Terlalu Banyak Konsumsi MSG Bisa Sebabkan Abdominal Migrain

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   31 Maret 2019
Terlalu Banyak Konsumsi MSG Bisa Sebabkan Abdominal MigrainTerlalu Banyak Konsumsi MSG Bisa Sebabkan Abdominal Migrain

Halodoc, Jakarta - Konsumsi makanan kesukaan seperti cokelat, makanan asin atau yang mengandung MSG, dan daging olahan memang memanjakan perut. Sayangnya, makanantersebut diduga mampu memicu seseorang terkena abdominal migrain. Meski hal ini masih diteliti lebih lanjut, namun diduga abdominal terjadi akibat perubahan kadar dua senyawa yang dihasilkan oleh tubuh, yaitu histamin dan serotonin.

Berbeda dengan migrain yang biasanya menyerang kepala, abdominal migrain menyerang area perut. Pemicunya juga bisa datang dari perasaan sedih atau khawatir. Tidak hanya itu, menelan banyak udara bisa menjadi pemicu atau menimbulkan gejala perut yang serupa karena hal ini bisa menyebabkan kembung dan sulit makan.

Abdominal migrain sering terjadi pada anak–anak dibanding orang dewasa. Kebanyakan kasus terjadi pada anak yang memiliki riwayat keluarga dengan abdominal migrain. Anak perempuan lebih rentan mengalami migrain perut dibanding anak laki–laki. Gejala migrain perut adalah kesulitan mengunyah atau menelan makan, kelelahan, kulit pucat atau memerah, mual, muntah, kehilangan nafsu makan, dan ada lingkaran hitam di bawah mata.

Setiap serangan migrain berlangsung antara satu jam hingga tiga hari. Di sela-sela serangan abdominal migrain, anak-anak terlihat sehat dan tidak menunjukkan gejala. Gejala-gejala abdominal migrain mirip dengan banyak kondisi gastrointestinal (GI) masa kanak-kanak lainnya karena melibatkan area sistem pencernaan. Perbedaannya adalah gejala migrain perut datang dan pergi berhari-hari sampai berbulan-bulan dengan gejala yang datang dan pergi.

Baca  Juga: Belum Dewasa, Anak-Anak Juga Bisa Kena Migrain

Pengobatan Abdominal Migrain

Sayangnya karena penyakit ini minim informasi, maka dokter memberikan obat berdasarkan gejala yang muncul. Terapi hidrasi (terutama jika ada muntah yang signifikan), NSAID, obat antinausea, dan triptan adalah jenis obat yang bisa digunakan namun disesuaikan dengan usia pasien.

Ketika penyakit ini sering muncul, terapi pencegahan yang digunakan untuk bentuk-bentuk migrain lainnya dapat dilakukan. Selain itu, meski belum sepenuhnya terbukti, disarankan untuk mengurangi konsumsi cokelat, makanan dengan MSG tinggi, dan daging olahan.
Baca Juga: Abdominal Migrain Vs Migrain, Lebih Bahaya Mana?

Pencegahan Abdominal Migrain

Anak-anak dengan masalah abdominal migrain dapat mengenali pemicu kondisi tersebut, tentunya dengan bantuan orangtua dan dokter. Orangtua dapat membuat catatan harian, seperti tanggal dan waktu anak mengalami kondisi ini, makanan dan obat yang mereka makan sebelumnya, hal yang mereka lakukan sebelum itu terjadi.

Upaya pencegahan lain yang termasuk menghindari pemicu tertentu, di antaranya makanan yang mengandung nitrat. Jika pemicunya tidak diketahui, dokter menganjurkan pasien (atau orangtua mereka) untuk menghindari produk olahan susu dalam apa saja yang mereka makan atau lakukan. Hal ini membantu mengidentifikasi faktor yang memicu gejala migrain. Selain itu, pasien juga dianjurkan untuk:

  • Makan dengan pola seimbang yang kaya akan buah-buahan dan sayur-sayuran.

  • Menghindari makanan olahan dan cepat saji.

  • Minum banyak air untuk membantu tubuh mengeluarkan racun.

  • Istirahat yang cukup.

  • Belajar mengelola stres dan kecemasan.

  • Lebih aktif secara fisik.

  • Prognosis bagi pasien migrain perut sangatlah bagus. Pengobatan ini efektif, tidak hanya dalam meredakan gejala, namun juga mencegah serangan mendatang.

Baca Juga: Inilah yang Terjadi Pada Tubuh Anak Ketika Terserang Abdominal Migrain

Kalau anak menunjukkan tanda dan gejala migrain perut atau abdominal migrain, segera bicara pada dokter Halodoc untuk mendapatkan saran penanganan yang tepat. Gunakan fitur Talk to a Doctor yang ada di Halodoc untuk menghubungi dokter kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, segera download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play!

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan