Terapi Radiasi Bisa Obati Kanker Rektum, Ini Faktanya 

Ditinjau oleh  dr. Gabriella Florencia   05 Juni 2020
Terapi Radiasi Bisa Obati Kanker Rektum, Ini Faktanya Terapi Radiasi Bisa Obati Kanker Rektum, Ini Faktanya 

Halodoc, Jakarta - Pernah merasakan perubahan dari pola buang air besar? Seperti perubahan pada konsistensi tinja, kemunculan darah pada tinja, hingga perut yang kerap tidak terasa nyaman. Ada baiknya kamu segera memeriksakan diri ke dokter karena ini bisa saja disebabkan oleh kanker rektum. Kanker ini berkembang dari rektum yang berada di ujung usus besar (kolon), dan umumnya dimulai sebagai polip yang tidak bersifat kanker. Namun ia bisa berkembang semakin parah jika tidak segera dilakukan perawatan.

Melansir dari Medical News Today, temuan baru yang dipublikasikan dalam edisi The Lancet menunjukkan, telah ditemukan metode terbaik untuk menyembuhkan kanker rektum. Temuan tersebut mengatakan bahwa operasi berkualitas tinggi setelah terapi radiasi jangka pendek adalah pengobatan terbaik. Selain dapat menyembuhkan, tindakan ini juga mencegah kekambuhan kanker. 

Lantas, mengapa terapi radiasi dinilai tepat untuk mengatasi kanker rektum? Mari simak ulasannya berikut ini!

Baca juga: Ini Gejala-Gejala Kanker Rektum yang Perlu Diketahui

Operasi Tak Cukup untuk Cegah Kekambuhan 

Pembedahan sudah dikenal luas di kalangan medis sebagai pengobatan standar untuk kanker dubur. Sayangnya, pengangkatan tumor saja tidak menghilangkan risiko kanker berulang di daerah yang sama. Pasalnya, kekambuhan sulit diobati dan tidak dapat disembuhkan pada sebagian besar pasien kanker rektum.

Penelitian yang ada sebelumnya juga menunjukkan bahwa radioterapi dan kemoterapi, sebelum atau setelah operasi, dapat mengurangi kemunculan kembali kanker secara lokal. Namun, mereka menganggap bahwa radioterapi adalah perawatan yang mahal dan dikaitkan dengan peningkatan risiko komplikasi yang berlangsung lama. Mulai dari gangguan fungsi usus, inkontinensia, dan disfungsi seksual. Untuk alasan itu, radioterapi harus ditargetkan kepada pasien yang menunjukkan risiko tinggi kekambuhan lokal. 

Uji tambahan dilakukan oleh Profesor Robert Steele dan timnya dari Medical Research Council (MRC) dan National Cancer Institute of Canada (NCIC). Melalui studi yang dilakukan, beberapa pasien kanker rektum yang menjalani radioterapi kemo akan dievaluasi. Mulai dari Maret 1998 hingga Agustus 2005, 1.350 pasien dengan kanker dubur direkrut dari Inggris, Kanada, Afrika Selatan dan Selandia Baru. Pasien diberikan secara acak lima perawatan radioterapi setiap hari sebelum operasi, atau dua puluh lima perawatan radioterapi kemo setelah operasi, kepada mereka yang berisiko tinggi kambuh lokal.

Setelah tiga tahun, temuan menyimpulkan bahwa pada kelompok radioterapi pra operasi, 4,4 persen pasien memiliki kanker lokal yang kambuh dibandingkan dengan 10,6 persen pada kelompok pasca operasi. Pada tiga tahun, probabilitas kelangsungan hidup bebas penyakit adalah 77,5 persen pada pasien radioterapi pra-operasi dan 72 persen pada pasien pasca operasi. 

Dr Robert Madoff, University of Minnesota, Minneapolis, AS, juga menambahkan dalam sebuah komentar. Ia mengatakan, radiasi sebelum operasi dapat mengurangi tetapi tidak menghilangkan efek buruk dari operasi yang tidak sempurna. Hasil terbaik terjadi ketika radiasi pra operasi diikuti oleh pembedahan optimal. Tantangan berikutnya adalah memahami pasien mana yang membutuhkan terapi radiasi untuk memaksimalkan kesempatannya untuk sembuh.

Baca juga: Benarkah Alkoholik Berisiko Terserang Kanker Rektum?

Yang Bisa Dilakukan untuk Cegah Kanker Rektum

Pada dasarnya, tidak ada orang yang ingin mengidap kanker rektum. Oleh karena itu, berbagai upaya pencegahan kanker rektum perlu dilakukan, yaitu:

  • Mengangkat polip yang muncul rektum. Hampir semua kanker rektum berkembang dari polip rektum, yang merupakan pertumbuhan jinak di dinding rektum. Deteksi dan pengangkatan polip-polip ini dengan kolonoskopi adalah hal yang disarankan guna mengurangi risiko terkena kanker rektum. 

  • Perlu juga dilakukan skrining kanker rektum berdasarkan riwayat medis dan keluarga. Skrining umumnya dimulai pada usia 45 pada pengidap dengan risiko rata-rata, atau pada usia yang lebih muda pada pengidap dengan risiko lebih tinggi untuk kanker rektum.

  • Selain itu, kamu wajib mengonsumsi makanan tinggi serat sejak usia muda. Makanan tinggi serat bisa didapatkan melalui biji-bijian, buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan. Diet rendah lemak juga membantu mencegah kanker rektum.

Baca juga: Diagnosis untuk Deteksi Kanker Rektum

Itulah informasi mengenai kanker rektum yang perlu kamu pahami. Jika kamu masih memiliki pertanyaan terkait kanker rektum, jangan ragu untuk segera mendiskusikannya dengan dokter di Halodoc. Kamu dapat menghubungi dokter di Halodoc kapan saja dan di mana saja hanya melalui smartphone. Mudah, bukan? Tunggu apa lagi, segera download Halodoc sekarang juga!

Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Rectal Cancer. 
Medical News Today. Diakses pada 2020. The Most Successful Treatment For Rectal Cancer Is Radiation Therapy, Followed By Optimum Surgery.

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan