Sering Tertukar, Ini Perbedaan Gumoh dan Muntah Pada Bayi
Gumoh dan muntah dapat dibedakan berdasarkan kuantitas cairan yang keluar dari mulut bayi.

DAFTAR ISI
- Gumoh Artinya: Lebih dari Sekedar Mual
- Perbedaan Gumoh dan Muntah pada Bayi
- Penyebab Gumoh pada Bayi
- Penyebab Muntah pada Bayi
- Kapan Harus ke Dokter?
- Cara Mengatasi Gumoh dan Muntah pada Bayi
- Pencegahan Gumoh pada Bayi
Gumoh dan muntah adalah dua kondisi umum yang sering dialami bayi. Meskipun terlihat serupa, keduanya memiliki perbedaan yang signifikan.
Memahami perbedaan ini penting agar orang tua dapat memberikan penanganan yang tepat dan mengetahui kapan harus mencari bantuan medis.
Simak perbedaan antara gumoh dan muntah, penyebab, cara mengatasi, dan kapan perlu waspada.
Gumoh Artinya: Lebih dari Sekedar Mual
Gumoh artinya kondisi saat keluarnya kembali susu atau makanan dari mulut bayi setelah menyusu atau makan.
Kondisi ini umum terjadi pada bayi usia 0-12 bulan karena sistem pencernaannya belum berkembang sempurna.
Gumoh biasanya tidak disertai dengan kontraksi perut yang kuat dan jumlahnya sedikit.
Berikut Ini Rekomendasi Dokter Spesialis Anak di Halodoc yang bisa dihubungi seputar kesehatan anak.
Perbedaan Gumoh dan Muntah pada Bayi
Perbedaan utama antara gumoh dan muntah terletak pada:
- Kekuatan Refleks: Gumoh terjadi secara pasif, tanpa kontraksi otot perut yang kuat. Sementara muntah melibatkan kontraksi otot perut yang kuat untuk mengeluarkan isi perut.
- Jumlah Cairan: Gumoh biasanya hanya mengeluarkan sedikit cairan, sedangkan muntah mengeluarkan cairan dalam jumlah yang lebih banyak.
- Frekuensi: Gumoh umumnya terjadi lebih sering daripada muntah.
- Kandungan Cairan: Gumoh biasanya hanya berisi susu atau makanan yang belum tercerna. Muntah dapat berisi susu, makanan yang sudah dicerna, atau cairan empedu.
Penyebab Gumoh pada Bayi
Gumoh pada bayi umumnya disebabkan oleh:
- Sphincter Esofagus Inferior (LES) yang Belum Matang: LES adalah otot yang terletak di antara kerongkongan dan lambung. Pada bayi, otot ini belum berfungsi sempurna, sehingga memungkinkan makanan kembali naik ke kerongkongan.
- Posisi Menyusui yang Tidak Tepat: Posisi menyusui yang tidak tepat dapat menyebabkan bayi menelan terlalu banyak udara, sehingga meningkatkan risiko gumoh.
- Terlalu Banyak Makan: Memberi makan bayi terlalu banyak dalam satu waktu dapat menyebabkan lambung penuh dan meningkatkan risiko gumoh.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), gumoh adalah kondisi normal pada bayi sehat dan biasanya akan membaik seiring bertambahnya usia.
Berikut Ini Rekomendasi Dokter Spesialis Anak di Halodoc yang bisa dihubungi seputar kesehatan anak.
Penyebab Muntah pada Bayi
Muntah pada bayi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk:
- Infeksi Virus atau Bakteri: Infeksi pada saluran pencernaan dapat menyebabkan muntah.
- Alergi Makanan: Beberapa bayi mungkin alergi terhadap protein susu sapi atau makanan lainnya, yang dapat menyebabkan muntah.
- Obstruksi Saluran Pencernaan: Penyumbatan pada saluran pencernaan dapat menyebabkan muntah yang parah.
- Penyakit Lainnya: Muntah juga dapat menjadi gejala dari penyakit lain seperti infeksi saluran kemih atau meningitis.
Simak lebih lanjut mengenai Kesehatan Anak – Tips dan Informasi Lengkapnya agar ibu senantiasa bisa menjaga kondisi Si Kecil.
Kapan Harus ke Dokter?
Meskipun gumoh umumnya normal, ada beberapa kondisi yang memerlukan perhatian medis. Segera konsultasikan dengan dokter jika bayi Anda:
- Muntah dengan frekuensi yang meningkat atau dalam jumlah yang banyak.
- Menolak untuk makan atau minum.
- Menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, seperti jarang buang air kecil, mulut kering, atau mata cekung.
- Muntah berwarna hijau atau mengandung darah.
- Mengalami demam tinggi atau tampak sangat lemas.
- Berat badan tidak naik atau bahkan turun.
Cara Mengatasi Gumoh dan Muntah pada Bayi
Berikut adalah beberapa tips untuk mengatasi gumoh dan muntah pada bayi:
- Berikan Makan dalam Porsi Kecil tapi Sering: Hindari memberi makan bayi terlalu banyak dalam satu waktu. Berikan porsi kecil tapi lebih sering.
- Sendawakan Bayi Setelah Menyusu atau Makan: Sendawakan bayi setiap beberapa menit saat menyusu atau makan, dan setelah selesai.
- Posisikan Bayi Tegak Setelah Menyusu atau Makan: Setelah menyusu atau makan, posisikan bayi tegak selama 20-30 menit untuk membantu makanan turun ke lambung.
- Hindari Aktivitas yang Berlebihan Setelah Makan: Hindari mengajak bayi bermain atau melakukan aktivitas yang berlebihan setelah makan.
Pencegahan Gumoh pada Bayi
Beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko gumoh pada bayi:
- Perhatikan Posisi Menyusui: Pastikan posisi menyusui sudah benar untuk mencegah bayi menelan terlalu banyak udara.
- Hindari Memberi Makan Terlalu Cepat: Beri makan bayi dengan perlahan dan sabar.
- Konsultasi dengan Dokter atau Konsultan Laktasi: Jika kamu memiliki kekhawatiran tentang gumoh pada bayi Anda, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter atau konsultan laktasi.
Menurut WHO, pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan bayi dapat membantu mengurangi risiko masalah pencernaan, termasuk gumoh.
Jika kamu kamu khawatir tentang kondisi bayi, segera konsultasikan dengan dokter spesialis anak di Halodoc.
Kamu bisa hubungi dokter dengan klik banner di bawah ini!



