halodoc-banner
  • Kamus Kesehatan A-Z
  • Perawatan Khusus keyboard_arrow_down
  • Cek Kesehatan Mandiri keyboard_arrow_down
close
halodoc-logo
Download app banner

sign-in logo Masuk

home icon Beranda


Layanan Utama

keyboard_arrow_down
  • Chat dengan Dokter icon

    Chat dengan Dokter

  • Toko Kesehatan icon

    Toko Kesehatan

  • Homecare icon

    Homecare

  • Asuransiku icon

    Asuransiku

  • Haloskin icon

    Haloskin

  • Halofit icon

    Halofit

Layanan Khusus

keyboard_arrow_down
  • Kesehatan Kulit icon

    Kesehatan Kulit

  • Kesehatan Seksual icon

    Kesehatan Seksual

  • Kesehatan Mental icon

    Kesehatan Mental

  • Kesehatan Hewan icon

    Kesehatan Hewan

  • Perawatan Diabetes icon

    Perawatan Diabetes

  • Kesehatan Jantung icon

    Kesehatan Jantung

  • Parenting icon

    Parenting

  • Layanan Bidan icon

    Layanan Bidan

Cek Kesehatan Mandiri

keyboard_arrow_down
  • Cek Stres icon

    Cek Stres

  • Risiko Jantung icon

    Risiko Jantung

  • Risiko Diabetes icon

    Risiko Diabetes

  • Kalender Kehamilan icon

    Kalender Kehamilan

  • Kalender Menstruasi icon

    Kalender Menstruasi

  • Kalkulator BMI icon

    Kalkulator BMI

  • Pengingat Obat icon

    Pengingat Obat

  • Donasi icon

    Donasi

  • Tes Depresi icon

    Tes Depresi

  • Tes Gangguan Kecemasan icon

    Tes Gangguan Kecemasan


Kamus Kesehatan

Artikel

Promo Hari Ini

Pusat Bantuan

Chat dengan Dokter icon

Chat dengan Dokter

Toko Kesehatan icon

Toko Kesehatan

Homecare icon

Homecare

Asuransiku icon

Asuransiku

Haloskin icon

Haloskin

Halofit icon

Halofit

search
Home
Kesehatan
search
close

Polio

REVIEWED_BY  dr. Erlin SpA  
undefinedundefined

DAFTAR ISI

  • Apa Itu Polio?
  • Penyebab Polio
  • Faktor Risiko Polio
  • Gejala Polio
  • Diagnosis Polio
  • Studi Mengenai Polio
  • Hubungi Dokter Ini Jika Anak Mengalami Gejala Polio
  • Pengobatan Polio
  • Komplikasi Polio
  • Pencegahan Polio

Apa Itu Penyakit Polio?

Polio adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus yang menular. Paparan virus ini memicu cedera saraf yang berisiko menyebabkan kelumpuhan, kesulitan bernapas, hingga kematian.

Meskipun penyakit ini sangat rentan dialami oleh anak-anak, bukan berarti orang dewasa tidak berisiko terpapar penyakit polio.

Melakukan pencegahan yang tepat menjadi tindakan yang efektif untuk menghindari paparan virus penyebab polio.

Penyebab Polio

Polio disebabkan oleh infeksi virus polio yang bisa memasuki tubuh melalui rongga mulut atau hidung, kemudian menyebar melalui aliran darah dan menyerang sistem saraf yang dapat menyebabkan kelumpuhan. 

Penularan virus polio dapat terjadi melalui beberapa cara, antara lain: 

  • Kontak langsung dengan tinja atau cairan tubuh penderita: Virus polio dapat ditularkan melalui interaksi fisik secara langsung dengan seseorang yang telah terinfeksi. 
  • Mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi: Virus ini juga dapat menyebar melalui makanan atau minuman yang telah tercemar dengan virus polio. 
  • Paparan terhadap percikan air liur: Virus polio dapat ditularkan melalui percikan air liur (droplets) ketika penderitanya batuk atau bersin. 

Faktor Risiko Polio

Orang-orang yang memiliki risiko tinggi terkena penyakit polio adalah:

  • Orang yang tinggal di daerah terpencil dengan sulitnya akses air mengalir yang bersih terutama untuk MCK.
  • Ibu hamil dengan HIV positif.
  • Anak-anak yang tidak divaksinasi.

Bagi orang-orang yang tidak pernah divaksinasi, risiko tertular penyakit ini akan semakin tinggi, bila:

  • Bepergian ke daerah yang baru saja terjadi wabah polio.
  • Tinggal atau merawat pengidap polio.
  • Bekerja dengan spesimen virus.
  • Sudah menjalani operasi tonsilektomi.
Fakta Penting Polio Menurut WHO

1. Polio paling mempengaruhi anak-anak di bawah usia 5 tahun. 
2. 1 dari 200 infeksi polio menyebabkan kelumpuhan yang tidak dapat dipulihkan. 
3. Selama satu anak tetap terinfeksi, anak-anak di semua negara berisiko terinfeksi polio. 

Gejala Polio

Gejala penyakit polio dialami berbeda-beda oleh setiap pengidapnya. Bahkan, 95 hingga 99 persen pengidap polio tidak mengalami gejala.

Berikut beberapa gejala polio yang perlu diwaspadai:

1. Gejala dari polio tipe non-paralisis

Gejala polio tipe non-paralisis yang juga dikenal sebagai polio abortif biasanya lebih ringan dibandingkan dengan polio paralitik yang menyebabkan kelumpuhan.

Gejala-gejalanya meliputi: 

  • Demam.
  • Nyeri menelan.
  • Nyeri kepala.
  • Muntah.
  • Lemas.
  • Meningitis.

2. Gejala dari polio tipe paralisis

Polio paralisis adalah bentuk polio yang dapat menyebabkan kelumpuhan. Gejala awalnya mirip dengan polio non-paralisis, seperti demam, sakit kepala, dan kelelahan.

Namun, dalam waktu satu minggu, gejala tambahan dapat muncul seperti: 

  • Gejala awal yang muncul dapat menyerupai polio tipe non-paralisis namun setelah satu minggu, gejala lainnya akan mengikuti.
  • Kehilangan refleks.
  • Nyeri otot dan kram otot yang parah.
  • Kaki menjadi terkulai.
  • Paralisis yang terjadi tiba-tiba, hal ini dapat bersifat temporer maupun permanen.
  • Kelainan ekstremitas bawah, terutama pada pinggul dan pergelangan kaki.

3. Gejala sindroma paska polio:

Polio sangat mungkin untuk muncul kembali meskipun seseorang telah dinyatakan sembuh. Hal ini dapat terjadi 15 – 40 tahun setelah  seseorang pertama kali terinfeksi.

Gejala yang sangat umum terjadi antara lain adalah:

  • Kelemahan pada otot dan sendi.
  • Nyeri otot yang terus memburuk.
  • Menjadi mudah lelah dan lesu.
  • Berkurangnya massa otot.
  • Kesulitan dalam menelan dan bernapas.
  • Sleep-apnea, gangguan bernapas pada saat tidur.
  • Rendahnya toleransi terhadap coach dinging.
  • Depresi.
  • Masalah dalam konsentrasi dan daya ingat.

Diagnosis Polio

Diagnosis awal polio dilakukan melalui kombinasi evaluasi klinis dan tes laboratorium, seperti: 

1. Evaluasi klinis

Diagnosis awal polio didasarkan pada gejala klinis, terutama pada kasus polio paralitik. Kriteria klinis meliputi:

  • Onset mendadak kelumpuhan flaksid: Kelumpuhan yang terjadi secara tiba-tiba pada satu atau lebih anggota tubuh tanpa penyebab lain yang jelas.
  • Refleks tendon berkurang atau hilang: Refleks pada anggota tubuh yang terkena kelumpuhan berkurang atau tidak ada.

2. Tes laboratorium

Untuk konfirmasi diagnosis, tes laboratorium diperlukan:

  • Isolasi virus: Mengambil sampel dari tenggorokan, tinja, atau cairan serebrospinal (CSF) untuk mengisolasi virus. Isolasi virus dari sampel tinja paling sensitif.
  • Polymerase chain reaction (PCR): Digunakan untuk mendeteksi materi genetik virus dalam sampel.
  • CSF: Meskipun jarang, analisis CSF dapat menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih dan protein ringan, meskipun temuan ini tidak spesifik dan dapat terjadi pada berbagai kondisi lain. 

Studi Mengenai Polio

Menurut studi berjudul Poliomyelitis (2014) yang diterbitkan oleh The Neurohospitalist Sage Journal, banyak faktor yang menjadi tantangan untuk pemberantasan polio secara tuntas.

Hal ini seperti teritori daerah yang sulit secara geografis sehingga menyulitkan pengiriman vaksin, masalah sanitasi, hingga kerjasama dari pemerintah setempat yang kurang. 

Kunci dari pencegahan dan pemberantasan polio adalah vaksin. Vaksin sangat penting untuk mencegah polio karena dapat mengurangi penyebaran virus poliovirus yang menyebabkan penyakit ini. 

Vaksin polio adalah pencegahan utama untuk melindungi individu dan masyarakat dari polio.

Tanpa vaksinasi yang luas, polio tetap menjadi ancaman yang serius, dan pemberantasanya dari seluruh dunia hanya dapat tercapai dengan cakupan imunisasi yang tinggi di semua negara. 

Hubungi Dokter Ini Jika Anak Mengalami Gejala Polio

Jika Si Kecil mengalami tanda-tanda polio seperti di atas, segera hubungi dengan dokter spesialis anak di Halodoc. 

Mereka bisa memberikan saran pengobatan polio pada anak. 

Para ahli ini juga mendapatkan rating yang baik dari para pasien yang sebelumnya mereka tangani: 

Ini daftarnya:

  • dr. Erlin Sp.A
  • dr. Dandung Bawono Sp.A, M.Sc
  • dr. Gracia Deswita Natalya Fau Sp.A
  • dr. Bayu Kurniawan Sp.A, M.Biomed
  • dr. Dwi Lestari Avianti Sp.A, M.Ked.Klin

Tak perlu khawatir jika dokter sedang tidak tersedia atau offline. 

Sebab, kamu tetap bisa membuat janji konsultasi di lain waktu melalui aplikasi Halodoc.

Pengobatan Polio

Saat ini belum ada obat yang bisa mengobati penyakit polio. Namun, penyakit ini bisa diatasi dengan melakukan beberapa perawatan yang sesuai dengan anjuran dokter, seperti:

1. Manajemen simptomatik

Pada terapi pengobatan ini, pasien akan diberikan manajemen simptomatik berupa: 

  • Analgesik dan antipiretik: Pemberian obat seperti parasetamol untuk meredakan nyeri dan menurunkan demam. 
  • Fisioterapi: Terapi fisik untuk membantu mempertahankan fungsi otot dan mencegah kontraktur. 

2. Dukungan pernapasan

Pada kasus polio paralitik yang memengaruhi otot pernapasan, penggunaan alat bantu pernapasan seperti ventilator mungkin diperlukan. 

3. Rehabilitas

Program rehabilitasi jangka panjang penting untuk membantu pasien memulihkan fungsi motorik dan meningkatkan kualitas hidup pasien. 

Penting untuk menjadi catatan penyakit ini, meskipun pengobatan dapat membantu mengelola gejala, pencegahan melalui vaksinasi tetap menjadi strategi utama dalam mengendalikan polio. 

Jika kamu masih bingung mengenai pengobatan dan perawatan penyakit polio, Ini Dokter di Halodoc yang Paham Perawatan Polio untuk kamu hubungi.

Komplikasi Polio

Penyakit polio bisa menimbulkan berbagai komplikasi yang perlu diwaspadai, di antaranya:

  • Kelumpuhan otot. 
  • Keterlambatan perkembangan motorik. 
  • Sindrom pasca-polio (PPS). 
  • Infeksi sekunder seperti infeksi paru-paru dan komplikasi pernapasan. 
  • Kematian. 

Pencegahan Polio

Polio adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus polio. Pencegahan polio terutama dilakukan melalui vaksinasi. Vaksin polio efektif dalam mencegah infeksi dan penyebaran virus. Program imunisasi rutin yang mencakup vaksin polio oral (OPV) dan vaksin polio inaktif (IPV) telah berhasil mengurangi kasus polio secara signifikan di seluruh dunia.

Langkah-langkah untuk mencegah polio adalah: 

  • Vaksinasi rutin. 
  • Imunisasi tambahan. 
  • Peningkatan cakupan imunisasi. 
  • Penguatan surveilans. 
  • Keterlibatan komunitas. 

Vaksin Polio: Perlindungan Utama

Vaksinasi adalah cara paling efektif untuk mencegah polio. Ada dua jenis vaksin polio yang tersedia:

  • Vaksin polio yang tidak aktif (IPV): Diberikan melalui suntikan.
  • Vaksin polio oral (OPV): Diberikan dalam bentuk tetes di mulut.

Vaksinasi DTaP-POLIO IPV-HIB-HEP B (Hexaxim) Bisa di Rumah Pakai Halodoc

Jangan lewatkan kewajiban vaksin polio untuk anak. Apabila jadwal imunisasi DTaP-Polio-IPV-HIB-HEB B Si Kecil sudah tiba, ibu bisa memanfaatkan layanan Homecare di Halodoc jika tidak sempat pergi ke luar rumah.

Tak perlu repot pergi ke klinik atau rumah sakit, kamu bisa mendapatkan Vaksinasi DTaP-POLIO IPV-HIB-HEP B (Hexaxim) dengan aman dan nyaman di rumah.

Nah, berikut beberapa keunggulan melakukan vaksinasi lewat layanan Homecare & Vaksinasi di Halodoc:

  • Vaksinasi diberikan 100% oleh Dokter Khusus Vaksinasi. Ini Daftar Dokter yang Tangani Layanan Vaksin Homecare by Halodoc.
  • Protokol kesehatan ketat.
  • Setelah vaksin diberikan, tenaga medis akan melakukan observasi kondisi kesehatanmu untuk memastikan tidak ada efek samping yang berbahaya.
  • Partner resmi produsen vaksin internasional, sehingga vaksin terjamin keasliannya dan sudah terdaftar BPOM.
  • Harga vaksin mulai dari Rp 989.000,-, kamu pun bisa melakukan family booking untuk mendapatkan ekstra diskon.
  • Hemat waktu dan biaya.
  • Tanpa biaya tambahan.
  • Setelah tindakan, kamu akan mendapat gratis voucher senilai 25rb di Halodoc untuk chat dokter.

Booking Vaksinasi DTaP-POLIO IPV-HIB-HEP B (Hexaxim) Lebih Mudah di Rumah Pakai Halodoc. 

Kamu bisa order melalui aplikasi atau hubungi langsung nomor WhatsApp 0888-0999-9226.

Yuk, segera pesan layanan Homecare di Halodoc!

Kapan Harus ke Dokter?

Segera cari pertolongan medis jika mengalami gejala polio, terutama jika belum mendapatkan vaksinasi polio atau jika baru-baru ini bepergian ke daerah di mana polio masih umum. Diagnosis dan penanganan dini dapat membantu mencegah komplikasi serius.

Kesimpulan

Polio adalah penyakit serius yang dapat dicegah dengan vaksinasi. Vaksin polio aman dan efektif dan direkomendasikan untuk semua anak. Selain vaksinasi, menjaga kebersihan dan meningkatkan daya tahan tubuh juga penting untuk mencegah penyebaran polio. 

Jika mengalami gejala polio, segera konsultasikan dengan dokter. Lakukan vaksinasi polio sesuai jadwal yang dianjurkan oleh dokter atau petugas kesehatan.

Diperbaharui pada 21 April 2025. 
Referensi:
Centers for Disease Control and Prevention. Diakses pada 2025. Polio
Healthline. Diakses pada 2025. Polio.
Mayo Clinic. Diakses pada 2025. Polio.
The Neurohospitalist Sage Journal. Diakses pada 2025. Poliomyelitis. 
World Health Organization. Diakses pada 2025. Polio. 
Web MD. Diakses pada 2025. Polio.

FAQ

1. Apa itu PIN Polio 2024?

Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio 2024 adalah inisiatif pemerintah Indonesia untuk memerangi polio melalui imunisasi massal.

PIN Polio 2024 dilaksanakan dalam dua tahap:

  1. Tahap pertama: Dilaksanakan pada 15 Januari hingga Maret 2024 di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Sekitar 8,7 juta anak berusia 0-7 tahun di wilayah tersebut telah divaksinasi. Baca selengkapnya di sini: ayosehat.kemkes.go.id
  2. Tahap kedua: Dilaksanakan pada 23 Juli hingga 29 Juli 2024 di 27 provinsi lainnya. Baca selengkapnya di sini: link.kemkes.go.id

Tujuan utama dari PIN Polio 2024 adalah untuk memutus rantai penularan polio dan melindungi anak-anak Indonesia dari penyakit ini.

Imunisasi massal ini diharapkan dapat mencapai cakupan tinggi dan merata di seluruh wilayah sasaran.

2. Efek samping imunisasi polio tetes?

Vaksin polio tetes (OPV) adalah vaksin oral yang digunakan untuk melindungi anak dari polio.

Meskipun vaksin ini sangat efektif dalam mencegah polio, ada beberapa efek samping yang mungkin terjadi, meskipun umumnya ringan dan jarang.

Reaksi ringan:

  • Demam ringan.
  • Sakit kepala (biasanya hilang dalam 1–2 hari).

Gangguan pencernaan ringan:

  • Mual.
  • Diare.

Reaksi lokal di mulut:

  • Rasa tidak enak.
  • Iritasi ringan di area mulut.

TRENDING_TOPICS

VIEW_ALL
share on facebook
share on twitter
share on whatsapp
share on facebook
share on twitter
share on whatsapp