Advertisement

Toxic Positivity: Apa Itu? Kenali Dampaknya!

4 menit
Ditinjau oleh  dr. Caisar Dewi Maulina   17 Oktober 2025

Meskipun niatnya baik, toxic positivity dapat memberikan dampak buruk bagi kesehatan mental.

Toxic Positivity: Apa Itu? Kenali Dampaknya!Toxic Positivity: Apa Itu? Kenali Dampaknya!

Daftar Isi:

  1. Apa Itu Toxic Positivity?
  2. Penyebab Toxic Positivity
  3. Ciri-Ciri Toxic Positivity
  4. Dampak Buruk Toxic Positivity
  5. Perbedaan Positif dan Toxic Positivity
  6. Cara Menghindari Toxic Positivity
  7. Kapan Harus Mencari Bantuan Profesional?

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar ungkapan-ungkapan positif yang bertujuan untuk memberikan semangat.

Namun, tahukah kamu bahwa terkadang, dorongan untuk selalu positif justru dapat menjadi bumerang? Nah, kondisi ini dikenal sebagai toxic positivity.

Yuk, ketahui lebih jauh mengenai toxic positivity dan dampaknya pada kesehatan mental.

Apa Itu Toxic Positivity?

Toxic positivity adalah kondisi ketika seseorang secara berlebihan memaksakan diri atau orang lain untuk selalu berpikir positif, menolak atau mengabaikan emosi negatif yang sedang dirasakan. Padahal, emosi negatif seperti sedih, marah, atau kecewa adalah bagian alami dari pengalaman manusia.

Menurut studi, penolakan terhadap emosi negatif dapat menghambat kemampuan seseorang untuk mengatasi masalah dan beradaptasi dengan situasi sulit.

Situasi toxic positivity bisa terjadi di mana saja, termasuk di tempat kerja. Baca juga: Cara Menjaga Kesehatan Mental di Lingkungan Kerja

Penyebab Toxic Positivity

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang melakukan toxic positivity:

  • Ketidaknyamanan dengan Emosi Negatif: Beberapa orang mungkin merasa tidak nyaman atau tidak tahu bagaimana cara menghadapi emosi negatif, baik pada diri sendiri maupun orang lain.
  • Tekanan Sosial: Media sosial dan budaya populer seringkali mempromosikan gagasan bahwa kebahagiaan adalah tujuan utama, sehingga menciptakan tekanan untuk selalu terlihat positif.
  • Niat Baik yang Salah Arah: Seringkali, orang melakukan toxic positivity karena mereka ingin membantu orang lain merasa lebih baik, tetapi mereka tidak tahu cara yang lebih efektif.

Ciri-Ciri Toxic Positivity

Berikut adalah beberapa ciri-ciri toxic positivity yang perlu kamu waspadai:

  • Menghindari atau menekan emosi negatif: Ketika seseorang merasa sedih atau marah, orang dengan toxic positivity akan berusaha mengalihkan perhatian atau mengatakan “Jangan sedih,” tanpa memberikan kesempatan untuk memproses emosi tersebut.
  • Memberikan nasihat yang meremehkan: Alih-alih memberikan dukungan yang tulus, orang dengan toxic positivity cenderung memberikan nasihat yang meremehkan perasaan orang lain, seperti “Yang penting kamu bersyukur” atau “Semua akan baik-baik saja.”
  • Merasa bersalah saat merasakan emosi negatif: Orang yang mengalami toxic positivity pada dirinya sendiri sering merasa bersalah atau malu ketika merasakan emosi negatif, karena menganggapnya sebagai kelemahan.
  • Menyamar sebagai optimisme: Menggunakan kalimat seperti “selalu lihat sisi baiknya” atau “positifkan pikiranmu” secara berlebihan, bahkan dalam situasi yang tidak memungkinkan untuk bersikap positif.

Dampak Buruk Toxic Positivity

Meskipun niatnya baik, toxic positivity dapat memberikan dampak buruk bagi kesehatan mental, antara lain:

  • Menekan emosi yang sebenarnya: Memendam emosi negatif dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan depresi.
  • Menurunkan rasa empati: Ketika seseorang terus-menerus dipaksa untuk berpikir positif, mereka mungkin kehilangan kemampuan untuk memahami dan merasakan apa yang orang lain rasakan.
  • Merusak hubungan: Orang yang terus-menerus menerima toxic positivity dari orang lain mungkin merasa tidak didengar, tidak dipahami, dan tidak dihargai.
  • Menghambat pertumbuhan pribadi: Emosi negatif dapat menjadi sumber informasi penting yang membantu kita belajar dan berkembang. Dengan menekan emosi negatif, kita kehilangan kesempatan untuk belajar dari pengalaman.

Menurut studi, menerima emosi negatif, alih-alih menolaknya, berkaitan dengan kesehatan mental yang lebih baik dan kemampuan mengatasi stres yang lebih efektif.

Mau tahu apa saja gejala depresi? Baca di sini: Catat, Ini 5 Gejala Awal Depresi yang Sering Diabaikan.

Perbedaan Positif dan Toxic Positivity

Penting untuk membedakan antara sikap positif yang sehat dan toxic positivity. Sikap positif yang sehat melibatkan:

  • Mengakui dan menerima emosi negatif sebagai bagian dari kehidupan.
  • Mencari cara untuk mengatasi masalah dan belajar dari pengalaman.
  • Menjaga harapan dan optimisme yang realistis.
  • Memberikan dukungan dan empati kepada orang lain.

Sementara itu, toxic positivity melibatkan penolakan atau penghindaran emosi negatif, memberikan nasihat positif yang tidak realistis, dan meremehkan masalah orang lain.

Cara Menghindari Toxic Positivity

Berikut adalah beberapa cara untuk menghindari toxic positivity:

  • Akui dan validasi emosimu: Izinkan dirimu untuk merasakan emosi negatif tanpa menghakimi diri sendiri. Ingatlah bahwa semua emosi adalah valid dan memiliki alasan.
  • Berikan dukungan yang tulus: Ketika orang lain berbagi perasaan mereka, dengarkan dengan penuh perhatian dan berikan dukungan yang empatik. Hindari memberikan nasihat yang meremehkan atau mencoba untuk “memperbaiki” masalah mereka.
  • Batasi paparan terhadap konten positif yang berlebihan: Jika kamu merasa tertekan oleh konten-konten positif di media sosial, batasi waktu untuk melihatnya.
  • Fokus pada solusi yang realistis: Alih-alih hanya fokus pada hal-hal positif, cobalah untuk mencari solusi yang realistis untuk masalah yang sedang dihadapi.
  • Praktikkan self-compassion: Bersikaplah baik dan penyayang terhadap diri sendiri, terutama saat Anda sedang mengalami masa sulit.

Ada pula istilah toxic relationship, baca selengkapnya di sini: Toxic Relationship dalam Keluarga, Ini Tandanya

Kapan Harus Mencari Bantuan Profesional?

Jika kamu merasa kesulitan untuk mengatasi toxic positivity atau jika hal itu berdampak signifikan pada kesehatan mental, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Psikolog atau psikiater dapat membantumu mengidentifikasi pola pikir yang tidak sehat dan mengembangkan strategi untuk mengatasi emosi negatif dengan cara yang lebih sehat.

Nah, bila kamu atau orang terdekatmu mengalami tanda-tanda toxic positivity atau masalah kesehatan mental, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater di Halodoc. Dengan penanganan yang tepat, kamu dapat belajar untuk menerima dan mengelola emosi dengan lebih baik, serta meningkatkan kualitas hidup.

Kamu bisa beli obat online atau produk kesehatan lainnya dengan praktis dan mudah di Apotek Online Halodoc

Toko Kesehatan Halodoc Produknya 100% asli dan tepercaya. Tanpa perlu antre, obat bisa diantar hanya dalam 1 jam langsung dari apotek terdekat dari lokasi kamu berada. 

Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga dan dapatkan obat dari apotek 24 jam terdekat! 

Referensi:
Very Well Mind. Diakses pada 2025. Why Toxic Positivity Can Be Harmful.
Psychology Today. Diakses pada 2025. Toxic Positivity.