc. Dengan aplikasi Halodoc, kamu bisa bertanya melalui metode chat, video call, atau voice call melalui menu Contact Doctor. Download sekarang aplikasi Halodoc pada Google Play dan App Store untuk menggunakannya.

Baca juga:

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan