halodoc-banner
  • Kamus Kesehatan A-Z
  • Perawatan Khusus keyboard_arrow_down
  • Cek Kesehatan Mandiri keyboard_arrow_down
close
halodoc-logo
Download app banner

sign-in logo Masuk

home icon Beranda


Layanan Utama

keyboard_arrow_down
  • Chat dengan Dokter icon

    Chat dengan Dokter

  • Toko Kesehatan icon

    Toko Kesehatan

  • Homecare icon

    Homecare

  • Asuransiku icon

    Asuransiku

  • Haloskin icon

    Haloskin

  • Halofit icon

    Halofit

Layanan Khusus

keyboard_arrow_down
  • Kesehatan Kulit icon

    Kesehatan Kulit

  • Kesehatan Seksual icon

    Kesehatan Seksual

  • Kesehatan Mental icon

    Kesehatan Mental

  • Kesehatan Hewan icon

    Kesehatan Hewan

  • Perawatan Diabetes icon

    Perawatan Diabetes

  • Kesehatan Jantung icon

    Kesehatan Jantung

  • Parenting icon

    Parenting

  • Layanan Bidan icon

    Layanan Bidan

Cek Kesehatan Mandiri

keyboard_arrow_down
  • Cek Stres icon

    Cek Stres

  • Risiko Jantung icon

    Risiko Jantung

  • Risiko Diabetes icon

    Risiko Diabetes

  • Kalender Kehamilan icon

    Kalender Kehamilan

  • Kalender Menstruasi icon

    Kalender Menstruasi

  • Kalkulator BMI icon

    Kalkulator BMI

  • Pengingat Obat icon

    Pengingat Obat

  • Donasi icon

    Donasi

  • Tes Depresi icon

    Tes Depresi

  • Tes Gangguan Kecemasan icon

    Tes Gangguan Kecemasan


Kamus Kesehatan

Artikel

Promo Hari Ini

Pusat Bantuan

Chat dengan Dokter icon

Chat dengan Dokter

Toko Kesehatan icon

Toko Kesehatan

Homecare icon

Homecare

Asuransiku icon

Asuransiku

Haloskin icon

Haloskin

Halofit icon

Halofit

search
Home
Kesehatan
Claustrophobia
search
close

Claustrophobia

REVIEWED_BY  dr. Rizal Fadli  
undefinedundefined
  1. Apa itu Claustrophobia?
  2. Penyebab Claustrophobia
  3. Faktor Risiko Claustrophobia
  4. Gejala Claustrophobia
  5. Hubungi Psikiater Ini Jika Mengidap Claustrophobia
  6. Diagnosis Claustrophobia
  7. Pengobatan Claustrophobia
  8. Komplikasi Claustrophobia
  9. Pencegahan Claustrophobia

Apa Itu Claustrophobia?

Claustrophobia adalah kondisi ketika seseorang mengalami rasa takut dan cemas berlebihan saat berada di dalam ruangan gelap atau sempit. Misalnya, lift, terowongan, kereta, hingga toilet umum.

Penyebab Claustrophobia

Secara teknis, claustrophobia merangsang area otak (amigdala) secara berlebihan terhadap rangsangan rasa takut.

Adapun kondisi yang menjadi penyebab fobia, yakni peristiwa traumatik dan gen bawaan dari orang tua.

Faktor Risiko Claustrophobia

Adapun situasi atau tempat yang dapat memicu claustrophobia, yakni:

  • Lift.
  • Terowongan.
  • Kereta.
  • Toilet umum.
  • Cuci mobil robot.
  • Ruang ganti di dalam toko.
  • Kamar hotel dengan jendela tertutup.
  • Pesawat terbang.

Gejala Claustrophobia

Gejala claustrophobia mirip kecemasan dan serangan panik. Adapun gejala fisik yang terjadi pada pengidapnya, yakni:

  • Berkeringat atau gemetar.
  • Sesak di dada atau peningkatan detak jantung.
  • Kesulitan bernapas.
  • Menggigil atau kemerahan pada wajah.
  • Perasaan tersedak.
  • Sakit perut atau perasaan “kupu-kupu” di dalam perut.
  • Pusing dan merasa ingin pingsan.
  • Mulut kering.
  • Merasa bingung atau disorientasi.
  • Mati rasa atau kesemutan.
  • Dengung di telinga.
  • Menangis, mengamuk atau membeku.

Sementara gejala emosional yang bisa terjadi pada pengidapnya, yakni:

  • Takut kehilangan kendali.
  • Takut pingsan.
  • Perasaan takut.
  • Merasakan kecemasan yang luar biasa.
  • Memiliki keinginan kuat untuk meninggalkan tempat.
  • Memahami bahwa ketakutan itu tidak rasional, tetapi tidak dapat mengatasinya.
  • Takut mati.

Hubungi Psikiater Ini Jika Mengidap Claustrophobia

Apabila kamu atau orang terdekat mengalami gejala claustrophobia dan telah mengganggu aktivitas harianmu, segera hubungi psikiater di Halodoc untuk mendapat saran perawatan.

Psikiater di Halodoc telah berpengalaman serta mendapatkan penilaian baik dari pasien yang sebelumnya mereka tangani.

Berikut psikiater di Halodoc yang bisa kamu hubungi:

  • dr. Mariati Sp.KJ
  • dr. Sarah Endang S. Siahaan Sp.KJ
  • dr. Anastasia Kharisma Sp.KJ
  • dr. Debrayat Osiana Sp.KJ
  • dr. Hanny Soraya M.Ked, Sp.KJ

Itulah beberapa psikiater yang bisa kamu hubungi untuk bantu perawatan terkait clautrophobia. Jangan ragu untuk segera menghubungi dokter agar dapat segera ditangani. 

Dokter tersebut tersedia selama 24 jam di Halodoc sehingga kamu bisa lakukan konsultasi dari mana saja dan kapan saja.

Namun, jika dokter sedang tidak tersedia atau offline, kamu tetap bisa membuat janji konsultasi melalui aplikasi Halodoc.

Tunggu apalagi? Ayo, pakai Halodoc sekarang juga!

Diagnosis Claustrophobia

Pertama-tama, psikolog atau psikiater akan bertanya kepada pasien tentang gejala yang mereka alami dan pemicunya.

Guna memastikan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan tambahan dengan:

  • Kuesioner guna membantu mengidentifikasi penyebab kecemasan.
  • Skala guna membantu menetapkan tingkat kecemasan.

Dokter juga akan melihat dari kriteria gangguan yang pengidap alami, si antaranya:

  • Mengalami rasa takut yang tidak masuk akal atau terus-menerus saat berhadapan dengan situasi atau tempat tertentu.
  • Melihat respons kecemasan saat terkena rangsangan. Orang dewasa kemungkinan mengalami serangan panik. Sementara pada anak-anak, mereka akan mengamuk, menempel, menangis atau membeku.
  • Rasa takut yang muncul secara berlebihan tidak sebanding dengan ancaman atau bahaya yang dirasakan.
  • Cenderung menghindari objek atau situasi yang ia takuti.
  • Fobia sudah bertahan dalam waktu lebih dari 6 bulan.
  • Gejala tidak dapat dokter kaitkan dengan kondisi mental lain, seperti gangguan obsesif-kompulsif (OCD) atau gangguan stres pasca-trauma (PTSD)

Pengobatan Claustrophobia

Adapun pengobatan yang bisa dokter berikan untuk pengidap claustrophobia, yakni:

1. Flooding

Metode flooding melibatkan mengajak pasien untuk masuk ke ruang sempit yang menjadi sumber kecemasan mereka.

Pasien diharapkan untuk tetap berada di dalam ruangan sampai rasa cemas tersebut berkurang. 

Tujuan dari pendekatan ini adalah untuk membantu pasien menyadari bahwa tidak ada ancaman yang membahayakan mereka saat berada di ruang tertutup.

2. Modeling

Modeling adalah teknik yang digunakan untuk membantu pasien memahami cara meningkatkan rasa percaya diri dan mengatasi ketakutan ketika menghadapi situasi yang memicu trauma.

Pasien kemudian diminta untuk mengikuti contoh cara yang telah diperlihatkan.

3. Counter-conditioning

Teknik ini melibatkan pembelajaran metode relaksasi dan visualisasi.

Selama proses ini, pasien akan dihadapkan pada stimuli yang menciptakan trauma, sambil tetap fokus dan menerapkan teknik relaksasi yang telah diajarkan.

4. Cognitive behavioral therapy (CBT)

Jenis psikoterapi ini berfokus pada pengelolaan gejala fobia dengan mengubah pola pikir dan perilaku pengidap.

Terapi ini bisa dokter lakukan dengan cara:

  • Mendiskusikan gejala awal dan apa yang pengidapnya rasakan.
  • Menjelajahi situasi yang dapat memicu gejala guna mendapatkan pemahaman dalam merespons kondisi tersebut.
  • Mempelajari cara mengenali, mengevaluasi kembali dan mengubah pemikiran pengidap.
  • Menggunakan keterampilan pemecahan masalah guna mempelajari cara mengatasi gejala yang muncul.

5. Terapi pemaparan (Terapi desensitisasi)

Dalam jenis psikoterapi ini, pasien secara bertahap dihadapkan pada situasi yang mereka takuti. 

Pemaparan bertahap dan berulang ini bertujuan agar mereka terbiasa dan merasa nyaman dalam situasi tersebut.

Terapi ini melibatkan:

  • Menghadapi fobia secara langsung.
  • Mengingat dan menggambarkan pengalaman yang pasien takuti.
  • Melihat objek seperti gambar atau video untuk mendekati pengalaman nyata, tapi tetap berada di lingkungan yang aman.

Terapi pemaparan dapat dokter lakukan dalam beberapa cara.

Langkah pengobatan ini juga mencakup latihan relaksasi dan pernapasan yang bisa dokter sesuaikan berdasarkan tingkat keparahan gejala.

6. Penggunaan obat-obatan

Dalam situasi tertentu, dokter mungkin meresepkan obat-obatan seperti antidepresan atau anti-kecemasan untuk membantu menenangkan gejala cemas yang muncul pada pasien. Misalnya, alprazolam, clonazepam dan diazepam.

Komplikasi Claustrophobia

Adapun komplikasi dari fobia ruang sempit, yakni:

  • Mengisolasi diri dari lingkup sosial.
  • Gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
  • Penurunan kualitas hidup.
  • Kesulitan dalam menjalami pemeriksaan, seperti MRI atau CT scan.
  • Depresi.

Pencegahan Claustrophobia

Adapun beberapa cara yang dapat seseorang lakukan guna mencegah fobia, yakni:

  • Mencoba latihan pernapasan dalam dengan tarik napas perlahan dan dalam melalui hidung, tahan selama tiga detik. Kemudian embuskan napas perlahan melalui mulut.
  • Melakukan teknik relaksasi, seperti mediasi atau yoga.
  • Mengonsumsi makanan sehat bergizi seimbang,
  • Terapkan kebiasaan tidur yang baik, yakni selama 8 jam per malam.
  • Berolahraga selama 30 menit sebanyak lima hari dalam seminggu.

Sebaiknya segera periksakan diri ke dokter spesialis kesehatan jiwa yang ada di Halodoc ketika mengalami gejala yang mulai mengganggu aktivitas sehari-hari.

Langkah ini bertujuan untuk mengelola kecemasan yang kamu alami dan mencegah perburukan kondisi.

Kamu bisa menghubungi psikiater tepercaya di Halodoc yang tersedia 24 jam. Tenang saja, privasi kamu terjamin aman bersama kami.

Referensi:
National Health Service UK. Diakses pada 2024. Claustrophobia.
Cleveland Clinic. Diakses pada 2024. Claustrophobia (Fear of Enclosed Spaces).
Medical News Today. Diakses pada 2024. What’s to know about claustrophobia?
WebMD. Diakses pada 2024. Claustrophobia.

TRENDING_TOPICS

VIEW_ALL
share on facebook
share on twitter
share on whatsapp
share on facebook
share on twitter
share on whatsapp