Waspada Ari-Ari Tertinggal Saat Bayi Lahir, Kenali Penyebab Retensi Plasenta
Halodoc, Jakarta – Banyak perempuan tidak menyadari bahwa kelahiran bayi tidak menyelesaikan proses persalinan. Sebenarnya, tahap akhir persalinan ibu hamil terjadi ketika plasenta dikeluarkan dari rahimnya.
Bagi banyak perempuan, proses ini terjadi dengan sendirinya setelah bayi melalui jalan lahir, namun bagi sebagian orang, proses ini tidak terjadi secara otomatis, sehingga menghasilkan fenomena yang disebut retensi plasenta.
Plasenta yang tertahan terjadi ketika plasenta tetap berada di dalam rahim dan tidak diberikan dengan sendirinya secara alami. Ketika ini terjadi, prosesnya harus dimanipulasi, sehingga plasenta dapat dikeluarkan dari rahim.
Baca juga: 4 Cara Mencegah Retensi Plasenta
Jika plasenta tetap berada di dalam rahim, efek setelahnya dapat mengancam jiwa yang mengakibatkan infeksi dan bahkan kematian. Sebenarnya, jika ibu tidak mengeluarkan plasenta setelah 30 menit melahirkan, maka ini dianggap sebagai plasenta yang tertahan karena tubuh wanita menyimpan plasenta alih-alih mengeluarkannya.
Jika plasenta yang tertahan tidak dirawat, ibu rentan terhadap infeksi dan kehilangan darah yang ekstrem yang bisa mengancam jiwa. Ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan retensi plasenta ini, termasuk:
-
Kehamilan setelah usia tiga puluh. Hamil cukup terlambat untuk seorang perempuan rentan mengalami kondisi ini. Plasenta yang tertahan dapat terbentuk karena kurangnya kekuatan untuk melahirkan dengan sangat mudah.
-
Melakukan persalinan prematur. Ini juga dapat membuat seorang wanita terpapar plasenta.
-
Fase persalinan pertama dan kedua yang panjang bisa membuat perempuan terlalu lemah untuk mengeluarkan selaput rahimnya.
-
Melahirkan bayi yang sudah mati juga dapat menyebabkan plasenta tertahan.
Faktor risiko lain termasuk plasenta lobulated, operasi rahim sebelumnya, dan lain-lain. Pada daftar komplikasi pasca persalinan yang disebabkan oleh retensi pendarahan plasenta adalah yang paling signifikan. Ketidakmampuan untuk berkontraksi ini menyebabkan pendarahan hebat pada pembuluh darah selama sekitar 24 jam dan ini dikenal sebagai pendarahan postpartum primer (PPH).
Baca juga: Inilah Penyebab dan Gejala Retensio Plasenta
Ada juga risiko bahwa anestesi umum yang digunakan selama perawatan akan masuk ke ASI dan kamu tidak akan bisa menyusui segera setelah prosedur. Sayangnya, tidak ada banyak ide yang terbukti secara ilmiah tentang bagaimana mencegah kondisi ini. Tapi, telah diketahui bahwa penggunaan oksitosin buatan dapat meningkatkan risiko tertahannya plasenta. Juga, jika ibu pernah mempertahankan plasenta sebelumnya, maka ada kemungkinan besar hal itu terjadi lagi.
Kontak tubuh ke tubuh dengan bayi dapat membantu mengurangi risiko tertahannya plasenta. Jika ibu termasuk dalam kategori berisiko tinggi untuk mempertahankan plasenta atau pernah mengalaminya di masa lalu, bicarakan dengan dokter sebelum melahirkan lagi. Dokter akan membantu ibu menghindari kemungkinan komplikasi.
Salah satu cara menjaga kesehatan ibu hamil adalah melalui pola makan sehat. Berikut beberapa tipsnya:
-
Makan dengan Benar
Makan-makanan yang sehat sangat penting bagi wanita hamil. Bayi membutuhkan makanan sehat, bukan gula dan lemak. Makan banyak buah dan sayuran berwarna, biji-bijian utuh, makanan kaya kalsium, dan makanan rendah lemak jenuh.
-
Mengonsumsi Vitamin
Pastikan ibu mendapatkan banyak asam folat dan kalsium. Ibu bisa mendapatkan ini dan vitamin serta mineral lain yang diperlukan dari makanan dan multivitamin standar. Bayam, jeruk, brokoli, dan kacang merah kaya akan asam folat. Susu, yogurt, dan bayam dikemas dengan kalsium. Tapi, multivitamin prenatal harian dapat membantu memastikan ibu mendapatkan jumlah yang tepat. Tanyakan ke dokter tentang mengambil vitamin prenatal harian.
Baca juga: Kenali Retensi Plasenta, Sindrom yang Harus Diwaspadai Ibu Hamil
-
Tetap Terhidrasi
Tubuh perempuan hamil membutuhkan lebih banyak air daripada biasanya. Targetkan untuk delapan atau lebih cangkir setiap hari.
Untuk informasi cara menjaga kesehatan dan pola makan ibu hamil ataupun informasi mengenai retensi plasenta, bisa tanyakan langsung ke Halodoc. Dokter-dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untuk ibu. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor, pasangan bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.