Orangtua Bercerai, Anak Sebaiknya Ikut Siapa?

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   16 Mei 2020
Orangtua Bercerai, Anak Sebaiknya Ikut Siapa?Orangtua Bercerai, Anak Sebaiknya Ikut Siapa?

Halodoc, Jakarta – Saat mempertimbangkan untuk bercerai, hak asuh anak menjadi persoalan pelik yang seringkali diperdebatkan. Anak-anak sebaiknya ikut siapa? Ayah atau ibu? Namun perlu diingat, bahkan setelah bercerai, kedua pasangan sebenarnya tetap memiliki tanggung jawab sebagai orangtua bagi anak-anak. Meskipun pada akhirnya, anak hanya akan tinggal dengan salah satu orangtuanya.

Ketentuan Tentang Pengasuhan Anak di Indonesia

Hak asuh atas anak sebenarnya bisa diputuskan dengan cara kekeluargaan. Namun, bila terjadi perselisihan akibat hak asuh anak, pasangan dapat menempuh jalur hukum untuk memutuskan anak ikut dengan siapa.  

Baik yang Muslim maupun non-Muslim, hak asuh anak di bawah umur jatuh kepada ibunya. 

Khusus bagi yang Muslim, Kompilasi Hukum Islam pasal 105 mengatur 3 ketentuan berikut:

  • Dalam hal terjadinya perceraian, pemeliharaan anak belum berumur 12 tahun adalah hak ibunya. 

  • Bila anak sudah berusia di atas 12 tahun, maka keputusan akan diserahkan kepada anak tersebut untuk memilih antara ayah atau ibunya sebagai pemegang hak asuhnya. 

  • Pihak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan anak adalah ayahnya.

Sedangkan bagi yang non-Muslim, bila ada perselisihan mengenai hak asuh anak, maka pengadilan yang akan memutuskan yang disesuaikan dengan fakta hukum. 

Baca juga: Perhatikan Ini Jika Jatuh Cinta Setelah Jadi Single Parent

Sistem Pengasuhan Anak “Co-Parenting

Meskipun hak asuh anak sudah ditentukan berdasarkan peraturan di atas, tetapi pada kenyataannya, ada juga sistem pengasuhan anak lainnya yang juga sering dilakukan banyak pasangan berkaitan dengan tanggung jawab dan akses orangtua bertemu dengan anak, yaitu co-parenting.

Bila kamu dan mantan pasangan menjalankan sistem co-parenting, hal ini berarti kalian berbagi pengasuhan anak. Anak akan hidup bergantian dengan kamu dan mantan pasanganmu. Sistem co-parenting ini tidak ada dalam hukum dan hanya mungkin diterapkan bila kedua belah pasangan bersedia.

Bila kamu memilih sistem co-parenting, kamu dan mantan pasangan membuat perjanjian tentang kapan anak tinggal dengan ayahnya dan kapan ia tinggal bersama ibunya, serta siapa yang menanggung biaya-biaya tertentu. Kamu dan mantan pasangan dapat membuat perjanjian tersebut dalam dokumen yang dibuat oleh notaris hukum sipil atau memasukkannya dalam perjanjian penyelesaian perceraian.

Manfaat “Co-Parenting” Bagi Anak

Melalui sistem pengasuhan co-parenting, anak-anak akan menyadari bahwa mereka lebih penting daripada konflik yang mengakhiri hubungan ayah dan ibunya. Selain itu, anak juga dapat merasakan bahwa cinta kedua orangtuanya tidak akan berubah, meskipun kondisinya tidak lagi sama. Berikut ini manfaat co-parenting bagi anak:

  • Anak Lebih Cepat Beradaptasi

Ketika anak tetap mendapatkan cinta dan perhatian dari kedua orangtuanya, anak-anak akan lebih cepat dan mudah menyesuaikan diri dengan perceraian orangtuanya dan situasi kehidupan yang baru, serta memiliki kepercayaan diri yang lebih baik.

Baca juga: 6 Cara Menjelaskan Perceraian Orangtua pada Anak

  • Belajar Tetap Disiplin

Co-parenting memupuk aturan, disiplin, dan penghargaan yang sama seperti dalam keluarga utuh pada umumnya. Jadi, anak-anak bisa mengetahui apa yang bisa mereka harapkan dari orangtua mereka dan apa yang diharapkan orangtua dari mereka.

  • Memiliki Kemampuan yang Lebih Baik dalam Pemecahan Masalah

Anak-anak yang melihat bahwa orangtuanya dapat terus bekerja sama dengan baik, bahkan setelah bercerai, lebih cenderung dapat menyelesaikan masalah mereka secara efektif dan dengan damai.

  • Punya Contoh yang Sehat untuk Diikuti

Dengan bekerja sama dengan mantan pasangan dalam mengasuh anak, kamu memberikan contoh yang membuat anak-anak cenderung untuk membangun dan mempertahankan hubungan yang lebih kuat.

  • Anak Sehat Secara Mental dan Emosional

Anak-anak yang memiliki orangtua yang tidak akur dan tidak dapat bekerja sama dengan baik, lebih mungkin untuk mengembangkan masalah kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan, atau ADHD.

Baca juga: Perlu Tahu, Ini Dampak Perceraian pada Kesehatan

Itulah penjelasan mengenai hak asuh anak setelah orangtua bercerai. Bila kamu punya pertanyaan seputar pola asuh anak, gunakan saja aplikasi Halodoc. Melalui Video/Voice Call dan Chat, kamu bisa berdiskusi pada dokter ahli kapan dan di mana saja tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.

Referensi:
Konsultan Hukum. Diakses pada 2020. Hak Asuh Anak Di Bawah Umur Jatuh Kepada Ibu, Ini Dasar Hukumnya?
Helpguide. Diakses pada 2020. Co-Parenting Tips for Divorced Parents.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan