halodoc-banner
  • Kamus Kesehatan A-Z
  • Perawatan Khusus keyboard_arrow_down
  • Cek Kesehatan Mandiri keyboard_arrow_down
close
halodoc-logo
Download app banner

sign-in logo Masuk

home icon Beranda


Layanan Utama

keyboard_arrow_down
  • Chat dengan Dokter icon

    Chat dengan Dokter

  • Toko Kesehatan icon

    Toko Kesehatan

  • Homecare icon

    Homecare

  • Asuransiku icon

    Asuransiku

  • Haloskin icon

    Haloskin

  • Halofit icon

    Halofit

Layanan Khusus

keyboard_arrow_down
  • Kesehatan Kulit icon

    Kesehatan Kulit

  • Kesehatan Seksual icon

    Kesehatan Seksual

  • Kesehatan Mental icon

    Kesehatan Mental

  • Kesehatan Hewan icon

    Kesehatan Hewan

  • Perawatan Diabetes icon

    Perawatan Diabetes

  • Kesehatan Jantung icon

    Kesehatan Jantung

  • Parenting icon

    Parenting

  • Layanan Bidan icon

    Layanan Bidan

Cek Kesehatan Mandiri

keyboard_arrow_down
  • Cek Stres icon

    Cek Stres

  • Risiko Jantung icon

    Risiko Jantung

  • Risiko Diabetes icon

    Risiko Diabetes

  • Kalender Kehamilan icon

    Kalender Kehamilan

  • Kalender Menstruasi icon

    Kalender Menstruasi

  • Kalkulator BMI icon

    Kalkulator BMI

  • Pengingat Obat icon

    Pengingat Obat

  • Donasi icon

    Donasi

  • Tes Depresi icon

    Tes Depresi

  • Tes Gangguan Kecemasan icon

    Tes Gangguan Kecemasan


Kamus Kesehatan

Artikel

Promo Hari Ini

Pusat Bantuan

Chat dengan Dokter icon

Chat dengan Dokter

Toko Kesehatan icon

Toko Kesehatan

Homecare icon

Homecare

Asuransiku icon

Asuransiku

Haloskin icon

Haloskin

Halofit icon

Halofit

search
Home
Kesehatan
search
close

Laparoskopi

REVIEWED_BY  dr. Fauzan Azhari SpPD  
undefinedundefined

DAFTAR ISI

  • Apa Itu Laparoskopi
  • Manfaat laparoskopi
  • Indikasi Laparoskopi
  • Apa Kata Riset?
  • Peringatan dan Kontraindikasi Laparoskopi
  • Sebelum Prosedur Laparoskopi
  • Prosedur Laparoskopi
  • Setelah Prosedur Laparoskopi
  • Efek Samping atau Komplikasi Laparoskopi

Apa Itu Laparoskopi?

Laparoskopi merupakan satu dari berbagai jenis tindakan endoskopi. Endoskopi sendiri merupakan pemeriksaan penunjang untuk memeriksa banyak organ dalam tubuh. Mulai dari lambung, usus, hingga saluran pernapasan.  

Sementara itu, laparoskopi digunakan untuk melihat kondisi rongga perut dan panggul.  Ini adalah prosedur bedah minimal invasif dengan alat bernama “laparoskop”. Alat ini berbentuk seperti tabung dengan kamera kecil di ujungnya. 

Dengan laparoskop, dokter bedah dapat melihat dan melakukan operasi di dalam rongga perut atau panggul tanpa membuat sayatan besar pada kulit. 

Laparoskopi juga kerap salah diartikan sebagai laparotomi. Padahal, keduanya adalah metode yang berbeda. Ketahui di sini perbedaannya: Wajib Tahu, Ini Beda Laparoskopi dan Laparotomi.

Manfaat laparoskopi

Laparoskopi sering digunakan untuk mengidentifikasi dan mendiagnosis sumber masalah yang terjadi pada bagian panggul atau perut. 

Tindakan ini biasanya dilakukan ketika metode non invasif tidak mampu memberikan hasil yang akurat. 

Pada beberapa kasus, masalah yang terjadi pada perut bisa didiagnosis dengan menggunakan USG, CT Scan, dan MRI.

Tindakan laparoskopi dilakukan ketika USG, CT SCAN, dan MRI tidak bisa memberikan informasi yang diperlukan tim medis. 

Laparoskopi bisa digunakan untuk mengambil biopsi atau sampel jaringan dari organ tertentu di bagian perut. 

Biasanya, dokter merekomendasikan tindakan ini untuk pemeriksaan organ hati, empedu, pankreas, perut, dan panggul. 

Melalui cara ini, dokter mendeteksi adanya tumor atau cairan pada rongga perut, penyakit hati, dan penyakit lain yang berkaitan dengan organ pada bagian tersebut.

Indikasi Laparoskopi

Laparoskopi dibutuhkan sebagai bagian dari perawatan orang-orang dengan kondisi kesehatan tertentu. Beberapa diantaranya adalah:

  • Diagnosis dan pengobatan endometriosis.
  • Nyeri panggul kronis.
  • Penyakit radang panggul.
  • Penyebab infertilitas.
  • Pengangkatan fibroid, rahim, kista ovarium, kelenjar getah bening, atau kehamilan ektopik.
  • Pengobatan berbagai gangguan, termasuk inkontinensia urin, prolaps organ panggul, dan bentuk kanker tertentu.
  • Mengevaluasi kanker tertentu, termasuk kanker ovarium, rahim, dan leher rahim.

Selain beberapa poin di atas, ketahui jenis penyakit lainnya di sini: Penyakit Ini Bisa Diatasi dengan Metode Laparoskopi.

Fakta Tentang Laparoskopi
Salah satu keuntungan terbesar dari laparoskopi adalah minimnya bekas luka dibandingkan operasi terbuka. Sayatan yang dibuat biasanya hanya sekitar 0,5 hingga 1,5 cm, yang mengurangi risiko infeksi dan komplikasi pascabedah lainnya.

Apa Kata Riset?

Dalam penelitian yang dipublikasikan dalam PLOS ONE, mengungkap efektivitas dan efisiensi antara laparoskopi yang dibantu robot dan laparoskopi konvensional.

Meskipun kedua teknik tersebut memiliki kelebihan masing-masing, terdapat variabilitas dalam hasil bedah yang signifikan. 

Studi ini melibatkan analisis meta dari randomized controlled trials (RCTs) untuk menilai secara komprehensif berbagai hasil operasi, termasuk waktu operasi, kehilangan darah, dan tingkat komplikasi. 

Hasilnya menunjukkan bahwa perbandingan antara laparoskopi robot dan laparoskopi konvensional seringkali bergantung pada jenis prosedur yang spesifik dan peralatan yang digunakan.

Kajian ini juga mengungkapkan bahwa seringkali terdapat kekurangan dalam pelaporan data, seperti standar deviasi yang tidak disertakan, sehingga diperlukan imputasi data dari analisis sebelumnya untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.

Peringatan dan Kontraindikasi Laparoskopi

Tidak semua pasien dapat menjalani laparoskopi. Berikut adalah beberapa kondisi yang perlu diperhatikan:

Peringatan:

  • Pasien dengan riwayat operasi perut cukup luas mungkin memiliki jaringan parut (adhesi) yang bisa menyulitkan prosedur.
  • Penyakit kronis seperti diabetes atau hipertensi tidak terkontrol dapat meningkatkan risiko komplikasi.
  • Pasien dengan gangguan pembekuan darah harus mendapatkan evaluasi khusus sebelum menjalani tindakan.

Kontraindikasi (Tidak Dianjurkan untuk Laparoskopi)

  • Kondisi medis serius seperti gagal jantung, gagal napas, atau syok.
  • Infeksi perut berat (peritonitis) yang bisa memperburuk kondisi jika dilakukan tindakan laparoskopi.
  • Kehamilan lanjut, karena risiko terhadap janin dan keterbatasan ruang untuk melakukan prosedur.
  • Obesitas ekstrem, yang dapat menyulitkan akses dan visualisasi organ dalam selama prosedur.

Sebelum Prosedur Laparoskopi

Tergantung pada jenis prosedur laparoskopi yang dilakukan, dokter biasanya akan meminta pasien untuk melakukan beberapa hal ini:

  • Tidak makan atau minum apa pun selama 6 hingga 12 jam sebelum prosedur.
  • Berhenti mengonsumsi obat pengencer darah (antikoagulan), seperti aspirin atau warfarin beberapa hari sebelumnya.
  • Berhenti merokok menjelang operasi. Sebab, merokok dapat menunda penyembuhan pasca operasi dan meningkatkan risiko komplikasi.
  • Jangan mengemudi setidaknya selama 24 jam setelah prosedur.

Prosedur Laparoskopi

Prosedur berlangsung dalam kurun waktu sekitar 1-3 jam, tergantung pada masalah kesehatan yang terjadi. Tindakan laparoskopi umumnya dilakukan sebagai bagian dari prosedur rawat jalan. Dengan kata lain, pasien bisa langsung pulang di hari yang sama setelah prosedur.

Ini metode yang dokter lakukan:

  • Tidak makan atau minum apapun selama 6 hingga 12 jam sebelum prosedur untuk menghindari komplikasi akibat anestesi umum.
  • Berhenti mengonsumsi obat pengencer darah (antikoagulan), seperti aspirin atau warfarin atau obat antiinflamasi, untuk mengurangi risiko perdarahan.
  • Berhenti merokok menjelang operasi. Sebab, merokok dapat menunda penyembuhan pasca operasi dan meningkatkan risiko komplikasi.
  • Jangan mengemudi setidaknya selama 24 jam setelah prosedur.
  • Menjalani pemeriksaan penunjang, seperti tes darah, elektrokardiogram (EKG), atau pencitraan seperti USG atau CT scan untuk menilai kondisi tubuh sebelum operasi.
  • Dalam beberapa kasus, pasien mungkin perlu menjalani pembersihan usus sebelum operasi, terutama jika tindakan dilakukan pada area pencernaan.
  • Dokter akan menjelaskan prosedur, risiko, dan manfaatnya sebelum pasien menandatangani surat persetujuan tindakan medis.

Metode ini memiliki pemulihan yang lebih cepat, risiko infeksi yang lebih rendah, dan bekas luka yang lebih kecil.

Hampir sama dengan operasi usus buntu, tetapi metodenya berbeda. Ketahui di sini perbedaannya: Bedanya Operasi Usus Buntu dengan Laparoskopi.

Setelah Prosedur Laparoskopi

Setelah prosedur dokter akan menganjurkan pasien untuk beristirahat selama 1 atau 2 jam sebelum kembali ke rumah. Selanjutnya, pasien perlu melakukan rawat jalan selama 1-3 hari.

Ini yang akan terjadi setelah prosedur:

  • Pasien akan dibawa ke ruang pemulihan hingga efek anestesi hilang. Pemantauan tanda vital dilakukan untuk memastikan tidak ada komplikasi.
  • Tim medis akan mengawasi sampai pasien benar-benar bangun dan dapat makan, minum, serta buang air kecil.
  • Pasien mungkin mengalami nyeri ringan hingga sedang di area sayatan serta rasa tidak nyaman di bahu akibat gas karbon dioksida yang digunakan dalam prosedur. Dokter biasanya memberikan obat pereda nyeri.
  • Pasien dianjurkan untuk beristirahat tetapi tetap bergerak ringan untuk mencegah pembentukan gumpalan darah. Aktivitas berat biasanya dibatasi selama beberapa minggu.
  • Makanan ringan dianjurkan setelah operasi. Jika tidak ada mual atau muntah, pasien bisa kembali ke pola makan normal secara bertahap.
  • Luka sayatan kecil perlu dijaga kebersihannya untuk mencegah infeksi. Jahitan atau perekat kulit biasanya akan sembuh dalam beberapa minggu.
  • Tim medis akan memberitahu bagaimana menjaga luka tetap bersih dan kapan harus kembali untuk pemeriksaan lanjutan dan melepas jahitan.

Dalam beberapa hari atau minggu setelah prosedur, pasien mungkin akan merasa lebih lelah. Hal ini terjadi karena tubuh menggunakan banyak energi untuk menyembuhkan dirinya sendiri.

Pasien perlu mengikuti jadwal kontrol untuk memastikan pemulihan berjalan dengan baik dan tidak ada komplikasi seperti infeksi atau perdarahan.

Efek Samping atau Komplikasi Laparoskopi

Laparoskopi adalah prosedur yang umum dilakukan dan jarang menyebabkan komplikasi serius. 

1. Komplikasi kecil

Masalah ini terjadi pada 1 sampai 2 pasien dari 100 kasus setelah prosedur. Efek sampingnya termasuk:

  • Infeksi. 
  • Pendarahan ringan.
  • Memar di sekitar sayatan.
  • Mual dan muntah.

2. Komplikasi serius

Pembedahan lebih lanjut seringkali diperlukan untuk mengatasi komplikasi yang lebih serius. Efek samping ini diperkirakan terjadi pada 1 dari setiap 1.000 kasus. Gejalanya termasuk:

  • Kerusakan pada organ, seperti usus atau kandung kemih, yang dapat mengakibatkan hilangnya fungsi organ.
  • Kerusakan pada arteri utama.
  • Komplikasi yang timbul akibat penggunaan karbon dioksida selama prosedur. Misalnya, gelembung gas yang memasuki pembuluh darah atau arteri.
  • Reaksi alergi yang serius terhadap anestesi umum.
  • Bekuan darah yang berkembang di pembuluh darah, biasanya di salah satu kaki (trombosis vena dalam atau DVT). DVT bisa pecah dan menghalangi aliran darah di salah satu pembuluh darah di paru-paru (emboli paru).

Tempat dan Biaya Laparoskopi

Tindakan laparoskopi bisa dilakukan di rumah sakit yang memiliki fasilitas dan ahli bedah yang berpengalaman melakukan prosedur ini. Kisaran biayanya mulai dari Rp24.000.000 hingga Rp60.000.000.

Diperbarui pada 3 Februari 2025
Referensi:
Medical News Today. Diakses pada 2023. Everything you need to know about laparoscopy.
National Health Service UK. Diakses pada 2023. Laparoscopy (keyhole surgery)
WebMD. Diakses pada 2023. What Is Laparoscopic Surgery?
PLOS ONE. Diakses pada 2025. Robot-assisted laparoscopic surgery versus conventional laparoscopic surgery in randomized controlled trials: A systematic review and meta-analysis.

TRENDING_TOPICS

VIEW_ALL
share on facebook
share on twitter
share on whatsapp
share on facebook
share on twitter
share on whatsapp