Bisakah Kandung Kemih Overaktif Dicegah?

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   26 November 2019
Bisakah Kandung Kemih Overaktif Dicegah?Bisakah Kandung Kemih Overaktif Dicegah?

Halodoc, Jakarta – Penyakit kandung kemih overaktif alias overactive bladder (OAB) paling rentan menyerang orang yang sudah memasuki usia lanjut. Pasalnya, penyakit ini merupakan gangguan kesehatan yang terjadi karena faktor usia. Kandung kemih overaktif terjadi karena ada masalah pada fungsi penyimpanan kandung kemih. Lantas, adakah cara yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit ini?

Sayangnya, tidak ada pencegahan spesifik yang bisa dilakukan untuk menghindari penyakit kandung kemih overaktif. Namun, kamu bisa memperkecil risikonya dengan menjalani gaya hidup sehat dan menghindari konsumsi makanan tertentu. Sebab, ada beberapa jenis makanan yang bisa meningkatkan gejala sering berkemih alias buang air kecil. 

Baca juga: Kenali 5 Penyebab Sering Buang Air Kecil

Cara Menangani Kandung Kemih Overaktif 

Kandung kemih overaktif ditandai dengan gejala rasa sangat ingin berkemih meski kandung kemih belum penuh. Gejala ini paling sering muncul pada malam hari. Keinginan untuk berkemih biasanya akan muncul secara tiba-tiba dan sulit untuk dihentikan. Selain gejala utama tersebut, kandung kemih overaktif juga bisa memicu gejala lain. Pemeriksaan lebih lanjut perlu dilakukan untuk memastikan apakah peningkatan keinginan berkemih yang terjadi merupakan gejala kandung kemih overaktif atau bukan. 

Dalam keadaan normal, kandung kemih “beristirahat” alias tidak mengalami kontraksi sebelum terisi penuh. Secara bertahap kandung kemih yang sudah terisi penuh akan memberi tanda untuk segera dikeluarkan. Hal ini yang menyebabkan muncul rasa ingin buang air kecil. Artinya, rasa ingin berkemih yang berlebihan bisa menjadi tanda bahwa ada masalah pada bagian tersebut. 

Pada pengidap kandung kemih overaktif, sistem kontraksi tidak terkontrol dan membuat seseorang merasa ingin selalu buang air kecil. Kondisi ini juga memicu munculnya sinyal saraf yang memerintahkan kandung kemih mengosongkan isinya meskipun belum penuh. Wanita yang sudah memasuki masa menopause disebut lebih rentan mengalami kondisi ini. Kandung kemih overaktif juga berisiko dialami oleh pria dengan masalah prostat dan orang yang mengidap penyakit otak atau sumsum tulang belakang, seperti stroke dan multiple sclerosis.

Kandung kemih overaktif bisa didiagnosis dengan mengamati gejala yang muncul, riwayat kesehatan, serta asupan cairan. Selain itu, mungkin akan dilakukan pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan perut, organ-organ di panggul, dan dubur. Pada pria, pemeriksaan juga dilakukan pada prostat. Selain itu, dilakukan juga pemeriksaan kultur urine, USG kandung kemih, sistoskopi, dan tes urodinamik. 

Baca juga: Ini Bedanya Infeksi Saluran Kemih dan Batu Kandung Kemih

Penyakit kandung kemih overaktif harus segera ditangani untuk menghindari komplikasi. Salah satu pengobatan yang bisa dilakukan adalah perubahan gaya hidup, yaitu dengan mengonsumsi makanan sehat. Pada kondisi yang parah, penyakit ini mungkin harus ditangani dengan konsumsi obat-obatan dan tindakan medis khusus, misalnya operasi. Dokter umumnya akan meresepkan jenis obat tertentu untuk mengatasi gejala dari kandung kemih overaktif. 

Penyakit kandung kemih overaktif juga bisa diatasi dengan pemberian suntik toksin botulinum alias botox. Obat tersebut disuntikkan ke otot kandung kemih untuk membantu agar otot kandung kemih tidak berkontraksi terlalu sering.

Baca juga: Cara Mengobati Infeksi Saluran Kemih Sampai Tuntas

Masih penasaran tentang penyakit kandung kemih overaktif dan apa saja perubahan gaya hidup yang bisa dilakukan untuk mencegahnya? Tanya dokter di aplikasi Halodoc saja. Kamu bisa kapan dan di mana saja menghubungi dokter melalui Video/Voice Call dan Chat. Dapatkan informasi seputar kesehatan dan tips hidup sehat dari dokter terpercaya. Yuk, download Halodoc sekarang di App Store dan Google Play! 

Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2019. Overactive bladder.
Healthline. Diakses pada 2019. Overactive bladder.

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan