Advertisement

Mengalami Kencing Berdarah atau Hematuria? Ini Penyebab dan Pengobatannya

7 menit
Ditinjau oleh  dr. Adryansyah Can, SpU   15 Desember 2025

Hematuria merupakan kondisi adanya darah dalam urine yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor.

Mengalami Kencing Berdarah atau Hematuria? Ini Penyebab dan PengobatannyaMengalami Kencing Berdarah atau Hematuria? Ini Penyebab dan Pengobatannya

DAFTAR ISI


Melihat urine berwarna merah atau kecokelatan bisa jadi mengkhawatirkan. Kondisi ini disebut hematuria, yaitu adanya darah dalam urine yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari infeksi ringan hingga gangguan kesehatan yang lebih serius. 

Hematuria bisa menjadi ini tanda infeksi saluran kemih, cedera, atau bahkan batu ginjal. Oleh karena itu, penting untuk memahami penyebabnya, agar segera mendapat penanganan.

Waspadai Penyebab Kencing Berdarah

Darah dalam urine bisa muncul karena berbagai alasan, dari yang ringan hingga serius. 

Inilah beberapa faktor yang menyebabkan kencing berdarah atau hematuria:

1. Infeksi saluran kemih (ISK)

Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri masuk ke uretra dan menyebar ke kandung kemih atau ginjal. 

Infeksi ini bisa menyebabkan peradangan dan iritasi pada lapisan saluran kemih, yang memicu pendarahan saat buang air kecil. 

Gejala lain yang menyertai biasanya meliputi sensasi terbakar saat kencing, sering ingin buang air kecil, hingga urine yang berbau menyengat atau keruh. 

Jika tidak segera diobati, infeksi bisa menyebar dan menyebabkan komplikasi serius.

2. Batu ginjal atau kandung kemih

Batu ginjal atau kandung kemih terbentuk dari mineral dan garam yang mengkristal dan mengeras. 

Batu ini bisa berukuran kecil hingga besar, dan saat bergerak di sepanjang saluran kemih, bisa melukai dindingnya dan menyebabkan perdarahan. 

Biasanya, ini disertai nyeri hebat di pinggang, perut bawah, atau pangkal paha, serta sensasi nyeri saat buang air kecil.

Alami batu ginjal? Begini Metode untuk Mengobati Batu Ginjal.

3. Cedera atau trauma pada saluran kemih

Cedera fisik akibat kecelakaan, olahraga berat, atau jatuh keras bisa melukai organ-organ dalam sistem kemih, seperti ginjal, kandung kemih, atau uretra. 

Trauma ini dapat menyebabkan pembuluh darah pecah, sehingga darah bercampur dengan urine. 

Dalam kasus ringan, pendarahan bisa berhenti sendiri, tetapi jika cedera cukup serius, mungkin dibutuhkan penanganan medis atau pembedahan untuk memperbaiki kerusakan.

4. Gangguan ginjal  

Beberapa penyakit ginjal, seperti glomerulonefritis, menyebabkan peradangan pada glomerulus, yakni bagian ginjal yang berfungsi menyaring limbah dari darah. 

Ketika glomerulus rusak, sel darah merah bisa bocor ke urine. 

Kondisi ini bisa muncul akibat infeksi, penyakit autoimun, atau diabetes. 

Selain hematuria, gangguan ginjal sering disertai gejala seperti pembengkakan pada wajah dan kaki, kelelahan, atau tekanan darah tinggi. 

5. Kanker saluran kemih

Darah dalam urine juga bisa menjadi tanda awal kanker di sistem kemih, seperti kanker kandung kemih, ginjal, atau prostat. 

Umumnya, darah muncul tanpa rasa sakit dan hanya terlihat samar, tetapi seiring perkembangan kanker, gejala lain bisa muncul.

Misalnya nyeri saat kencing, penurunan berat badan tanpa sebab, atau rasa nyeri di punggung bawah.

Apa Kata Riset?

Sebuah studi dalam BMC Nephrology telah mengidentifikasi adanya hubungan darah dalam urine (hematuria) dengan risiko perburukan penyakit ginjal kronis (CKD) dan kematian. 

Hasilnya menunjukkan bahwa peserta dengan hematuria memiliki risiko lebih besar mengalami penurunan drastis fungsi ginjal, gagal ginjal stadium akhir, dan kematian, terutama dalam dua tahun pertama pemantauan. 

Hematuria lebih sering ditemukan pada peserta dengan kondisi yang lebih kompleks, seperti diabetes, fungsi ginjal lebih rendah, dan kadar protein tinggi dalam urin.

Namun, meski hematuria bisa menjadi tanda bahaya penting pada tahap awal, penelitian ini menganjurkan pertimbangan faktor risiko lain serta pemeriksaan lebih lanjut untuk memperoleh diagnosis akurat.

Ini Cara Mengatasi Kencing Berdarah

Ada berbagai cara yang bisa kamu lakukan untuk mengatasi kondisi buang air kecil berdarah, tergantung pada penyebabnya. 

Berikut cara-cara mengatasi kencing berdarah yang bisa kamu lakukan:

1. Minum banyak air putih

Air putih membantu membersihkan saluran kemih dan mengencerkan urine, sehingga bisa mengurangi iritasi dan membantu mengeluarkan bakteri atau batu kecil yang mungkin menyebabkan pendarahan. 

Usahakan minum setidaknya delapan gelas air per hari untuk menjaga kesehatan ginjal dan kandung kemih. 

Bukan hanya mampu meredakan buang air kecil berdarah, inilah Manfaat Air Putih untuk Kesehatan yang Perlu Diketahui.

2. Konsumsi obat antibiotik

Jika penyebabnya adalah infeksi bakteri (seperti ISK), dokter akan meresepkan antibiotik. Penting untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik sesuai petunjuk dokter, bahkan jika gejala sudah membaik

Mau tahu apa saja obat untuk mengatasi ISK? Baca di sini: Ini Obat Infeksi Saluran Kemih yang Umum Diresepkan

3. Obat pereda nyeri

Apabila hematuria disertai dengan rasa nyeri, dokter bisa memberikan obat antiinflamasi atau analgesik untuk mengurangi rasa sakit. 

Obat kencing darah ini bisa membantu kamu merasa lebih nyaman sambil menunggu penyebab utama perdarahan teratasi. 

Namun, hindari mengonsumsi obat tertentu seperti aspirin tanpa rekomendasi dokter, karena bisa memperparah pendarahan

4. Terapi gelombang kejut

Jika penyebabnya adalah batu ginjal atau kandung kemih, dokter dapat merekomendasikan prosedur berupa terapi gelombang kejut (lithotripsy) untuk menghancurkan batu, atau prosedur pembedahan jika batu terlalu besar. 

Mengeluarkan batu ini penting untuk menghentikan iritasi dan perdarahan yang terjadi di saluran kemih. 

5. CT scan dan operasi 

Apabila hematuria berkaitan dengan kanker kandung kemih atau ginjal, dokter akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut, seperti CT scan atau cystoscopy

Perawatan bisa meliputi operasi, kemoterapi, atau terapi radiasi, tergantung pada stadium dan jenis kanker yang ditemukan.

Komplikasi Hematuria

Komplikasi hematuria tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Jika disebabkan oleh infeksi, komplikasi dapat mencakup penyebaran infeksi ke ginjal atau sepsis. Jika disebabkan oleh kanker, komplikasi dapat mencakup penyebaran kanker ke organ lain.

Pencegahan Hematuria

Tidak semua penyebab buang air kecil berdarah dapat dicegah. Namun, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko, meliputi:

  • Minum banyak cairan untuk mencegah dehidrasi dan batu ginjal.
  • Menjaga kebersihan kelamin untuk mencegah infeksi saluran kemih.
  • Berhenti merokok untuk mengurangi risiko kanker kandung kemih.
  • Melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur untuk mendeteksi masalah kesehatan sejak dini.

Nah, jika kamu atau orang terdekat mengalami buang air kecil berdarah, sebaiknya jangan tunda untuk periksa ke dokter, agar terhindar dari komplikasi yang tidak diinginkan.

Kamu juga bisa menghubungi dokter spesialis urologi di Halodoc, yang mampu memberikan diagnosis dan prosedur perawatan yang menyesuaikan kondisimu.

Jangan khawatir, dokter di Halodoc tersedia 24 jam sehingga kamu bisa menghubunginya kapan pun dan dimana pun. Tunggu apa lagi? Klik banner di bawah ini untuk menghubungi dokter terpercaya:

Referensi:
Orlandi PF, et al. Diakses pada 2025. Hematuria as a risk factor for progression of chronic kidney disease and death: findings from the Chronic Renal Insufficiency Cohort (CRIC) Study.
Mayo Clinic. Diakses pada 2025. Blood in urine (hematuria).
Leslie SW. Diakses pada 2025. Gross and Microscopic Hematuria.
John Hopkins Medicine. Diakses pada 2025. Hematuria (Blood in the Urine).

FAQ

1. Kencing keluar darah gejala penyakit apa?

Kencing berdarah (hematuria) bisa menjadi gejala berbagai kondisi, seperti:

  • Infeksi saluran kemih (ISK)
  • Batu ginjal
  • Cedera pada kandung kemih
  • Infeksi ginjal
  • Kanker saluran kemih

Jika darah terlihat jelas atau terus-menerus muncul, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut. 

2. Apa yang harus dilakukan ketika kencing berdarah?

Apabila kamu mengalami kencing berdarah, segera perbanyak minum air putih untuk membantu membersihkan saluran kemih. 

Selain itu, segera periksa ke dokter untuk mencari tahu penyebab pastinya, agar dokter dapat melakukan tes urine, USG, atau CT scan untuk diagnosis yang lebih akurat.

3. Kenapa air kencing berwarna merah seperti darah?

Kencing berwarna merah bisa disebabkan oleh adanya darah dalam urine, biasanya akibat infeksi, batu ginjal, atau cedera. 

Akan tetapi, warna merah juga bisa muncul karena makanan tertentu (seperti bit atau buah naga) atau obat-obatan tertentu. 

Kalau kamu tidak yakin penyebabnya, sebaiknya segera periksakan diri pada dokter.

4. Makanan apa yang bisa menyembuhkan infeksi saluran kencing?

Beberapa makanan yang bisa membantu meredakan infeksi saluran kemih adalah:

  • Buah cranberry. Buah ini mengandung senyawa yang mencegah bakteri menempel di dinding kandung kemih.
  • Yoghurt atau probiotik, yang dapat mendukung keseimbangan bakteri baik dalam tubuh.
  • Bawang putih, yang mengandung sifat antimikroba alami yang bisa membantu melawan infeksi.
  • Sayuran berdaun hijau. Sayuran ini kaya akan antioksidan dan nutrisi yang memperkuat sistem imun.

5. Apakah buang air kecil berdarah bisa terjadi meski hasil tes urine normal?

Ya. Buang air kecil berdarah bisa bersifat intermiten, artinya darah hanya muncul sesekali. Pada kondisi ini, hasil tes urine bisa tampak normal jika pemeriksaan dilakukan saat perdarahan tidak aktif.

6. Bisakah buang air kecil berdarah dipicu oleh olahraga berat?

Bisa. Aktivitas fisik intens, seperti lari jarak jauh atau angkat beban berat, dapat menyebabkan iritasi saluran kemih sementara yang memicu buang air kecil berdarah. Kondisi ini biasanya membaik setelah istirahat cukup dan hidrasi optimal.

7. Apakah buang air kecil berdarah selalu disertai nyeri?

Tidak selalu. Buang air kecil berdarah tanpa nyeri justru perlu lebih diwaspadai karena bisa berkaitan dengan gangguan pada ginjal, kandung kemih, atau pembuluh darah saluran kemih yang tidak menimbulkan rasa sakit pada tahap awal.