Jarang Terjadi, Benarkah Skleroderma Dapat Menyerang Anak-Anak?

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   21 November 2018
Jarang Terjadi, Benarkah Skleroderma Dapat Menyerang Anak-Anak?Jarang Terjadi, Benarkah Skleroderma Dapat Menyerang Anak-Anak?

Halodoc, Jakarta - Skleroderma merupakan salah satu jenis penyakit autoimun yang ditandai dengan pengerasan dan penebalan kulit, serta masalah pada organ tubuh. Kondisi ini dapat terjadi ketika sistem imun menyerang jaringan ikat, sehingga kulit menjadi tebal dan keras.

Selain menyerang jaringan ikat kulit, skleroderma juga dapat terjadi pada organ dalam tubuh. Seperti timbulnya jaringan parut pada paru-paru atau ginjal, serta pengerasan pembuluh darah yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan tekanan darah tinggi.

Pada sejumlah orang, skleroderma hanya memengaruhi kulit. Namun, pada beberapa orang lainnya, skleroderma juga membahayakan struktur selain kulit, misalnya pembuluh darah, organ tubuh dalam, dan saluran pencernaan.

Istilah skleroderma sendiri berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu ‘sclero’ yang berarti keras dan ‘derma’ yang berarti kulit. Skleroderma adalah penyakit tidak menular, non-kanker, dan tidak menyebabkan infeksi. Walaupun banyak kasus dari penyakit ini termasuk kasus yang ringan, ada beberapa juga yang menjadi kasus yang mengancam nyawa.

Kelainan gen dan faktor lingkungan diduga memicu terjadinya kondisi ini. Meski belum ditemukan obat untuk menyembuhkan penyakit ini, pengidap skleroderma masih dapat hidup dengan produktif. Penanganan dengan pengobatan dan terapi dapat mengendalikan gejala skleroderma yang timbul. Tanda dan gejala yang muncul dapat bervariasi, tergantung struktur mana yang terpengaruh.

Gangguan skleroderma tidak dapat disembuhkan, tapi dapat dikendalikan. Kebanyakan kasus skleroderma muncul pada para pria dan wanita pada kisaran usia antara 20-50 tahun, tetapi ada juga kasus yang menimpa anak-anak. Biasanya jenis skleroderma yang sering menimpa anak-anak adalah skleroderma lokal.

Apa yang dimaksud skleroderma lokal? Skleroderma ini di bagi menjadi dua jenis, yaitu:

  1. Morphea, yaitu plak berbentuk oval yang berubah warna, dapat muncul di area tubuh mana saja, biasanya gatal, tidak berambut, dan berkilau. Setelah beberapa tahun, biasanya kondisi ini dapat pulih dengan sendirinya tanpa pengobatan.

  2. Linear, yaitu plak tebal yang terjadi pada garis-garis di sepanjang wajah, kepala, kaki atau lengan, kadang dapat memengaruhi tulang dan otot di area tersebut. Kulit yang mengeras ini bisa berdampak pada otot atau tulang yang berada di bawah kulit. Jika hal ini dialami oleh anak-anak akan berisiko menyebabkan gangguan pertumbuhan.

Tanda dan gejala scleroderma bervariasi, tergantung pada bagian tubuh mana yang terlibat:

  • Bisul atau rasa sakit pada ujung jari.

  • Jari tangan atau jari kaki dingin yang menjadi merah, putih, atau biru, atau disebut dengan fenomena Raynaud.

  • Bintik merah kecil pada wajah dan dada, yang merupakan pembuluh darah yang terbuka yang disebut telangiectasia.

  • Pengerasan atau penebalan kulit yang tampak bersinar dan mulus, paling umum terjadi pada tangan dan wajah.

  • Pembengkakan yang kebanyakan berada pada tangan dan jari tangan. Kondisi seperti ini disebut dengan edema.

  • Mata dan mulut kering. Kondisi ini disebut dengan sindrom sjogren.

Dalam keadaan normal, imunitas tubuh berfungsi melawan kuman yang menyebabkan infeksi dalam tubuh. Pada skleroderma, sebagian sistem imunitas tubuh diduga menjadi sangat aktif, sehingga sel jaringan ikat memproduksi protein kolagen terlalu banyak.

Disarankan untuk segera berdiskusi dengan dokter apabila kamu memiliki gejala skleroderma. Kamu bisa ngobrol langsung dengan dokter ahli di aplikasi Halodoc melalui Chat dan Voice/Video Call di mana pun dan kapan pun. Tidak hanya itu, kamu juga bisa membeli obat di aplikasi Halodoc dan obat akan diantar dalam waktu satu jam. Yuk, download aplikasinya sekarang di App Store dan Google Play!

Baca juga:

 

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan