Mengenal Sikap Defensif: Penyebab, Contoh, dan Cara Mengatasinya

4 menit
Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   29 November 2023

“Sikap defensif adalah perilaku mempertahankan pendapat ataupun keinginan tanpa mau menerima masukan dari orang lain. Sikap ini dapat menghambat pengembangan diri dan interaksi sehari-hari.”

Mengenal Sikap Defensif: Penyebab, Contoh, dan Cara MengatasinyaMengenal Sikap Defensif: Penyebab, Contoh, dan Cara Mengatasinya

DAFTAR ISI

  1. Penyebab Sikap Defensif
  2. Contoh Sikap Defensif
  3. Cara Menghilangkan Perilaku Defensif

Halodoc, Jakarta – Sikap defensif adalah perilaku atau reaksi individu yang cenderung untuk mempertahankan diri, atau menghindari tanggung jawab dalam situasi-situasi yang memerlukan kritik, umpan balik, atau perubahan. 

Sikap ini sering kali muncul sebagai respons terhadap perasaan tidak nyaman atau ancaman terhadap citra dirinya. Dalam situasi ini, seseorang mungkin cenderung menolak kritik atau masukan yang konstruktif, menghindari mengakui kesalahan, atau mencari alasan untuk menghindari perubahan.

Penyebab Sikap Defensif

Sikap defensif dapat menghambat perkembangan pribadi dan hubungan antar individu. Ketika seseorang terlalu defensif, ia mungkin sulit untuk belajar dari kesalahan atau menerima bantuan untuk memperbaiki diri. 

Hal ini juga dapat merusak komunikasi dan kerja sama dalam berbagai konteks, termasuk hubungan pribadi, profesional, dan sosial. Nah, berikut beberapa penyebab sikat defensif yang perlu diketahui.

1. Pengalaman buruk masa lalu

Sikap defensif bisa jadi merupakan reaksi terhadap perasaan tidak aman atau takut. Pengalaman traumatis atau pengalaman negatif dalam interaksi sosial sebelumnya dapat membuat seseorang menjadi lebih defensif. 

Seseorang mungkin mengingat situasi yang pernah melukai dirinya, dan merasa perlu untuk selalu berjaga-jaga. Punya pengalaman buruk di masa lalu, baca artikel: “Bagaimana Berdamai dengan Pengalaman Traumatis.”

2. Rasa takut terhadap penilaian negatif

Seseorang mungkin menjadi defensif karena takut bahwa orang lain akan menilai atau mengkritiknya secara negatif. Hal ini dapat membuat mereka sulit menerima kritik atau masukan yang sebenarnya konstruktif.

3. Kecenderungan untuk mempertahankan citra diri

Orang-orang sering kali ingin menjaga citra diri mereka yang positif. Oleh karena itu, ketika mereka dihadapkan dengan kesalahan atau kekurangan, mereka cenderung defensif agar citra diri mereka tidak tercoreng.

4. Kurangnya keterampilan komunikasi

Kurangnya keterampilan dalam berkomunikasi atau mengekspresikan perasaan dan pendapat dengan baik, dapat menyebabkan seseorang menjadi defensif. Mereka mungkin tidak tahu bagaimana mengomunikasikan kekhawatiran atau keberatan mereka dengan cara yang lebih terbuka dan konstruktif. 

Informasi selengkapnya mengembangkan keterampilan komunikasi, baca artikel: “Sikap Asertif, Pengertian dan Cara Penerapannya di Kehidupan.”

5. Ketidakpastian atau ketidakamanan

Ketidakamanan atau ketidakpastian tentang diri sendiri atau situasi tertentu dapat menyebabkan sikap defensif. Seseorang yang merasa tidak yakin tentang diri atau masa depan mereka, mungkin lebih cenderung untuk mempertahankan diri secara berlebihan sebagai bentuk perlindungan diri.

Contoh Sikap Defensif 

Untuk lebih jelasnya mengenai sikap pertahanan diri berlebihan ini, kamu bisa membaca contohnya di sini:

  • Menyalahkan orang lain. Orang yang defensif cenderung langsung menyalahkan orang lain ketimbang berpikir jernih ketika menghadapi kritik.
  • Menolak masukan. Alasannya ada ketakutan menerima masukan akan menunjukkan kalau diri tidak memiliki kapasitas. 
  • Menggunakan alasan. Seseorang mungkin cenderung menggunakan alasan sebagai cara untuk membenarkan tindakan, atau keputusan mereka daripada mengakui kesalahan atau kurangnya pemahaman.
  • Menghindari konfrontasi. Orang dengan sikap defensif cenderung menghindari konfrontasi atau diskusi, yang mungkin mengungkapkan kelemahan mereka atau mempertanyakan pendapatnya.
  • Mengkritik balik. Tujuannya sebagai upaya untuk mengalihkan perhatian dari diri sendiri.
  • Menyembunyikan informasi. Tujuannya agar kesalahan atau kekurangan mereka tidak terungkap. 
  • Mengubah topik pembicaraan. Mengalihkan pembicaraan dari masalah yang sedang dibahas saat mereka merasa terancam atau tidak nyaman.
  • Menjadi pasif-agresif. Mereka mungkin mengekspresikan ketidakpuasan atau kritik secara tidak langsung melalui perilaku pasif-agresif, seperti merendahkan atau meremehkan.
  • Memproyeksikan kesalahan. Memproyeksikan kesalahan atau ketidaksempurnaan diri mereka ke orang lain, sebagai cara untuk merasa lebih baik tentang diri mereka sendiri.

Masih asing dengan karakter social butterfly? Baca selengkapnya di artikel ini: Mengenal Social Butterfly: Pengertian, Karakter, dan Keuntungannya.

Cara Menghilangkan Perilaku Defensif

Ada berbagai upaya yang bisa kamu lakukan untuk mengatasi perilaku defensif, antara lain:

1. Mengembangkan kesadaran diri

Mulailah dengan mengembangkan kesadaran diri terhadap perilaku defensif tersebut. Kenali kapan kamu cenderung menjadi defensif, apa yang memicu reaksi tersebut, dan bagaimana hal itu memengaruhi interaksi.

2. Belajar menerima kritik secara terbuka 

Buka diri untuk menerima kritik atau umpan balik yang konstruktif tanpa merasa terancam. Ingatlah bahwa kritik adalah peluang untuk pertumbuhan dan pembelajaran, bukan ancaman terhadap citra diri.

3. Mempraktikkan komunikasi efektif

Pelajari keterampilan komunikasi yang lebih sehat, termasuk cara mengekspresikan perasaan dan pendapat secara jelas dan tulus. Ini akan membantu kamu berkomunikasi secara lebih terbuka dan efektif.

4. Kenali akar penyebab defensif 

Coba untuk memahami apakah sikap defensif berasal dari pengalaman traumatis atau ketidakamanan yang lebih dalam? Dengan mengetahui akar penyebabnya, kamu dapat bekerja untuk mengatasi masalah ini secara lebih efektif.

5. Praktik penerimaan dan belajar dari kesalahan

Ingatlah bahwa tidak ada yang sempurna, dan setiap orang membuat kesalahan. Jadikan kesalahan sebagai peluang untuk pertumbuhan dan belajar darinya daripada sebagai alasan untuk menjadi defensif.

Baca artikel: “Memaafkan atau Tidak Memaafkan Dapat Memengaruhi Kesehatan” untuk mengetahui pentingnya penerimaan diri.

Apabila mengalami kesulitan dalam mengatasi hal-hal di atas, kamu juga bisa konsultasi dengan psikolog di Halodoc melalui banner di bawah ini.

chat psikolog halodoc
Referensi:
Very Well Mind. Diakses pada 2023. What Is Defensiveness?
Better Help. Diakses pada 2023. What Is Defensive Behavior? Ways To Limit Defensiveness.
Mind Body Green. Diakses pada 2023. 12 Truths About Defensive Behavior.
Frazadlaw.com. Diakses pada 2023. Defensive Behavior: What It Is and How To Recognize It 
Very Well Mind. Diakses pada 2023. How to Stop Being Defensive?

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan