Tuberkulosis
Artikel ini telah di-review oleh: dr. Fauzan Azhari SpPD
DAFTAR ISI
- Apa itu Tuberkulosis?
- Penyebab Tuberkulosis
- Faktor Risiko Tuberkulosis
- Riset Mengenai Hubungan Tuberkulosis dan HIV
- Gejala Tuberkulosis
- Hubungi Dokter Ini Jika Mengidap Gejala Tuberkulosis
- Apakah Penyakit TBC Berbahaya?
- Diagnosis Tuberkulosis
- Pengobatan Tuberkulosis
- Rekomendasi Obat Tuberkulosis
- Pencegahan Tuberkulosis
- Komplikasi Tuberkulosis
- Kapan Harus ke Dokter?
Apa Itu Tuberkulosis?
Tuberkulosis (TBC/TB) adalah penyakit menular yang penyebabnya adalah bakteri Mycobacterium tuberculosis. Kondisi ini dapat menyerang paru-paru, otak, kelenjar getah bening, sistem saraf pusat, jantung dan tulang belakang.
Namun, infeksi TBC paling sering menyerang paru-paru. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), TBC berada di peringkat kedua sebagai penyakit menular yang mematikan.
Merujuk pada data WHO pada tahun 2023, diperkirakan terdapat sekitar 10,8 juta pengidap TBC di seluruh dunia. Indonesia termasuk lima besar negara dengan jumlah pengidap TB terbanyak di Asia Tenggara dengan perkiraan 821.200 kasus pada tahun 2023.
Jika seseorang mengidap penyakit tuberkulosis (TBC) aktif, maka mungkin perlu pengobatan TBC dengan kombinasi obat antibakteri untuk jangka waktu enam bulan.
Penyebab Tuberkulosis
Berikut ini adalah beberapa penyebab seseorang mengalami tuberkulosis (TBC):
1. Bakteri Mycobacterium tuberculosis
Penyebab utama tuberkulosis (TBC) adalah bakteri Mycobacterium tuberculosis yang dapat menular lewat percikan air liur (droplet) ketika pengidapnya batuk, bersin, bicara, tertawa atau bernyanyi.
Meskipun cara penularannya mirip dengan pilek atau flu, TBC tidak menular semudah itu. Orang yang tinggal bersama atau sering berinteraksi dengan penderita TBC aktif akan lebih berisiko terinfeksi.
2. HIV dan TBC
Sejak 1980-an, kasus TBC meningkat drastis akibat infeksi HIV. Hal ini karena orang yang pengidap HIV/AIDS memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah dan menjadikannya lebih rentan terhadap infeksi TB.
Namun, mengapa demikian? Simak informasi lengkapnya pada artikel: Orang dengan HIV dan AIDS Berisiko Terkena Tuberkulosis.
3. TB yang resisten terhadap obat
Alasan tuberkulosis menjadi salah satu penyebab kematian terbesar yaitu karena meningkatnya bakteri yang kebal (resisten) terhadap obat.
Hal ini terjadi akibat pengobatan TBC tidak sesuai dengan petunjuk atau pengidap tidak menyelesaikan pengobatan. Ketika antibiotik gagal membunuh semua bakteri yang menjadi targetnya, bakteri tersebut otomatis menjadi resisten.
Faktor Risiko Tuberkulosis
Semua orang berisiko tertular tuberkulosis. Tetapi, ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko penularannya, seperti:
- Melemahnya sistem kekebalan tubuh akibat mengidap penyakit atau meminum obat-obatan tertentu.
- Bayi dan anak-anak yang sistem kekebalan tubuhnya masih berkembang.
- Orang lanjut usia yang sistem kekebalan tubuhnya mulai menurun.
- Individu yang bepergian ke daerah dengan kasus TBC tinggi.
- Konsumsi alkohol berlebihan yang dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh.
- Perokok aktif maupun pasif.
- Bekerja di fasilitas kesehatan yang mengharuskan berkontak erat dengan orang sakit.
- Tinggal bersama pengidap TBC.
Fakta Tuberkulosis Menurut World Health Organization (WHO)
1. Sebanyak 1,25 juta orang meninggal dunia akibat TBC pada tahun 2023.
2. TBC diperkirakan menjadi penyebab utama kematian di seluruh dunia.
3. Bakteri tuberkulosis yang resisten terhadap obat menjadi ancaman terhadap keamanan kesehatan.
4. Upaya global untuk melawan penyakit TBC telah berhasil menyelamatkan sekitar 79 juta jiwa sejak tahun 2000.
5. Salah satu target Millenium Development Goals (MDGs) di bidang kesehatan adalah mengakhiri epidemi TBC pada tahun 2030.
Riset Mengenai Hubungan Tuberkulosis dan HIV
Menurut data, TBC telah tercatat sebagai penyebab utama kematian pada pasien yang mengidap HIV. Menurut WHO, pasien HIV memiliki kemungkinan 15-21 kali lebih besar untuk mengembangkan TBC aktif dibandingkan dengan orang tanpa HIV.
Menurut studi berjudul Screening Scheme Development for Active TB Prediction Among HIV-Infected Patients (2011), terdapat hubungan yang erat antara HIV dan TBC. Hal ini karena infeksi HIV dapat menyebabkan perkembangan TBC dari fase laten ke fase aktif.
Begitu juga sebaliknya, TBC dapat memperburuk progresi penyakit pada pasien HIV. Bahkan, mempengaruhi efektivitas pengobatan, kualitas hidup, serta durasi kelangsungan hidup pasien.
Studi lain berjudul Prevalence and Risk Factors of Tuberculosis Among People Living with HIV/AIDS in China: A Systematic Review and Meta-Analysis (2023) menyebutkan bahwa jumlah sel T CD4+ yang rendah, merokok, dan penggunaan narkoba suntik merupakan faktor risiko utama koinfeksi HIV dan TBC.
vaksinasi BCG menjadi salah satu faktor pelindung bagi pasien untuk terhindar dari risiko konifeksi. Vaksin BCG ini dapat memberikan efek positif terhadap perlindungan dari penyakit TBC.
Gejala Tuberkulosis
Tuberkulosis tidak selalu menunjukkan gejala. Para ahli membedakan TBC menjadi dua jenis, yaitu:
1. TBC laten
Pada jenis TBC ini, bakteri dalam keadaan tidak aktif sehingga pengidapnya tidak mengalami gejala apa pun. Karena itu, jenis laten bersifat tidak menular, tetapi pengobatan TBC perlu kamu lakukan agar tidak berkembang menjadi TBC aktif.
2. TBC aktif
Bakteri TBC dapat menular dan menimbulkan sejumlah gejala setelah infeksi terjadi. Tanda dan gejala TB aktif meliputi:
- Batuk selama tiga minggu atau lebih.
- Batuk darah atau lendir.
- Nyeri dada.
- Penurunan berat badan.
- Kelelahan.
- Demam.
- Keringat saat malam hari.
- Panas dingin.
- Kehilangan selera makan.
Jika menginfeksi organ lain, tanda dan gejalanya bisa bervariasi tergantung organ mana yang terinfeksi.
Misalnya, TBC tulang belakang dapat menyebabkan sakit punggung, dan TBC di ginjal dapat menyebabkan urine berdarah.
Hubungi Dokter Ini Jika Mengidap Gejala Tuberkulosis
Apabila kamu atau orang terdekat mengalami TBC, seperti nyeri dada dan batuk yang disertai darah, sebaiknya segera hubungi dokter spesialis paru di Halodoc.
Tujuannya, agar kamu mendapat saran perawatan dan penanganan yang tepat.
Dokter di Halodoc telah berpengalaman serta mendapatkan penilaian baik dari pasien yang sebelumnya mereka tangani sehingga telah tepercaya dan bisa melakukan penanganan yang optimal.
Berikut dokter di Halodoc yang bisa kamu hubungi:
- dr. Silvy Amalia Falyani Sp.P
- Dr. dr. Mulkan Azhary M.Sc, Sp.P
- dr. Ayudiah Puspita Mayasari Sp.P
- dr. Yulia Octaviany Harnoto Sp.P
- dr. Jenny Wailan Kandowangko Sp.P, FISR
Itulah beberapa dokter yang bisa kamu hubungi jika kamu mengalami tuberkulosis. Jangan ragu untuk segera menghubungi dokter tersebut agar gejala yang kamu alami dapat segera ditangani.
Dokter tersebut tersedia selama 24 jam di Halodoc sehingga kamu bisa lakukan konsultasi dari mana saja dan kapan saja.
Namun, jika dokter sedang tidak tersedia atau offline, kamu tetap bisa membuat janji konsultasi melalui aplikasi Halodoc.
Tunggu apalagi? Ayo, pakai Halodoc sekarang juga!
Apakah Penyakit TBC Berbahaya?
Kondisi ini bisa berakibat fatal, tetapi dalam banyak kasus, saat ini TBC dapat kamu cegah dan obati sedari awal. Namun, di masa lalu, TBC adalah salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia.
Berita baiknya, kondisi ini dapat membaik melalui pengobatan TBC yang tepat dan rutin.
Diagnosis Tuberkulosis
Selama pemeriksaan fisik, dokter akan memeriksa kelenjar getah bening untuk mengidentifikasi pembengkakan paru.
Jika ada indikasi TBC, dokter perlu melakukan salah satu opsi tes berikut untuk memastikannya:
1. Tes Mantoux
Tes Mantoux atau disebut juga sebagai tuberculin skin test (TST) adalah salah satu alat diagnosis yang paling umum digunakan. Melalui tes ini, zat tuberkulin disuntikkan tepat di bawah kulit lengan.
Dalam 48 hingga 72 jam, dokter akan memeriksa pembengkakan pada tempat suntikan. Seseorang dinyatakan positif TBC apabila timbul benjolan merah di area suntikan.
Jika kamu ingin mengetahui lebih dalam mengenai pemeriksaan ini, kamu bisa membaca artikel: Mengenal Tes Mantoux, Pemeriksaan untuk Mendeteksi TBC.
2. Tes darah
Melalui tes ini, dokter dapat mengukur reaksi sistem kekebalan terhadap bakteri TBC. Tes darah juga bisa menentukan seseorang memiliki TBC laten atau TBC aktif.
3. Tes pencitraan
Jika hasil tes mantoux positif, dokter kemungkinan akan merekomendasikan rontgen dada atau CT scan. Melalui tes pencitraan tersebut, dokter dapat mendeteksi perubahan pada paru-paru.
Biasanya, infeksi TBC akan menunjukan bintik-bintik putih pada paru-paru akibat tertutupnya sistem kekebalan tubuh oleh bakteri penyebab TBC.
4. Tes dahak
Jika rontgen dada menunjukkan tanda-tanda tuberkulosis, dokter akan mengambil sampel dahak. Sampel digunakan untuk menguji jenis TBC yang resisten terhadap obat.
Hal ini bisa membantu dokter dalam memilih pengobatan TBC yang paling efektif.
Pengobatan Tuberkulosis
Pengobatan TBC berfokus pada konsumsi obat sesuai anjuran dokter yang dapat berlangsung dari enam hingga sembilan bulan.
Selama pengobatan TBC, penting bagi pengidapnya untuk patuh mengonsumsi obat sesuai yang dokter resepkan dan tidak menghentikannya sebelum dokter mengizinkan.
Sebab, jika pengidap berhenti minum obat sebelum waktu yang dokter sarankan, bakteri TBC berisiko kebal terhadap obat.
Kondisi ini membuat pengidapnya membutuhkan pengobatan TBC yang lebih lama dengan terapi yang berbeda, dan mungkin lebih berdampak negatif untuk tubuh.
Dokter juga kemungkinan akan menggunakan lebih dari satu obat (kombinasi) untuk pengobatan TBC. Berikut adalah obat-obatan yang dapat dokter resepkan:
- Pirazinamid.
- Isoniazid.
- Rifampisin.
- Etambutol.
- Rifapentin.
Selayaknya jenis obat lainnya, pengobatan TBC juga dapat menimbulkan efek samping, antara lain:
- Warna urine yang menjadi kemerahan.
- Timbulnya gangguan penglihatan.
- Gangguan saraf.
- Gangguan fungsi liver atau hati.
Untuk menghindari efek samping tersebut, dokter akan menyesuaikan jenis, dan dosis pengobatan TBC berdasarkan usia dan keparahan kondisi. Khususnya bagi pengidapnya yang masih anak-anak atau ibu hamil.
Sementara itu, bagi pengidap yang menjalani puasa, berikut adalah informasi mengenai panduan konsumsinya: Harus Rutin, Begini Aturan Minum Obat TBC Saat Puasa.
Efektivitas pengobatan TBC mungkin memerlukan beberapa minggu sebelum pengidapnya mulai merasa lebih baik.
Lamanya waktu pengobatan TBC bekerja akan bergantung pada kesehatan pengidapnya secara keseluruhan dan tingkat keparahan kondisi.
Namun, penting untuk terus minum obat persis seperti yang dokter resepkan dan menyelesaikan seluruh rangkaian antibiotik.
Konsumsi obat selama 6 bulan adalah cara terbaik untuk membunuh bakteri TBC.
Rekomendasi obat Tuberkulosis
Ada beberapa pilihan obat yang bisa digunakan untuk membantu mengatasi tuberkulosis, di antaranya:
- Pro TB-2 Kid 28 Tablet. Obat ini bisa digunakan untuk terapi kombinasi dalam mengobati tuberkulosis pada paru maupun tuberkulosis yang tidak terjadi pada paru.
- Isoniazid 100 mg 10 Tablet. Merupakan obat untuk mengatasi tuberkulosis baik yang aktif maupun tuberkulosis laten. Obat ini juga ampuh digunakan untuk mengobati TBC tulang.
- Rifampicin 300 mg 10 Tablet. Obat ini memiliki spektrum luas yang bisa mengobati berbagai infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Salah satunya adalah TBC karena efektif dalam membunuh bakteri Mycobacterium tuberculosis.
- Pyrazinamide 500 mg 10 Tablet. Termasuk obat antibiotik, obat ini digunakan pada terapi tuberkulosis bakteri yang bekerja dengan cara menghambat bakteri penyebab tuberkulosis.
Pencegahan Tuberkulosis
Sampai saat ini sebenarnya tidak ada cara pasti untuk sepenuhnya mencegah penyebaran TBC.
Namun, ada sejumlah tindakan yang dapat kamu lakukan untuk mengurangi penyebaran penyakit ini:
1. Pemberian vaksin
Tuberkulosis dapat kamu cegah melalui pemberian vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin). Di Indonesia, vaksin wajib dan diberikan sebelum bayi berusia tiga bulan.
Vaksin BCG juga dianjurkan bagi anak-anak, remaja, ataupun orang dewasa yang belum pernah menerimanya pada waktu bayi.
2. Diagnosis sedari awal
Pencegahan penyebaran TBC akan efektif bila pengidapnya melakukan pemeriksaan dan pengobatan sedari awal.
Sebab, pengidap dapat menularkan bakteri kepada 10-15 orang setiap tahunnya.
3. Menjaga lingkungan tempat tinggal
TBC adalah penyakit yang menular melalui udara saat pengidapnya bersin atau batuk. Risiko infeksi bisa berkurang dengan membuat sistem sirkulasi udara atau ventilasi yang bagus dalam rumah.
Sebab, bakteri penyebab TBC dapat mengendap lebih lama dalam rumah apabila sistem ventilasi kurang layak.
4. Jalani pola hidup sehat
Kamu bisa meningkatkan sistem imun dengan menerapkan pola hidup sehat. Misalnya seperti mengonsumsi makanan sehat bergizi seimbang dan rutin berolahraga.
Sebab, sistem imun yang baik dapat membantu kamu terhindar dari berbagai macam penyakit, termasuk bakteri penyebab TBC.
Komplikasi Tuberkulosis
Tuberkulosis bisa fatal apabila tidak segera terobati. Seiring waktu, bakteri dapat merusak organ paru-paru maupun organ lain yang terinfeksi.
Komplikasi TBC yang perlu kamu waspadai, antara lain:
- Nyeri punggung adalah komplikasi umum dari tuberkulosis.
- Kerusakan sendi yang memengaruhi pinggul dan lutut.
- Pembengkakan selaput yang menutupi otak (meningitis). Kondisi ini ditandai dengan sakit kepala yang berlangsung lama (berminggu-minggu).
- Masalah hati atau ginjal.
- Peradangan dan penumpukan cairan pada paru-paru dapat mengganggu kemampuan jantung untuk memompa (tamponade jantung).
Selain itu, tuberkulosis juga dapat menyebabkan kondisi lainnya seperti erythema nodosum. Untuk informasi lebih lengkap, kamu bisa membaca artikel: Hati-Hati, Tuberkulosis Bisa Sebabkan Erythema Nodosum.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika mengalami gejala yang mengarah pada TBC, segeralah kunjungi dokter.
Ingatlah bahwa penanganan yang cepat dan tepat dapat meminimalisir resistansi bakteri maupun komplikasi fatal yang mengintai.
Konsultasi dengan dokter spesialis paru di Halodoc sebelum kondisi bertambah parah.
Klik gambar di bawah ini untuk melakukan konsultasi dengan spesialis penyakit dalam di Halodoc menggunakan kupon agar lebih hemat.