Mengenal Playing Victim: Pengertian, Ciri, dan Penyebabnya
Playing victim adalah kondisi yang terjadi saat seseorang merasa dirinya merupakan korban, dan menyalahkan orang lain atas masalah yang terjadi pada hidupnya.

DAFTAR ISI
- Apa Arti Playing Victim?
- Ciri-ciri Orang Playing Victim
- Dampak Playing Victim bagi Kesehatan
- Berbagai Penyebab Playing Victim
- Cara Menghadapi Playing Victim
- Playing Victim dalam Hubungan
- Cara Pencegahan Playing Victim
- Kapan Harus Mencari Bantuan Profesional?
- FAQ
Istilah playing victim adalah kondisi saat seseorang selalu merasa menjadi korban dalam situasi apa pun.
Hal ini bisa terjadi karena mentalitasnya atau ada orang lain yang ingin ia salahkan.
Kata playing victim muncul ketika seseorang merasa terdesak dengan tekanan yang signifikan. Alhasil, pola pikir ‘seolah korban’ ini muncul untuk membantu membentengi diri dari kesalahan yang mungkin ia lakukan.
Mau tahu lebih jauh mengenai playing victim dan dampaknya pada kesehatan fisik dan mental? Berikut ulasannya!
Apa Arti Playing Victim?
Playing victim ketika seseorang merasa menderita akan suatu hal, meskipun bukti menunjukkan sebaliknya. Mereka juga merasa tidak memiliki kendali atas apa yang terjadi pada dirinya.
Playing victim adalah masalah kesehatan mental yang berdampak pada hubungan, pekerjaan, dan kesehatan. Pola pikirnya berkembang sebagai mekanisme penanganan pengalaman traumatis sebelumnya.
Playing victim biasanya terjadi pada beberapa kondisi:
- Mengalami berbagai situasi di mana pengidap tidak memiliki kendali.
- Memiliki rasa sakit emosional berkelanjutan yang mengarah pada ketidakberdayaan diri.
- Mengalami pengkhianatan yang dilakukan oleh orang terdekat.
Playing victim atau ‘mentalitas sebagai korban’ biasanya muncul pada pengidap gangguan penggunaan alkohol atau narkoba. Di sini, pengidap merasa terjerumus karena orang lain atau lingkungannya.
Lantas, bagaimana cara mengatasi orang playing victim? Baca penjelasannya dalam artikel ini: Cara Menghadapi Seseorang yang Berlaku Playing Victim.
Ciri-ciri Orang Playing Victim
Terdapat beberapa ciri-ciri orang yang memiliki karakteristik playing victim, antara lain:
1. Tanda-tanda perilaku
- Sering menyalahkan orang lain ketika terjadi kesalahan.
- Mengalami kesulitan mengambil tanggung jawab pribadi karena takut salah atau disalahkan.
- Terlalu kritis terhadap diri sendiri atau orang lain.
- Hanya bergaul dengan orang-orang sepemikiran.
2. Tanda-tanda mental dan kognitif
- Melihat dunia tidak adil atau tidak aman bagi dirinya.
- Distorsi kognitif, yaitu cara pikir yang cenderung tidak akurat atau merubah informasi sesuai dengan pemahaman subjektif.
- Pola pikir yang merugikan atau pesimisme.
- Merenungkan kesalahan dan rasa sakit dari masa lalu.
- Pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bunuh diri.
3. Tanda-tanda hubungan
- Kesulitan dengan keintiman dan kepercayaan.
- Memiliki empati yang terbatas terhadap orang lain.
- Kesulitan menerima kritik yang membangun.
4. Tanda-tanda emosional
- Kecemasan.
- Depresi.
- Merasa tidak diperhatikan.
- Rendah diri.
- Merasakan kebencian orang lain.
- Isolasi sosial.
5. Sabotase diri sendiri
Orang yang hidup dengan mentalitas playing victim mungkin akan melakukan sabotase diri dengan pemikiran:
- “Segala sesuatu yang buruk hanya terjadi padaku.”
- “Aku tidak bisa berbuat apapun, jadi, mengapa harus mencobanya?”
- “Aku pantas menerima segala hal buruk yang menimpaku.”
- “Tidak ada satupun orang yang peduli padaku.”
Sabotase jadi salah satu penyebab orang melakukan agresi. Selengkapnya baca dalam artikel ini: Agresi Adalah Bentuk Perilaku Agresif, Ini Faktanya.
Dampak Playing Victim bagi Kesehatan
Playing victim pada sebagian orang memang bisa memberikan rasa kontrol atau validasi emosional sementara. Namun, dampak negatifnya adalah risiko masalah pada kesehatan mental dan fisik jangka panjang. Dampak playing victim adalah:
1. Peningkatan stres dan kecemasan
Ketika seseorang merasa terus-menerus menjadi korban, individu tersebut bisa terjebak dalam situasi yang tidak dapat mereka kendalikan. Situasi ini bisa meningkatkan tingkat stres dan kecemasan yang dapat berujung pada masalah mental dan fisik.
2. Sistem imun tubuh yang melemah
Stres kronis dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan berbagai masalah kesehatan fisik. Hal ini termasuk meningkatkan kerentanan tubuh terhadap infeksi dan penyakit.
3. Peningkatan risiko penyakit jantung
Perasaan tidak berdaya karena playing victim bisa membuat korban mengalami peningkatan risiko gangguan jantung dan masalah kardiovaskular lainnya.
Hal ini karena stres yang dialami korban memicu peningkatan tekanan darah dan detak jantung yang meningkatkan risiko hipertensi dan penyakit jantung.
4. Perasaan tidak berdaya dan depresi
Individu yang bertindak “sebagai korban” cenderung merasa menjadi pribadi yang tidak berdaya, dan tidak memiliki kontrol atas hidup mereka. Hal ini dapat menjadi faktor utama dalam menyebabkan seseorang menjadi depresi.
5. Hubungan interpersonal terganggu
Sering kali orang yang terus menerus merasa dirinya korban akan menyalahkan orang lain atas hal atau masalah yang mereka alami. Jika terjadi terus-menerus, situasi ini dapat merusak hubungan interpersonal dan menyebabkan isolasi sosial.
6. Karakter pribadi yang tidak bisa berkembang
Pribadi yang menyukai playing victim akan terus melihat diri mereka sebagai korban, dan cenderung menghindari tanggung jawab atas kehidupan mereka. Hal ini kemudian menjadi penghalang bagi orang tersebut untuk berkembang merubah karakternya menjadi lebih baik.
7. Menurunkan kesejahteraan emosional
Perasaan keputusasaan sering kali timbul dari orang-orang yang sering melakukan tindakan playing victim. Perasaan tersebut kemudian dapat memicu gangguan emosional. Contohnya seperti depresi dan kecemasan yang memperburuk kesejahteraan mental secara keseluruhan.
Berbagai Penyebab Playing Victim
Ada beberapa penyebab yang menjadi pemicu karakteristik playing victim, antara lain:
1. Trauma masa lalu
Mentalitas sebagai korban seringkali berkembang sebagai respons terhadap kondisi yang sebenarnya.
Hal ini bisa muncul sebagai metode untuk mengatasi trauma yang pernah terjadi di masa lalu.
2. Pengkhianatan
Pengkhianatan terhadap kepercayaan, terutama pengkhianatan yang berulang-ulang, juga dapat membuat orang merasa menjadi korban dan sulit mempercayai siapa pun.
3. Kodependensi
Kodependensi adalah kondisi atau perilaku di mana seseorang sangat tergantung pada orang lain, pada tingkat yang tidak sehat.
Pengidap cenderung fokus pada kebutuhan dan keinginan orang lain, serta mengabaikan diri sendiri dalam prosesnya.
4. Manipulasi
Beberapa orang berkarakteristik playing victim tampak senang menyalahkan orang lain atas masalah yang mereka timbulkan.
Mereka juga akan menyerang dan membuat orang lain merasa bersalah, atau memanipulasi orang lain untuk mendapatkan simpati dan perhatian.
Ketahui juga bentuk-bentuk manipulasi dalam artikel ini: Ini Bentuk-Bentuk Tindakan Manipulasi yang Perlu Diwaspadai.
Cara Menghadapi Playing Victim
Menghadapi seseorang yang playing victim bisa menjadi tantangan. Nah, cara menghadapi tindakan playing victim adalah:
- Tetapkan batasan: Jangan biarkan diri menjadi sasaran manipulasi atau penyalahgunaan emosional.
- Berikan dukungan yang realistis: Tawarkan bantuan dan dukungan, tetapi jangan terlalu terlibat dalam masalah mereka.
- Fokus pada solusi: Alihkan percakapan dari keluhan ke solusi yang mungkin.
- Hindari menyalahkan: Jangan menyalahkan atau menghakimi individu yang playing victim, tetapi juga jangan membenarkan perilaku mereka.
- Sarankan bantuan profesional: Jika perilaku playing victim parah dan mengganggu, sarankan individu tersebut untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan mental.
Playing Victim dalam Hubungan
Dalam hubungan, perilaku playing victim dapat merusak kepercayaan dan keintiman.
Pasangan yang satu selalu merasa menjadi korban akan sulit untuk membangun hubungan yang sehat dan setara. Komunikasi yang jujur dan terbuka adalah kunci untuk mengatasi masalah ini.
Jika pasangan menunjukkan perilaku playing victim, penting untuk membahasnya secara terbuka dan jujur.
Sampaikan bagaimana perilaku tersebut memengaruhi dan apa yang diharapkan dari hubungan. Jika masalah berlanjut, pertimbangkan untuk mencari bantuan dari terapis pasangan.
Cara Pencegahan Playing Victim
Meskipun tidak selalu mungkin untuk mencegah perilaku playing victim, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko:
- Membangun harga diri yang sehat: Bantu individu mengembangkan rasa percaya diri dan harga diri yang positif.
- Mengembangkan keterampilan mengatasi masalah: Ajarkan individu cara mengatasi masalah secara efektif dan konstruktif.
- Mempromosikan komunikasi yang sehat: Dorong individu untuk berkomunikasi secara terbuka, jujur, dan asertif.
- Memberikan dukungan emosional: Tawarkan dukungan dan pengertian kepada individu yang mengalami kesulitan.
Kapan Harus Mencari Bantuan Profesional?
Jika perilaku playing victim menyebabkan masalah signifikan dalam kehidupan sehari-hari, penting untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan mental.
Terapis atau psikolog dapat membantu individu mengidentifikasi akar penyebab perilaku playing victim dan mengembangkan strategi mengatasi masalah yang lebih sehat.
Bantuan profesional juga dapat membantu individu mengatasi masalah kesehatan mental yang mendasari, seperti depresi, kecemasan, atau gangguan kepribadian.
Itulah pengertian, ciri, dan penyebab dari playing victim.
Kamu bisa beli obat online atau produk kesehatan lainnya dengan praktis dan mudah di Apotek Online Halodoc.
Toko Kesehatan Halodoc Produknya 100% asli dan tepercaya. Tanpa perlu antre, obat bisa diantar hanya dalam 1 jam langsung dari apotek terdekat dari lokasi kamu berada.
Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga dan dapatkan obat dari apotek 24 jam terdekat!
Jika membutuhkan informasi lain seputar kesehatan mental, tanyakan langsung pada psikiater di Halodoc!
Jangan khawatir, psikiater di Halodoc tersedia 24 jam sehingga kamu bisa menghubunginya kapan pun dan dimana pun. Tunggu apa lagi? Klik banner di bawah ini untuk menghubungi dokter terpercaya:

Referensi:
European Journal of Social Psychology. Diakses pada 2025. Basic Human Values: An Overview.
European Heart Journal. Diakses pada 2025. Psychological Stress and Coronary Risk: A Review.
Healthline. Diakses pada 2025. How to Identify and Deal with a Victim Mentality.
PsychCentral. Diakses pada 2025. What Are the Signs of a Victim Mentality?
Psychology Today. Diakses pada 2025. The Role of Victimhood in Mental Health.
FAQ
1. Apakah playing victim itu toxic?
Playing victim bisa menjadi toxic, karena seseorang terus-menerus menempatkan diri sebagai korban untuk menghindari tanggung jawab, memanipulasi simpati, atau menyalahkan orang lain.
Efeknya: hubungan jadi tidak sehat, komunikasi terganggu, dan orang di sekitarnya merasa lelah atau bersalah tanpa alasan jelas.
2. Apa perbedaan play victim dan manipulatif?
Perbedaan utama dari playing victim dan manipulatif yaitu:
- Play victim berfokus pada peran sebagai korban untuk menghindari tanggung jawab atau menarik simpati.
- Manipulatif berfokus pada mengendalikan orang lain untuk mendapatkan hasil tertentu.
3. Apakah orang yang playing victim itu ada kelainan mental?
Tidak selalu. Orang yang playing victim belum tentu memiliki kelainan mental.
Perilaku ini bisa muncul karena pola komunikasi buruk, pengalaman hidup, rasa tidak aman, trauma, atau cara bertahan yang salah.
Namun, pada beberapa kasus ekstrem, playing victim bisa terkait dengan kondisi psikologis tertentu—misalnya gangguan kepribadia, hanya jika disertai pola perilaku jangka panjang, intens, dan merusak hubungan.
Penilaian seperti itu tidak bisa dilakukan hanya dari asumsi atau observasi singkat, tetapi melalui evaluasi profesional.


