Senang Pamer Kelamin, Ini 2 Penyebab Eksibisionis yang Perlu Diketahui
Gangguan eksibisionis bisa dipicu oleh pengalaman pelecehan di masa kanak-kanak atau hiperseksual.

DAFTAR ISI
- Apa Itu Eksibisionisme?
- Penyebab Munculnya Gangguan Eksibisionis
- Faktor Risiko Eksibisionisme
- Jenis Eksibisionisme Berdasarkan Target Korban
- Diagnosis Eksibisionisme
- Penanganan Eksibisionisme
- Komplikasi Eksibisionisme yang Mungkin Terjadi
- Pencegahan Eksibisionisme
- Bisakah Gangguan Eksibisionis Disembuhkan?
- Kapan Harus Mencari Bantuan Profesional?
Perilaku eksibisionis sering kali menimbulkan rasa tidak nyaman bagi orang lain. Istilah ini merujuk pada kecenderungan seseorang yang merasa senang atau puas saat memperlihatkan organ intimnya di depan umum tanpa persetujuan orang lain.
Meski terdengar aneh, eksibisionis termasuk salah satu gangguan perilaku seksual yang nyata terjadi.
Penting untuk memahami apa yang melatarbelakangi kondisi ini agar tidak sekadar dianggap sebagai tindakan iseng, melainkan sebuah masalah psikologis yang membutuhkan perhatian serius.
Apa Itu Eksibisionisme?
Eksibisionis itu apa? Gangguan eksibisionis adalah suatu kondisi yang ditandai oleh dorongan, fantasi, atau tindakan mengekspos alat kelamin seseorang, kepada orang yang tidak menginginkannya, terutama orang asing.
Kondisi ini dianggap sebagai parafilia, yang mengacu pada pola gairah seksual atipikal yang persisten dan intens, yang disertai gangguan secara klinis.
Orang dengan gangguan eksibisionis mungkin memiliki preferensi untuk menunjukkan alat kelamin kepada korban, yaitu anak-anak, remaja, orang dewasa, atau keduanya.
Bisa dibilang kondisi ini merupakan gangguan kepribadian, karena pelaku tidak merasa malu menunjukkan alat kelaminnya. Sebaliknya, justru muncul perasaan semangat saat orang lain melihatnya.
Pertanyaannya, apa sih yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan eksibisionis?
Penyebab Munculnya Gangguan Eksibisionis
Gangguan eksibisionisme biasanya berkembang selama masa dewasa muda.
Penyebab pasti gangguan kepribadian ini belum diketahui secara pasti.
Namun, diperkirakan ada beberapa faktor yang memicunya, seperti:
- Gangguan kepribadian antisosial.
- Penyalahgunaan zat.
- Gangguan parafilia.
Sementara itu, ada juga pendapat yang menyatakan bahwa ada hubungan antara gangguan eksibisionis dan pelecehan seksual masa kanak-kanak, atau hiper seksualitas, sebagai faktor risiko potensial berkembangnya gangguan.
Yuk, Mengenal Penjelasan Fetish dari Sudut Pandang Psikologi
Hanya saja tidak ada data yang dapat membuktikannya. Untuk saat ini penyebab eksibisionis dibedakan dalam dua jenis, yaitu:
1. Eksibisionis murni
Jenis eksibisionis ini adalah orang-orang yang menunjukkan organ seksual mereka kepada orang lain dari kejauhan.
Pelaku menganggap bahwa respon terkejut korban sebagai minat seksual.
Dalam pikiran pelaku, dia sedang melakukan bentuk flirting (menggoda). Munculnya gangguan eksibisionis ini biasanya terjadi pada masa remaja akhir atau awal masa dewasa.
Kondisi ini mirip dengan preferensi seksual lainnya. Bisa disebabkan oleh minat seks yang tidak tersalurkan.
Namun, umumnya perilaku tersebut dapat berkurang seiring bertambahnya usia.
Meskipun perilaku tersebut tidak membahayakan fisik korban, tapi beberapa eksibisionis terus melakukan kejahatan seksual, seperti pemerkosaan.
2. Eksibisionis eksklusif
Jenis eksibisionis ini adalah yang muncul karena keinginan seseorang yang berusaha untuk memiliki hubungan romantis, dan mereka yang tidak dapat melakukan hubungan seksual secara normal.
Memamerkan alat kelamin adalah cara mereka untuk mendapatkan kepuasan seksual. Namun, jenis gangguan eksibisionis ini kurang umum.
Faktor Risiko Eksibisionisme
Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko seseorang menjadi eksibisionis:
- Berjenis kelamin laki-laki.
- Memiliki riwayat gangguan mental lainnya, seperti gangguan kepribadian antisosial atau gangguan penggunaan zat.
- Pernah menjadi korban pelecehan seksual atau menyaksikan kekerasan.
- Memiliki keluarga dengan riwayat gangguan mental atau perilaku seksual yang tidak lazim.
Penting untuk dicatat bahwa memiliki faktor-faktor risiko ini tidak berarti seseorang pasti akan menjadi eksibisionis.
Jenis Eksibisionisme Berdasarkan Target Korban
Eksibisionisme dapat dibagi menjadi beberapa kategori, tergantung pada siapa yang menjadi sasaran perilaku tersebut.
Berikut jenis eksibisionisme berdasarkan targetnya:
- Menunjukan alat kelamin kepada anak-anak yang belum pubertas.
- Menunjukkan alat kelamin kepada orang dewasa.
- Menunjukkan alat kelamin kepada anak-anak yang belum pubertas maupun orang dewasa.
Diagnosis Eksibisionisme
Dokter biasanya melakukan wawancara mendalam dan asesmen perilaku untuk menentukan diagnosis kondisi ini.
Dalam proses penilaian, ahli akan mengevaluasi beberapa aspek, seperti:
- Apakah pelaku memiliki dorongan yang berulang dan intens selama setidaknya enam bulan.
- Sejauh mana perilaku eksibisionis mengganggu kehidupan sosial, pekerjaan, atau hubungan pribadi. Jika dorongan ini menyebabkan konflik, menghambat fungsi sehari-hari, atau menimbulkan masalah hukum, maka kondisi ini cenderung lebih serius.
- Apakah perilaku memamerkan kelamin hanya untuk memuaskan hasrat seksual atau juga melibatkan aspek psikologis seperti keinginan untuk mengendalikan orang lain.
Penanganan Eksibisionisme
Penanganan eksibisionisme biasanya memerlukan kombinasi pendekatan medis dan psikologis.
Beberapa metode yang digunakan meliputi:
- Terapi perilaku kognitif untuk membimbing pelaku dalam mengenali pola pikir dan dorongan yang memicu perilaku eksibisionis.
- Bergabung dalam kelompok pendukung untuk membantu pasien merasa diterima dan mendapat dukungan tanpa merasa dihakimi.
- Pemberian obat, seperti antidepresan dan pengatur impuls, untuk membantu mengendalikan dorongan eksibisionis.
- Terapi individual dengan seorang konselor atau terapis untuk membantu pasien mengeksplorasi akar dari perilaku eksibisionis.
Mengenal lebih jauh tentang Ekshibisionisme, Keinginan Pamer Area Privat di Khalayak Umum.
Komplikasi Eksibisionisme yang Mungkin Terjadi
Eksibisionisme yang tidak ditangani dapat menyebabkan berbagai komplikasi, termasuk:
- Masalah hukum, seperti penangkapan dan penuntutan.
- Masalah dalam hubungan interpersonal, seperti perceraian atau kesulitan menjalin hubungan yang sehat.
- Masalah pekerjaan, seperti kehilangan pekerjaan atau kesulitan mendapatkan pekerjaan.
- Perasaan malu, bersalah, atau depresi.
Dalam beberapa kasus, eksibisionisme juga dapat meningkat menjadi perilaku seksual yang lebih berbahaya, seperti pelecehan seksual atau pemerkosaan.
Pencegahan Eksibisionisme
Karena penyebab pasti eksibisionisme belum diketahui, sulit untuk memberikan langkah-langkah pencegahan yang spesifik.
Namun, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko:
- Menciptakan lingkungan keluarga yang sehat dan suportif.
- Mengajarkan anak-anak tentang batasan pribadi dan menghormati orang lain.
- Memberikan pendidikan seks yang komprehensif.
- Mencari bantuan profesional jika mengalami trauma masa kecil atau masalah kesehatan mental lainnya.
Penting untuk diingat bahwa eksibisionisme adalah masalah yang kompleks dan membutuhkan penanganan yang komprehensif.
Bisakah Gangguan Eksibisionis Disembuhkan?
Kebanyakan orang dengan gangguan eksibisionis tidak mencari pengobatan sendiri.
Tidak pula menerima pengobatan sampai mereka tertangkap dan diwajibkan untuk melakukan pengobatan oleh pihak berwenang.
Pengidap eksibisionis amat disarankan untuk melakukan pengobatan dini agar gangguan tersebut dapat diatasi.
Pengobatan eksibisionis biasanya mencakup psikoterapi dan pengobatan medis.
Penelitian menunjukan bahwa perawatan terapeutik efektif dalam mengobati gangguan tersebut.
Perawatan tersebut dilakukan dengan alat untuk mengontrol impuls pengidap, dan menemukan cara yang lebih dapat diterima untuk mengatasi dorongan untuk menunjukkan alat kelamin pada orang lain.
Selain itu, terapi perilaku kognitif juga dapat mengidentifikasi pemicu yang menyebabkan dorongan pengidap, dan kemudian mengelola dorongan tersebut dengan cara yang lebih sehat. Sementara itu pendekatan psikoterapi lainnya dapat dilakukan.
Seperti pelatihan relaksasi, pelatihan empati, pelatihan keterampilan untuk mengatasi ketika munculnya hasrat seksual, serta restrukturisasi kognitif (mengidentifikasi dan mengubah pikiran yang mengarah pada eksibisionisme).
Beberapa obat-obatan juga dapat membantu mengobati gangguan eksibisionis.
Contohnya obat-obatan yang menghambat hormon seksual, yang mengakibatkan penurunan hasrat seksual.
Beberapa obat yang umum digunakan untuk mengobati depresi dan gangguan suasana juga dapat diberikan untuk mengurangi hasrat seksual.
Kapan Harus Mencari Bantuan Profesional?
Seseorang disarankan untuk mencari bantuan profesional jika mengalami gejala-gejala eksibisionisme yang menyebabkan tekanan atau gangguan signifikan dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, mencari bantuan juga penting jika:
- Merasa tidak mampu mengendalikan dorongan untuk melakukan eksibisionisme.
- Mengalami masalah dalam hubungan interpersonal atau pekerjaan akibat perilaku eksibisionis.
- Memiliki pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain.
Jika orang terdekatmu memiliki gangguan ini atau jika kamu ingin mengetahui informasi lebih dalam tentang eksibisionis, jangan ragu untuk menghubungi psikiater di Halodoc saja.
Tak perlu khawatir, psikiater di Halodoc tersedia 24 jam dan privasi kamu pasti aman terjaga.
Tak perlu bingung cari obat, kamu bisa dapatkan di apotek 24 jam terdekat dari rumah, karena ada Apotek Online Halodoc.
Obat dan produk kesehatan di Toko Kesehatan Halodoc dijamin 100% asli dan tepercaya.
Produk dikirim dari apotek terdekat dari rumahmu, diantar dalam waktu 1 jam.
Segera download Halodoc untuk pengalaman belanja obat online dengan praktis!


