halodoc-banner
  • Kamus Kesehatan A-Z
  • Perawatan Khusus keyboard_arrow_down
  • Cek Kesehatan Mandiri keyboard_arrow_down
close
halodoc-logo
Download app banner

sign-in logo Masuk

home icon Beranda


Layanan Utama

keyboard_arrow_down
  • Chat dengan Dokter icon

    Chat dengan Dokter

  • Toko Kesehatan icon

    Toko Kesehatan

  • Homecare icon

    Homecare

  • Asuransiku icon

    Asuransiku

  • Haloskin icon

    Haloskin

  • Halofit icon

    Halofit

Layanan Khusus

keyboard_arrow_down
  • Kesehatan Kulit icon

    Kesehatan Kulit

  • Kesehatan Seksual icon

    Kesehatan Seksual

  • Kesehatan Mental icon

    Kesehatan Mental

  • Kesehatan Hewan icon

    Kesehatan Hewan

  • Perawatan Diabetes icon

    Perawatan Diabetes

  • Kesehatan Jantung icon

    Kesehatan Jantung

  • Parenting icon

    Parenting

  • Layanan Bidan icon

    Layanan Bidan

Cek Kesehatan Mandiri

keyboard_arrow_down
  • Cek Stres icon

    Cek Stres

  • Risiko Jantung icon

    Risiko Jantung

  • Risiko Diabetes icon

    Risiko Diabetes

  • Kalender Kehamilan icon

    Kalender Kehamilan

  • Kalender Menstruasi icon

    Kalender Menstruasi

  • Kalkulator BMI icon

    Kalkulator BMI

  • Pengingat Obat icon

    Pengingat Obat

  • Donasi icon

    Donasi

  • Tes Depresi icon

    Tes Depresi

  • Tes Gangguan Kecemasan icon

    Tes Gangguan Kecemasan


Kamus Kesehatan

Artikel

Promo Hari Ini

Pusat Bantuan

Chat dengan Dokter icon

Chat dengan Dokter

Toko Kesehatan icon

Toko Kesehatan

Homecare icon

Homecare

Asuransiku icon

Asuransiku

Haloskin icon

Haloskin

Halofit icon

Halofit

search
Home
Kesehatan
search
close

Azoospermia

REVIEWED_BY  dr. Rizal Fadli  
undefinedundefined

Pengertian Azoospermia

Azoospermia adalah kondisi ketika air mani pria tidak mengandung sperma. Kondisi ini dialami 1 persen pria di seluruh dunia dan menyebabkan infertilitas. Sebanyak 10 sampai 15 persen pria tidak subur terdeteksi azoospermia.

Dua jenis utamanya, yakni:

1. Obstruktif

Jenis obstruktif dipicu oleh penyumbatan atau putusnya sambungan di area epididimis, vas deferens, atau di tempat lain di sepanjang saluran reproduksi. Kondisi ini menghambat keluarnya sperma, sehingga tidak ada jumlah yang terdeteksi dalam air mani.

2. Non-obstruktif

Jenis non-obstruktif dipicu oleh kualitas sperma yang buruk akibat cacat pada struktur atau fungsi testis. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh penyakit tertentu.

Penyebab Azoospermia

Penyebab penyakit diklasifikasikan berdasarkan jenisnya:

1. Azoospermia Obstruktif

Penyebab umumnya yakni masalah pada:

  • Epididimis, yakni tabung melingkar di bagian belakang testis.
  • Vas deferens, yakni tabung yang mengangkut sperma dari epididimis.
  • Saluran ejakulasi, yakni tabung tempat sperma keluar menuju uretra dan bercampur dengan cairan pembentuk air mani.

Penyebab lainnya, meliputi:

Penyumbatan epididimis

Beberapa kondisi dapat menyebabkan penyumbatan pada epididimis, seperti infeksi, peradangan, dan trauma atau cedera skrotum. Lainnya, fibrosis kistik, yakni kelain genetik langka yang memicu penyumbatan atau perkembangan abnormal. Gangguan menyebabkan penebalan sekresi dan memicu penumpukan sperma.

Pembedahan pada vas deferens

Prosedurnya disebut dengan vasektomi. Caranya dengan memotong atau menjepit vas deferens guna menghentikan aliran sperma. Namun, ada kondisi lain yang dapat memiliki dampak yang sama:

  • Trauma atau cedera. Contohnya, perbaikan hernia dan prosedur untuk mengatasi sumbatan serta sambungan.
  • Penyumbatan saluran ejakulasi. Kondisi ini bisa disebabkan oleh infeksi, trauma, dan prosedur operasi sebelumnya.

2. Azoospermia Non-obstruktif

Beberapa penyebab jenis non-obstruktif, antara lain:

Genetika

Gangguan dan mutasi genetik dari orang tua bisa menyebabkan masalah azoospermia yang berisiko menyebabkan ketidaksuburan.

Penghapusan kromosom Y

Kromosom Y mengandung banyak gen penting untuk sperma. Penghapusan kromosom menyebabkan kasus azoospermia sebanyak 10 persen. Faktanya, setiap anak laki-laki yang lahir dari ayah dengan penghapusan kromosom Y akan mewarisi cacat tersebut.

Kelainan kariotipe

Kelainan ini menyebabkan peningkatan kromosom X yang berdampak pada sindrom Klinefelter. Gangguan ini menyebabkan penurunan fungsi testis, jumlah sperma, dan kadar testosteron dalam tubuh.

Radiasi dan racun

Paparan zat tertentu, seperti logam berat, kemoterapi, pestisida, dan radioterapi meningkatkan risiko azoospermia.

Obat-obatan

Salah satu contohnya adalah testosteron. Konsumsi dalam jumlah berlebihan tidak akan membantu memperbaiki fungsi reproduksi pria, justru meningkatkan risiko azoospermia.

Varikokel

Varikokel adalah pembengkakan pembuluh darah vena di skrotum. Gangguan ini dapat menurunkan produksi sperma dan kualitasnya.

Faktor Pemicu Azoospermia

Beberapa faktor pemicu yang bisa menurunkan kualitas sperma, antara lain:

  • Gangguan tiroid.
  • Hiperprolaktinemia, yakni peningkatan hormon prolaktin.
  • Kelainan genetik.
  • Infeksi.
  • Kelainan saluran sperma.

Gejala Azoospermia

Gejala yang terkait, meliputi:

  • Penurunan hasrat seksual.
  • Disfungsi ereksi.
  • Benjolan, pembengkakan, atau ketidaknyamanan di sekitar testis.
  • Penurunan produksi rambut di area wajah dan tubuh.

Diagnosis Azoospermia

Pertama-tama, dokter akan membantu mendeteksi riwayat gangguan kesehatan dengan bertanya seputar masalah itu. Tim medis akan mengajukan pertanyaan seputar:

  • Keberhasilan atau kegagalan memiliki keturunan di masa lalu.
  • Penyakit yang dialami saat masa kecil.
  • Cedera atau operasi di daerah panggul.
  • Infeksi saluran kemih atau reproduksi.
  • Riwayat infeksi menular seksual.
  • Paparan radiasi atau kemoterapi.
  • Obat yang dikonsumsi saat ini dan sebelumnya.
  • Riwayat penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan terlarang.
  • Riwayat keluarga cacat lahir, ketidakmampuan belajar, kegagalan reproduksi atau cystic fibrosis.

Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, seperti:

  • Memeriksa bentuk tubuh dan alat reproduksi.
  • Memeriksa keberadaan vas deferens.
  • Memeriksa kelembutan atau pembengkakan epididimis.
  • Memeriksa ukuran testis.
  • Memeriksa adanya penyumbatan saluran ejakulasi.

Sementara pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan, antara lain:

  • Pengukuran kadar testosteron dan hormon perangsang folikel.
  • Pengujian genetik.
  • Rontgen atau ultrasonografi (USG) organ reproduksi untuk melihat adanya  masalah dengan bentuk dan ukurannya.
  • Tes pencitraan otak untuk mengidentifikasi gangguan hipotalamus atau kelenjar hipofisis.
  • Biopsi atau pengambilan sampel jaringan testis.

Pengobatan Azoospermia

Langkah pengobatan akan tergantung dari jenis penyakitnya. 

1. Obstruktif

Gangguan dapat diatasi dengan menghubungkan atau merekonstruksi tabung atau saluran sperma melalui prosedur pembedahan. Perawatan dan pengobatan hormonal juga dapat membantu. Langkah ini dilakukan jika penyebab utamanya adalah penurunan produksi hormon dalam tubuh.

2. Non-obstruktif

Pada jenis ini, pengidap mungkin saja tidak menanggapi pengobatan. Jika masih ingin memiliki momongan, mereka bisa melalui fertilisasi in vitro atau injeksi sperma intracytoplasmic. Prosedurnya dilakukan dengan mengekstraksi sperma dari testis menggunakan jarum kecil.

Sementara langkah perawatan rumahan yang dapat menunjang keberhasilan pengobatan, antara lain:

  • Mengonsumsi makanan padat nutrisi untuk mendorong produksi sperma.
  • Berolahraga secara teratur guna membantu meningkatkan kadar testosteron.
  • Yoga atau meditasi untuk menurunkan kadar stres dalam tubuh. Kortisol (hormon stres) bisa berdampak pada penurunan produksi testosteron.

Komplikasi Azoospermia

Komplikasi utama pada pengidap adalah tidak dapat memiliki keturunan. Kondisi ini bisa berdampak pada stres atau depresi berkepanjangan. Sementara itu, komplikasi berupa perdarahan bisa saja terjadi akibat prosedur medis yang dilakukan untuk mengatasi azoospermia.

Pencegahan Azoospermia

Pengidap dapat melakukan beberapa langkah ini guna meningkatkan kualitas sperma:

  • Membatasi aktivitas atau olahraga berat. Sebab, kegiatan itu dapat membahayakan testis dan saluran reproduksi.
  • Membatasi paparan radiasi.
  • Hindari aktivitas yang dapat membuat testis terkena suhu tinggi, seperti sauna atau mandi uap.

Kapan ke Dokter?

Silakan tanya dokter melalui Halodoc jika memiliki gejala di atas. Diagnosis yang tepat dapat meminimalisir komplikasi yang berdampak pada masalah kesejahteraan mental. Jika membutuhkan informasi lain seputar kesehatan dan pola hidup sehat lainnya, silakan download Halodoc sekarang juga.

Referensi:
Cleveland Clinic. Diakses pada 2023. Azoospermia.
Stanford Health Care. Diakses pada 2023. Stanford Health Care.
WebMD. Diakses pada 2023. Semen Without Sperm: What Causes Azoospermia?
Healthline. Diakses pada 2023. What Is Azoospermia?

TRENDING_TOPICS

VIEW_ALL
share on facebook
share on twitter
share on whatsapp
share on facebook
share on twitter
share on whatsapp