• Beranda
  • /
  • Kesehatan
  • /
  • Diabetes Tipe 2
  • Beranda
  • /
  • Kesehatan
  • /
  • Diabetes Tipe 2

Diabetes Tipe 2

Ditinjau oleh: dr. Rizal Fadli
diabetes tipe 2diabetes tipe 2

Pengertian Diabetes Tipe 2

Diabetes tipe 2 (penyakit gula tipe 2) atau diabetes melitus adalah penyakit jangka panjang yang terjadi ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif. Penyakit ini adalah kondisi umum yang menyebabkan kadar gula (glukosa) dalam darah menjadi terlalu tinggi. Jika tidak mendapatkan pananganan yang tepat, penyakit ini dapat meningkatkan risiko gangguan serius pada jantung, mata, dan saraf dalam tubuh.

Diabetes melitus adalah kondisi yang dialami seumur hidup, sehingga dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari pengidapnya. Pengidapnya perlu mengubah pola makan, minum obat, dan melakukan pemeriksaan rutin untuk mengelola penyakit ini. Penyakit gula kerap berkaitan dengan kelebihan berat badan, gaya hidup tidak aktif, atau memiliki riwayat keluarga dengan kondisi yang sama.

Gejala Diabetes Tipe 2

Banyak pengidap tidak menyadari jika mereka terkena penyakit. Umumnya penyakit baru disadari ketika sejumlah gejala berikut ini muncul:

  • Peningkatan frekuensi buang air kecil, terutama di malam hari.
  • Merasa haus sepanjang waktu.
  • Merasa sangat lelah.
  • Sering merasa lapar.
  • Penurunan berat badan secara tiba-tiba.
  • Gatal di sekitar kelamin.
  • Sariawan berulang kali.
  • Luka yang sulit sembuh.
  • Penglihatan kabur.
  • Mudah terserang infeksi.
  • Nyeri atau mati rasa pada kaki dan tangan.
  • Kesemutan.

Penyebab Diabetes Tipe 2

Diabetes melitus disebabkan oleh dua kondisi yang saling terkait, yaitu:

  • Sel-sel di otot, lemak, dan hati menjadi resisten terhadap insulin. Karena tidak dapat berinteraksi secara normal dengan insulin, kelebihan gula tidak dapat dibuang.
  • Pankreas tidak dapat memproduksi insulin yang cukup untuk mengatur kadar gula darah.

Penyebab pastinya belum diketahui, tetapi kelebihan berat badan dan tidak aktif secara fisik menjadi faktor utama yang berkontribusi. Sebelum mengetahui apa saja yang menjadi faktor pemicu, berikut ini penjelasan terkait tentang bagaimana cara kerja insulin dan peran glukosa dalam tubuh:

1. Cara Kerja Insulin

Insulin adalah hormon yang berasal dari kelenjar pankreas. Kelenjar ini terletak di belakang dan di bawah lambung. Insulin mengatur bagaimana tubuh menggunakan gula dengan cara berikut:

  • Gula dalam aliran darah memicu pankreas untuk memproduksi insulin.
  • Insulin bersirkulasi dalam aliran darah, memungkinkan gula memasuki sel dalam tubuh.
  • Menurunkan jumlah gula dalam aliran darah. Dengan menurunkan jumlah produksi insulin.

2. Peran Glukosa dalam Tubuh

Glukosa atau gula menjadi sumber energi utama bagi sel-sel yang membentuk otot dan jaringan lain. Penggunaan dan pengaturan glukosa meliputi:

  • Glukosa berasal dari dua sumber utama, yaitu makanan dan hati.
  • Glukosa diserap ke dalam aliran darah dan memasuki sel dengan bantuan insulin.
  • Hati berfungsi untuk menyimpan dan memproduksi glukosa.
  • Ketika kadar glukosa rendah, hati memecah glikogen yang disimpan menjadi glukosa untuk menjaga kadar glukosa dalam angka normal.

Pada diabetes melitus, proses tersebut tidak berjalan dengan baik. Alih-alih masuk ke dalam sel, gula justru menumpuk di aliran darah. Saat kadar gula darah meningkat, sel beta penghasil insulin di pankreas melepaskan lebih banyak insulin. Akhirnya, sel penghasil insulin menjadi rusak dan tidak dapat membuat cukup insulin untuk memenuhi kebutuhan tubuh.

Perbedaan Diabetes Tipe 2 dan Tipe 1

Pada diabetes tipe 1, pengidap penyakit ini menghasilkan sedikit atau tidak sama sekali insulin. Sebab, sel penghasil insulin telah hancur oleh sistem kekebalan tubuh dan penyakit gula tipe 1 adalah penyakit autoimun.

Sementara pada diabetes tipe 2, tubuh dapat membuat insulin yang cukup pada awal penyakit, tetapi tidak meresponsnya secara efektif. Seiring perkembangan diabetes tipe 2, pankreas secara bertahap kehilangan kemampuan untuk memproduksi insulin yang cukup. Adapun penyakit ini berkaitan dengan faktor keturunan dan faktor risiko gaya hidup seperti kelebihan berat badan atau obesitas, pola makan yang buruk, dan aktivitas fisik yang kurang.

Baca lebih lanjut mengenai jenis diabetes lainnya:

Faktor Risiko Diabetes Tipe 2

Terdapat sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengidap diabetes melitus. Berikut ini beberapa di antaranya:

  • Kelebihan berat badan atau obesitas. Ini menjadi risiko utama.
  • Terjadi penumpukan lemak di perut, bukan di pinggul atau paha.
  • Tidak bergerak aktif. Padahal saat bergerak aktif glukosa akan diubah sebagai energi dan membuat sel-sel lebih sensitif terhadap insulin.
  • Memiliki riwayat keluarga dengan kondisi yang sama.
  • Orang dengan kulit hitam, Hispanik, penduduk asli Amerika dan Asia, serta penduduk Kepulauan Pasifik berisiko tinggi terkena diabetes melitus.
  • Rendahnya kadar kolesterol high-density lipoprotein (HDL) dan tingginya kadar trigliserida dalam darah.
  • Risiko diabetes melitus meningkat seiring bertambahnya usia, terutama pada seseorang yang berusia di atas 45 tahun.
  • Mengidap sindrom ovarium polikistik, yang ditandai dengan periode menstruasi yang tidak teratur, pertumbuhan rambut berlebih dan obesitas.
  • Area kulit yang menggelap, biasanya di ketiak dan leher. Kondisi ini menjadi pertanda resistensi insulin dalam tubuh.

Diagnosis Diabetes Tipe 2

Diabetes melitus biasanya didiagnosis menggunakan tes hemoglobin terglikasi (A1C). Tes darah ini menunjukkan kadar gula darah rata-rata selama dua hingga tiga bulan terakhir. Hasil diinterpretasikan sebagai berikut:

  • Di bawah 5,7% adalah normal.
  • 5,7% hingga 6,4% didiagnosis sebagai pra-diabetes.
  • 6,5% atau lebih tinggi pada dua tes terpisah menunjukkan diabetes.

Jika tes A1C tidak tersedia, atau jika memiliki kondisi tertentu yang mengganggu tes A1C, dokter akan menggunakan tes berikut untuk mendiagnosis diabetes:

  • Tes gula darah acak.Terlepas dari kapan terakhir makan, jika hasil menunjukkan kadar 200 mg/dL (11,1 mmol/L) atau lebih tinggi.  Hasil menunjukkan seseorang adalah pengidap diabetes.
  • Tes gula darah puasa. Sampel darah diambil setelah puasa semalam. Hasil diinterpretasikan sebagai berikut:
  • Kurang dari 100 mg/dL (5,6 mmol/L) adalah normal.
  • 100 hingga 125 mg/dL (5,6 hingga 6,9 mmol/L) didiagnosis sebagai pradiabetes.
  • 126 mg/dL (7 mmol/L) atau lebih tinggi pada dua tes terpisah didiagnosis sebagai diabetes.
  • Tes toleransi glukosa oral. Tes ini biasanya dipakai selama kehamilan. Sebelum pemeriksaan, pasien harus berpuasa semalaman dan minum cairan manis. Kadar gula darah diperiksa secara berkala selama dua jam ke depan. Hasil diinterpretasikan sebagai berikut:
  • Kurang dari 140 mg/dL (7,8 mmol/L) adalah normal.
  • 140 hingga 199 mg/dL (7,8 mmol/L dan 11,0 mmol/L) didiagnosis sebagai pra-diabetes.
  • 200 mg/dL (11,1 mmol/L) atau lebih tinggi setelah dua jam menunjukkan diabetes.
  • Prosedur penyaringan. Pemeriksaan dapat dilakukan pada semua orang dewasa berusia 45 tahun atau lebih, dan dalam kelompok berikut:
  • Orang yang berusia di bawah 45 tahun dan memiliki kelebihan berat badan atau faktor risiko terkait dengan diabetes.
  • Wanita yang pernah mengidap diabetes gestasional.
  • Orang yang telah terdiagnosis dengan pra-diabetes.
  • Anak-anak yang kelebihan berat badan atau obesitas, dan yang memiliki riwayat keluarga diabetes melitus atau faktor risiko lainnya.

Pengobatan Diabetes Tipe 2

Sejauh ini, proses pengobatan penyakit dapat kamu lakukan dengan mengonsumsi makanan sehat, latihan fisik rutin, menjalani prosedur penurunan berat badan, terapi insulin atau mengonsumsi obat, serta memantau kadar gula darah secara berkala. Berikut adalah penjelasannya: 

1. Mengonsumsi Makan sehat

Pusatkan diet untuk mengatasi diabetes melitus dengan melakukan beberapa langkah berikut ini:

  • Menjadwalkan makan dan camilan sehat yang teratur.
  • Makan dengan porsi yang lebih kecil.
  • Konsumsi makanan berserat tinggi, seperti buah-buahan, sayuran tanpa tepung, dan biji-bijian.
  • Hindari konsumsi biji-bijian olahan, sayuran mengandung tepung, dan permen.
  • Konsumsi susu rendah lemak, daging, dan ikan rendah lemak.
  • Gunakan minyak goreng sehat, seperti minyak zaitun atau minyak canola.
  • Kurangi asupan kalori.

2. Rutin Melakukan Aktivitas Fisik

Olahraga penting untuk menurunkan dan mempertahankan berat badan yang sehat. Langkah ini juga membantu mengatur kadar gula darah. Jika kesulitan atau belum menemukan aktivitas fisik yang cocok, penting untuk berdiskusi dengan dokter sebelum memulainya. Berikut adalah aktivitas fisik yang dapat kamu coba:

  • Latihan aerobik. Pilih latihan aerobik yang kamu sukai, seperti berjalan, berenang, bersepeda, atau berlari. Setidaknya lakukan selama 30 menit perhari atau 150 menit seminggu.
  • Latihan ketahanan. Latihan ketahanan meliputi angkat besi, yoga, dan senam. Setidaknya lakukan dua hingga tiga sesi latihan ketahanan setiap minggu untuk membangun kekuatan dan fleksibilitas.
  • Hindari gaya hidup sedentari. Jangan duduk terlalu lama. Luangkan waktu beberapa menit untuk berdiri, berjalan-jalan, atau melakukan aktivitas ringan setiap 30 menit sekali.
  • Menurunkan Berat Badan

Penurunan berat badan menghasilkan kontrol yang lebih baik terhadap kadar gula darah, kolesterol, trigliserida dan tekanan darah. Jika kesulitan untuk memilih diet yang cocok, kamu bisa berdiskusi dengan dokter terlebih dulu.

3. Pantau Kadar Gula Darah

Langkah ini bertujuan untuk memastikan kadar gula darah tetap berada dalam angka normal. Pengidap perlu melakukan pemeriksaan sekali sehari dan sebelum atau sesudah berolahraga. 

4. Mengonsumsi Obat Diabetes

Jika tidak dapat mempertahankan kadar gula darah dengan diet dan olahraga, dokter mungkin akan meresepkan obat penyakit gula yang membantu menurunkan kadar insulin. Berikut ini beberapa jenis obat yang dapat menjadi pilihan:

  • Metformin untuk mengurangi kadar glukosa darah.
  • Sulfonilurea untuk meningkatkan produksi insulin dalam pankreas.
  • Pioglitazone sebagai pemicu insulin.
  • Gliptin (penghambat DPP-4 ) untuk mencegah pemecahan GLP-1.
  • Penghambat SGLT-2 yang berdampak pada urine.
  • Agonis GLP-1 untuk memicu produksi insulin tanpa risiko hipoglikemia.
  • Acarbose untuk memperlambat pencernaan karbohidrat.
  • Nateglinide dan repaglinide yang bermanfaat untuk melepas insulin ke aliran darah.
  • Melakukan Terapi Insulin

Beberapa pengidap membutuhkan terapi insulin. Cara ini kerap digunakan sebagai upaya terakhir, jika gula darah tidak kunjung menurun dengan perubahan gaya hidup dan obat-obatan lainnya.

Pencegahan Diabetes Tipe 2

Langkah pencegahan diabetes tipe 2 dapat kamu lakukan dengan mengubah pola hidup menjadi lebih sehat. Pada seseorang yang menerima diagnosis pra-diabetes, perubahan gaya hidup dapat memperlambat atau menghentikan perkembangan menjadi diabetes. Gaya hidup sehat tersebut meliputi:

  • Konsumsi makanan sehat. Pilih makanan yang rendah lemak dan kalori, serta tinggi serat. Fokus pada buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian.
  • Bergerak aktif. Lakukan aktivitas aerobik dalam intensitas sedang hingga berat selama 150 menit atau lebih dalam seminggu, seperti jalan cepat, bersepeda, lari, atau berenang.
  • Diet sehat. Menurunkan berat badan dan mempertahankannya dapat menunda perkembangan dari pra-diabetes menjadi diabetes tipe 2. Jika memiliki pra-diabetes, kehilangan 7 persen hingga 10 persen dari berat badan dapat menurunkan risiko diabetes.
  • Jaga kadar gula darah. Tindakan ini dapat kamu lakukan melalui memantau kadar gula darahmu. Selain memantau, pastikan juga untuk melakukan tindakan untuk menurunkan gula darah. Sebab, kadar gula darah yang tinggi terkadang tidak menimbulkan gejala sama sekali. Jika kamu penasaran dengan caranya, kamu bisa membaca artikel: Cegah Diabetes, Ini 6 Cara Menurunkan Gula Darah yang Aman berikut. 

Untuk pengidap pra-diabetes, dokter akan merekomendasikan obat oral untuk menurunkan risiko diabetes tipe 2. Obat biasanya diresepkan untuk orang dewasa atau lansia yang mengalami obesitas dan tidak dapat menurunkan kadar gula darah dengan perubahan gaya hidup.

Komplikasi Diabetes Tipe 2

Diabetes tipe 2 mempengaruhi banyak organ utama, termasuk jantung, pembuluh darah, saraf, mata dan ginjal. Mengelola penyakit gula dengan mengendalikan gula darah dapat menurunkan risiko komplikasi atau kondisi yang menyertai (komorbiditas). Berikut ini beberapa komplikasi yang bisa saja pengidapnya alami:

  • Penyakit jantung dan pembuluh darah. Penyakit gula berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit jantung, stroke, tekanan darah tinggi, dan penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis).
  • Kerusakan saraf (neuropati) pada anggota badan. Gula darah tinggi dapat merusak atau menghancurkan saraf. Kondisi tersebut mengakibatkan kesemutan, sensasi rasa terbakar, bahkan kelumpuhan yang biasanya dimulai dari ujung jari kaki atau jari tangan dan secara bertahap menyebar ke seluruh tubuh.
  • Kerusakan saraf lainnya. Kerusakan saraf jantung dapat berkontribusi pada irama jantung yang tidak teratur. Selain itu, kerusakan saraf pada sistem pencernaan dapat menyebabkan mual, muntah, diare atau sembelit. Pada pria, kerusakan saraf dapat menyebabkan disfungsi ereksi.
  • Penyakit ginjal. Penyakit gula dapat menyebabkan penyakit ginjal kronis atau penyakit ginjal stadium akhir, yang mungkin memerlukan dialisis atau transplantasi ginjal.
  • Kerusakan mata. Penyakit gula dapat meningkatkan risiko penyakit mata yang serius, seperti katarak dan glaukoma. Penyakit ini dapat merusak pembuluh darah retina, yang berpotensi menyebabkan kebutaan.
  • Kondisi kulit. Penyakit gula dapat membuat pengidap lebih rentan terhadap masalah kulit, termasuk infeksi bakteri dan jamur.
  • Risiko amputasi. Jika tidak , luka dan lecet bisa menjadi infeksi serius. Kerusakan parah akibat luka yang tidak kunjung membaik dapat berujung pada amputasi.
  • Gangguan pendengaran. Masalah pendengaran lebih sering terjadi pada pengidap penyakit gula.
  • Apnea tidur. Apnea tidur obstruktif umum terjadi pada pengidap. Obesitas menjadi faktor utama yang berkontribusi terhadap kondisi tersebut.
  • Demensia. Penyakit gula tipe 2 meningkatkan risiko penyakit Alzheimer dan gangguan lain yang menyebabkan demensia. 

Kapan Harus ke Dokter?

Segera temui dokter jika kamu menyadari munculnya gejala diabetes tipe 2. Ingatlah bahwa penanganan sedari dini dapat meminimalkan risiko komplikasi fatal yang mengintai. 

Referensi:

Mayo Clinic. Diakses pada 2023. Type 2 diabetes – Symptoms and causes.
American Diabetes Association. Diakses pada 2023. Life doesn’t end with type 2 diabetes.
Centers for Disease Control and Prevention. Diakses pada 2023. Type 2 Diabetes.
National Health Service UK. Diakses pada 2023. What is type 2 diabetes?
WebMD. Diakses pada 2023. Type 2 Diabetes. 
Health Direct.gov. Diakses pada 2023. Type 2 diabetes.
Diperbarui pada 14 Maret 2023.