Myasthenia Gravis
DAFTAR ISI
- Apa Itu Myasthenia Gravis
- Penyebab Myasthenia Gravis
- Faktor Risiko Myasthenia Gravis
- Gejala Myasthenia Gravis
- Diagnosis Myasthenia Gravis
- Pengobatan Myasthenia Gravis
- Pencegahan Myasthenia Gravis
- Komplikasi Myasthenia Gravis
Apa Itu Myasthenia Gravis?
Myasthenia gravis merupakan kondisi yang penyebabnya oleh gangguan komunikasi normal antara saraf dan otot.
Sayangnya, tidak ada obat yang dapat mengatasi myasthenia gravis. Alhasil, langkah penanganan yang dapat dokter lakukan hanya bertujuan untuk membantu meringankan tanda dan gejalanya saja.
Penyakit ini juga lebih sering terjadi pada wanita di bawah 40 tahun dan pria di atas 60 tahun.
Penyebab Myasthenia Gravis
Ada beberapa penyebab myasthenia gravis, meliputi:
1. Antibodi
Saraf dan otot berkomunikasi dengan melepaskan bahan kimia (neurotransmitter) ke situs reseptor pada sel-sel otot di saraf otot.
Pada pengidap, sistem kekebalan tubuh menghasilkan antibodi yang memblokir atau menghancurkan banyak situs reseptor otot, sehingga hanya sedikit situs reseptor yang tersedia.
Jika otot hanya menerima sedikit sinyal saraf, kondisi tersebut yang mengakibatkan kelemahan.
Antibodi juga dapat memblokir fungsi protein yang bernama otot spesifik reseptor tirosin kinase.
Protein ini terlibat dalam pembentukan sambungan saraf-otot. Antibodi terhadap protein ini dapat menyebabkan miastenia gravis.
2. Kelenjar Timus
Penyebab selanjutnua yaitu kelenjar timus yang merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh yang terletak di dada bagian atas, di bawah tulang dada.
Kelenjar ini dapat memicu atau mempertahankan produksi antibodi yang memblokir asetilkolin. Pada pengidap, kelenjar timus berukuran besar dan tampak tidak normal.
3. Penyebab Lainnya
Genetik juga bisa menjadi penyebab penyakit ini. Namun, dengan diagnosis dan langkah pengobatan yang tepat, anak-anak umumnya dapat pulih dan sehat kembali dalam waktu dua bulan setelah lahir.
Beberapa anak yang kurang beruntung bisa mengalami penyakit langka yang bernama sindrom miastenia kongenital.
Faktor Risiko Myasthenia Gravis
Selain penyebab utama, ada beberapa faktor risiko yang memicu penyakit ini.
Berikut ini beberapa kondisi yang meningkatkan risiko myasthenia gravis:
- Kelelahan berlebihan.
- Mengidap penyakit atau infeksi.
- Prosedur operasi atau pembedahan.
- Mengonsumsi beta blocker, quinidine glukonat, quinidine sulfate, quinine, fenitoin, anestesi, dan antibiotik tertentu.
- Kehamilan.
- Periode menstruasi.
Gejala Myasthenia Gravis
Myasthenia gravis menyebabkan kelemahan otot yang dapat membaik dengan sendirinya dan kambuh dalam intensitas lebih parah dari sebelumnya.
Penyakit biasanya memengaruhi mata dan wajah terlebih dulu, kemudian menyebar ke bagian tubuh lain seiring berjalannya waktu.
Intensitas keparahan gejala myasthenia gravis yang setiap pengidapnya alami akan bervariasi.
Gejala umumnya bertambah parah saat pengidap merasa lelah dan cenderung membaik setelah beristirahat.
Selain itu, gejala yang muncul juga dapat terjadi akibat kondisi medis lain yang terjadi pada pengidap.
Gejala terbagi berdasarkan area yang terkena, yaitu:
1. Pada mata dan wajah
Kebanyakan pengidap penyakit mengalami kelemahan pada otot mata, kelopak mata, dan wajah.
Kondisi tersebut bisa saja menyebar ke bagian lain dari tubuh dalam beberapa minggu, bulan, atau tahun. Gejala yang tampak dapat berupa:
- Kelopak mata turun dan berdampak pada satu atau kedua mata sekaligus.
- Gangguan penglihatan, seperti penglihatan ganda.
- Kesulitan membuat ekspresi wajah.
2. Gangguan menelan, berbicara, dan bernapas
Jika kelemahan memengaruhi otot-otot mulut, tenggorokan, dan dada, gejala yang pengidapnya alami dapat berupa:
- Kesulitan mengunyah.
- Berbicara cadel.
- Suara serak atau terdengar sengau.
- Kesulitan menelan.
- Tersedak tidak sengaja.
- Sesak napas, terutama saat berbaring atau setelah berolahraga.
3. Gejala pada tubuh
Kelemahan yang terjadi akibat myasthenia gravis dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya, termasuk leher, lengan dan kaki.
Gejalanya dapat berupa:
- Kesulitan mengangkat kepala.
- Sulit untuk melakukan aktivitas fisik, seperti mengangkat, bangun dari duduk ke berdiri, menaiki tangga, menyikat gigi, atau mandi.
- Sakit pada otot tubuh setelah beraktivitas.
Hubungi dokter spesialis di Halodoc apabila mengalami gejala di atas untuk mendapatkan penanganan medis yang tepat.✔️ Klik gambar di bawah ini.
Diagnosis Myasthenia Gravis
Untuk memastikan kondisi pengidap, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan, seperti:
- Pemeriksaan neurologis. Dalam pemeriksaan ini, dokter spesialis saraf akan menguji refleks, kekuatan otot, bentuk otot, indera sentuhan dan penglihatan, serta koordinasi gerak tubuh.
- Ice pack test. Jika pengidap memiliki kelopak mata turun, dokter akan meletakkan kantong berisi es pada kelopak mata. Setelah dua menit, dokter akan menganalisis kelopak mata yang turun untuk melihat tanda-tanda perbaikan.
- Analisis darah. Tes darah mungkin mengungkapkan adanya antibodi abnormal yang mengganggu situs reseptor impuls saraf untuk memberi sinyal pada otot untuk bergerak.
- Elektromiografi serat tunggal (EMG). Tes ini dapat mengukur aktivitas listrik antara otak dan otot. Dokter akan melakukan prosedur ini dengan memasukkan elektroda kawat halus melalui kulit ke dalam otot untuk menguji serat otot tunggal.
- Pencitraan. Dokter akan melakukan CT scan atau MRI untuk memeriksa apakah ada tumor atau kelainan lain dalam kelenjar timus.
Pengobatan Myasthenia Gravis
Berbagai perawatan, sendiri atau kombinasi, dapat meredakan gejala miastenia gravis.
Perawatan akan tergantung pada usia, seberapa parah penyakit dan seberapa cepat perkembangannya.
Berikut adalah pilihan pengobatan myasthenia gravis:
1. Obat-obatan
Beberapa obat yang bisa dokter resepkan, antara lain:
- Penghambat kolinesterase. Penggunaan obat otot seperti pyridostigmine (Mestinon, Regonal) juga dapat menjadi pilihan. Obat ini berperan dalam meningkatkan komunikasi antara saraf dan otot. Kemungkinan efek samping termasuk gangguan gastrointestinal, diare, mual, dan air liur berlebihan dan berkeringat.
- Kortikosteroid. Kortikosteroid seperti prednison (Rayos) menghambat sistem kekebalan tubuh, membatasi produksi antibodi. Namun, penggunaan kortikosteroid yang berkepanjangan dapat menyebabkan efek samping yang serius.
- Imunosupresan. Dokter mungkin juga akan meresepkan obat lain yang mengubah sistem kekebalan tubuh. Misalnya seperti azathioprine. Obat ini, yang membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk bekerja, penggunaannya dapat menjadi kombinasi dengan kortikosteroid. Efek samping imunosupresan, seperti peningkatan risiko infeksi dan kerusakan hati atau ginjal, bisa menjadi serius.
2. Terapi Intravena
Biasanya dokter akan merekomendasikan terapi berikut untuk mengobati gejala yang tiba-tiba memburuk atau sebelum operasi atau terapi lainnya.
- Plasmapheresis. Merupakan prosedur pengambilan, pengobatan, dan pengembalian atau penukaran plasma darah atau komponennya dari dan ke dalam peredaran darah. Risiko yang terkait dengan plasmaferesis meliputi penurunan tekanan darah, perdarahan, masalah irama jantung, atau kram otot.
- Imunoglobulin intravena (IVIg). Terapi ini memberi tubuh antibodi normal, yang mengubah respon sistem kekebalan. Manfaat biasanya terlihat dalam waktu kurang dari seminggu dan dapat bertahan 3 hingga 6 minggu. Efek samping, yang biasanya ringan, bisa berupa menggigil, pusing, sakit kepala, dan retensi cairan.
- Antibodi monoklonal. Rituximab dan eculizumab yang baru-baru ini disetujui adalah obat intravena untuk myasthenia gravis. Obat ini biasanya dokter gunakan untuk orang yang tidak menanggapi pengobatan lain. Mereka dapat memiliki efek samping yang serius.
3. Operasi
Beberapa orang dengan myasthenia gravis memiliki tumor pada kelenjar timus.
Jika pengidapnya memiliki tumor atau timoma, dokter akan mengangkat kelenjar timus melalui pembedahan (timektomi).
Bahkan jika pengidap kondisi ini tidak memiliki tumor pada kelenjar timus, mengangkat kelenjar tersebut dapat memperbaiki gejala miastenia gravis.
Namun, manfaat thymectomy bisa memakan waktu bertahun-tahun untuk berkembang.
Timektomi dapat menjadi pilihan operasi terbuka atau sebagai operasi invasif minimal.
Dalam operasi terbuka, dokter bedah membelah tulang dada tengah (sternum) untuk membuka dada dan mengangkat kelenjar timus.
Pencegahan Myasthenia Gravis
Sejauh ini belum ada langkah yang dapat kamu lakukan untuk benar-benar mencegah myasthenia gravis.
Namun, kamu dapat mengubah pola hidup menjadi lebih sehat dan berhati-hati dalam melakukan aktivitas untuk meminimalisir risiko penyakit.
Beberapa langkah yang bisa kamu lakukan, yaitu:
- Kunyah makanan sampai benar-benar halus. Jangan mengunyah terlalu keras.
- Perbanyak konsumsi makanan lunak dan hindari makanan yang memerlukan banyak mengunyah, seperti sayuran mentah.
- Mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air. Agar efektif, yuk ketahui cara mencuci tangan yang tepat pada artikel: Penting untuk Kesehatan, Inilah Cara Mencuci Tangan yang Benar.
- Gunakan masker saat berdekatan dengan orang yang sedang sakit.
- Pastikan durasi tidur cukup dan berkualitas.
Komplikasi Myasthenia Gravis
Meski beberapa komplikasi dapat diobati, dalam intensitas parah dapat mengancam jiwa.
Berikut ini komplikasi yang perlu kamu waspadai:
- Krisis Myasthenia. Kondisi ini terjadi ketika otot-otot yang mengontrol pernapasan menjadi terlalu lemah. Perawatan darurat dan bantuan pernapasan kamu perlukan untuk membantu pengidap bernapas kembali.
- Tumor kelenjar timus. Kelenjar timus berada pada bawah tulang dada yang terlibat langsung dengan sistem kekebalan tubuh. Adanya tumor pada area ini dikenal dengan istilah medis thymoma dan tidak bersifat kanker (ganas).
- Gangguan lainnya. Orang dengan myasthenia gravis lebih cenderung mengalami peningkatan atau penurunan kinerja kelenjar tiroid. Selain itu, pengidap kondisi ini juga lebih rentan mengidap rheumatoid arthritis. Jika kamu ingin mengetahui informasi lebih lengkap mengenai rheumatoid arthritis, kamu bisa membaca artikel: Bisa Ganggu Aktivitas, Ini 6 Fakta Tentang Rheumatoid Arthritis.
Kapan Harus ke Dokter?
Segera tanya dokter jika kamu mengalami kesulitan saat bernapas, melihat, menelan, mengunyah, berjalan, atau mengangkat kepala dalam waktu yang lama dan tidak kunjung membaik setelah beristirahat.
Ingatlah bahwa penanganan sedari awal dapat meminimalkan risiko komplikasi serius.