Bagaimana Cara Mendiagnosis Kandung Kemih Overaktif?

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   20 November 2019
Bagaimana Cara Mendiagnosis Kandung Kemih Overaktif?Bagaimana Cara Mendiagnosis Kandung Kemih Overaktif?

Halodoc, Jakarta – Penyakit kandung kemih overaktif alias overactive bladder (OAB) adalah jenis gangguan kesehatan yang dipengaruhi usia. Pasalnya, penyakit ini disebut lebih rentan menyerang orang yang sudah berusia lanjut (lansia). Kandung kemih overaktif terjadi karena ada masalah pada fungsi penyimpanan kandung kemih. Selengkapnya, simak cara penyakit ini didiagnosis d sini. 

Kondisi ini ditandai dengan gejala berupa rasa sangat ingin berkemih atau buang air kecil, terutama pada malam hari. Kandung kemih overaktif menyebabkan pengidapnya mengalami dorongan berkemih yang muncul tiba-tiba dan sulit untuk dihentikan. Selain gejala utama tersebut, ada gejala lain yang bisa menjadi tanda penyakit ini. Namun, perlu dilakukan pemeriksaan untuk memastikan apakah seseorang benar mengidap kandung kemih overaktif atau tidak. 

Baca juga: Kenali 5 Penyebab Sering Buang Air Kecil

Mengenal Kandung Kemih Overaktif dan Cara Mendiagnosisnya 

Penyakit ini rentan menyerang orang yang sudah berusia lanjut, yaitu di atas 65 tahun. Kandung kemih overaktif menyebabkan pengidapnya sering merasa sangat ingin buang air kecil, meski kandung kemih belum penuh. Dalam keadaan normal, kandung kemih “beristirahat” alias tidak mengalami kontraksi sebelum terisi penuh. Secara bertahap kandung kemih yang sudah terisi penuh akan memberi tanda untuk segera dikeluarkan. Hal ini yang menyebabkan muncul rasa ingin buang air kecil. 

Namun, proses ini mengalami gangguan pada orang yang mengidap penyakit kandung kemih overaktif. Alhasil, sistem kontraksi tidak terkontrol dan membuat seseorang merasa ingin selalu buang air kecil. Kondisi ini juga memicu munculnya sinyal saraf yang memerintahkan kandung kemih mengosongkan isinya sebelum penuh. Selain karena faktor usia, penyakit ini juga rentan menyerang wanita yang sudah menopause, pria dengan masalah prostat, serta orang yang mengidap penyakit otak atau sumsum tulang belakang, seperti stroke dan multiple sclerosis.

Untuk mendiagnosis penyakit ini, dokter akan mengamati gejala yang dialami, riwayat kesehatan, serta asupan cairan. Pemeriksaan fisik penunjang juga dilakukan meliputi, pemeriksaan perut, organ-organ di panggul, dan dubur. Pada pria, pemeriksaan juga dilakukan pada prostat. Selain itu, dilakukan juga pemeriksaan kultur urine, USG kandung kemih, sistoskopi, tes urodinamik. 

Pemeriksaan kultur urine dilakukan untuk melihat apakah ada infeksi saluran kemih yang dapat mengakibatkan gejala serupa. Sementara tes urodinamik dilakukan untuk melihat saluran kemih. Tes ini akan mengamati seberapa baik saluran kemih bagian bawah dalam menyimpan dan melepaskan urine. 

Baca juga: Ini Bedanya Infeksi Saluran Kemih dan Batu Kandung Kemih

Penyakit ini harus segera ditangani untuk menghindari komplikasi. Perubahan gaya hidup menjadi salah satu cara untuk mengatasi kandung kemih overaktif. Pada kondisi yang parah, penyakit ini mungkin harus ditangani dengan konsumsi obat-obatan dan tindakan medis khusus, misalnya operasi. Dokter biasanya akan meresepkan obat-obatan tertentu untuk mengatasi masalah ini. Penyakit kandung kemih overaktif juga bisa diatasi dengan pemberian suntik toksin botulinum alias botox. Obat tersebut disuntikkan ke otot kandung kemih untuk membantu agar otot kandung kemih tidak berkontraksi terlalu sering.

Baca juga: Cara Mengobati Infeksi Saluran Kemih Sampai Tuntas

Masih penasaran tentang penyakit kandung kemih overaktif dan bagaimana cara mendiagnosisnya? Tanya dokter di aplikasi Halodoc saja. Kamu bisa kapan dan di mana saja dengan mudah menghubungi dokter melalui Video/Voice Call dan Chat. Dapatkan informasi seputar kesehatan dan tips hidup sehat dari dokter terpercaya. Yuk, download Halodoc sekarang di App Store dan Google Play! 

Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2019. Overactive bladder.
Healthline. Diakses pada 2019. Overactive bladder.
 

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan